17. Bualan Kei

16 4 0
                                    

  Anggota para medis disibukkan merawat pasien, Yuta masih mengikuti dokter tersebut di belakang menuju kamar yang di tuju yaitu kamar dengan nomor 345. Setelah sampai ke kamar tersebut, mereka berdua segera mengecek kesehatan pasien. Sesekali dokter tersebut melirik ke Yuta tengah mengerjakan tugasnya, dibalik masker kesehatan itu ada seulas senyum jahat dan berpikir untuk merencanakan rencana yang tersusun rapih.

  Di saku jas yang panjang, mengeluarkan suntikkan dengan inisial "HY" obat tersebut sudah di ganti oleh suntikkan mematikan. Dokter tersebut mengecek suntikkan kecil dengan jarum panjang. Yuta mengatakan kalau pasien tubuhnya melemah lalu dokter tersebut menyodorkan suntikkan ke Yuta.

"Kenapa dokter menyodorkan suntikkan-nya padaku?" tanyanya sesekali menatap suntikkan yang masih di tangan dokter.

"Suntikan ini ke pasien terlebih dahulu dan aku juga akan menyuntik pasien, obat pemulihan." paparnya dan Yuta tanpa berpikir panjang mengambil suntikkan tersebut dari tangan dokter. Mata dokter tersebut nampak senang melihat Yuta mengambil suntikkan mematikan tersebut, ia melihat ada kamera CCTV di pojok ruangan kamar pasien.

'Sudah, waktunya.'—batinnya.

"Saya mau pergi bentar, ada barang yang tertinggal di kamar pasien tadi." ucapnya dibalas anggukkan oleh Yuta tanpa ada menaruh curiga sedikit pun.

Di luar sana masih sangat ramai dan malam sudah sangat larut. Angin semilir datang melewati ventilasi jendela ruangan, Yuta segera menyuntikkan suntikkan tersebut ke tubuh pasien. Jarum panjang dengan cairan di dalamnya, sukses masuk ke dalam tubuh pasien. Obat tersebut belum bereaksi di tubuh pasien, Yuta menghela nafas lega kalau ia sudah selesai dengan tugasnya.

Pintu terbuka menampilkan Dokter Asahi,"apa kau sudah selesai? Yuta?" tanyanya dibalas anggukkan oleh Yuta, "sudah."

Selesai mengerjakan tugas yang sangat padat di rumah sakit. Mereka berdua berjalan bersama sesekali mengobrol santai. Angin malam yang dingin terus berhembus kencang di malam Kota Tokyo, semua lampu yang ada di kota ini selalu menyala jika ada sesuatu yang gawat darurat. Kota Tokyo akan mati dalam sekejap, hal itu sudah wajar untuk penduduk lokal dan menurut para turis atau pendatang baru, mungkin akan bertanya-tanya.

Warna macam-macam lampu membuat kesan indah tersendiri walau sudah larut malam. Masih begitu banyak orang-orang berlalu lalang bahkan ada yang masih memburu kuliner di malam hari. Aroma semerbak dari ramen tercium enak masuk ke lubang hidung. Dua mangkok ramen sudah ada di atas meja dengan minuman teh hangat.

"Pekerjaan tadi membuatku lapar." kata Dokter Asahi, tersenyum.

"Iya. Tadi sangat repot sekali sampai-sampai para medis kualahan mengatasinya." kata Yuta mulai memakan ramennya dengan lahap begitupun Dokter Asahi.

Pria muda tersebut sesekali melihat Yuta yang masih menikmati hidangan ramen lezat ini. Ia tidak tahu, harus melakukan apa? Ini bukan kemauannya sendiri. Tadi saat di kamar 345, suntikkan tersebut adalah suntikkan kematian dan diberikan ke Yuta. Pikiran Dokter Asahi mulai melayang-melayang ke udara, mengingat perkataan para pria berbaju hitam.

"Setelah kau sudah memberinya suntikkan tersebut dan menyuntikkan ke pasien, target kami. Maka kau akan kami bebaskan dan misimu, sukses besar." katanya penuh tekanan setiap kalimatnya.

"Satu hal lagi! Jika kau Dokter Asahi, gagal dan kasihan pada pria apoteker tersebut maka nyawamu atau kehidupan keluargamu, tidak akan tenang dan tentunya kau tidak akan pernah selamat dari mata kami!" ucapnya memperingatkan Dokter Asahi pada malam itu dan dua jarinya menunjuk kedua mata Dokter Asahi bahwa ia dan teman-temannya.

Terus mengawasi dari jauh.

Pria di belakang angkat bicara, menambahkan pria pemimpin kelompoknya. "Jika gagal, keluargamu atau dirimu tidak akan tenang karena satu!" jari telunjuknya terangkat menunjukkan cincin bermotif tengkorak ada di jari tersebut, "Dokter Asahi sudah masuk ke dalam kasus besar yang belakangan ini di bahas oleh dunia salah satunya di Japan. 'Bayangan Kei'. Termasuk Hekima Yuta yang kini menjadi target kedua, rumah sakit terbesar di Kota Tokyo."

Black Hawk [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang