23. Melarikan diri dari penjara

15 6 0
                                    

  Sudah hampir dua minggu Yuta berdiam diri di penjara serta di dalam phobia kegelapan-nya. Menangis tersedu-sedu mengingat takdirnya begitu hancur seperti debu. Yuta sama sekali tidak tahu, nasib ibunya sekarang. Yang pasti ibunya begitu sedih melihat anaknya terjerumus ke masalah besar apalagi masuk ke dalam list penjahat di takuti atau penjahat buronan polisi selama ini.

Yuta sudah berkali-kali foto tahanan dan buat berjaga-jaga jika ia kabur dari penjara atau berusaha untuk mengulangi kejahatan kriminal yang jauh lebih berat dari ini. Kedua tangannya ia tatap lamat-lamat lalu menggenggam erat bersamaan air mata menetes keluar dari kelopak matanya. Sedih, sangat sedih. Ia tidak bisa melakukan apapun selain menyalahkan dirinya sendiri, apa yang ia lakukan pada pasien meninggal itu?

Yuta bisa saja melakukan hal yang sama seperti pasien itu. Apalagi kalau bukan nyawa di bayar nyawa. Namun, keluarga korban ingin melihat Yuta masuk ke penjara dan dihukum berat. Bagi Yuta, itu sangat tidak cocok dengannya lebih baik ia mati saja daripada berdiam diri di dalam jeruji besi dingin nan gelap.

Ditemani dengan serangga-serangga yang berlaku lalang disini. Jangan harap bisa mendapatkan penjara yang sangat khusus untuk penjahat kelas atas, buronan organisasi hitam paling kejam "Bayangan Kei". Bahkan Kei sendiri berada di penjara yang jauh dari penjara Yuta.

"Kau tunggu dua minggu lagi. Dan menunggu pukul tengah malam, kau akan bebas dari sini." Kata Kei ketika mereka bertemu di kantin, kemarin.

  Yuta mengejapkan mata dan berharap malam nanti akan berhasil. Kei sudah memberikan separuh organisasinya ke Yuta dengan mudah seperti memberikan hadiah untuk membalaskan dendam ayahnya itu. Sungguh peristiwa tidak terduga dan membuat hati Yuta berkali-kali tersayat. Apa selama ini yang telah Yuta lakukan hanyalah akting belaka?

Tidak. Tidak, Yuta tidak berakting selama ini. Hati Yuta memang lembut seperti gadis, ia ingin menjadi orang yang berguna dan bisa membantu orang lain hingga orang itu tersenyum. Walau terkadang memang suka sekali takdir mengubah jalan hidup Yuta yang harusnya bahagia menjadi sedih. Rasanya hati sudah tersayat-sayat melihat kisah Yuta yang begitu pilu.

Ia ingin bahagia dengan orang-orang yang Yuta cintai memberikan senyuman bukan kesedihan. Memang sungguh menyedihkan sekali. Pandangnya melihat ke langit-langit penjara yang gelap bahkan temannya sekarang adalah phobia-nya sendiri.

Kegelapan.

Percuma ia menangis histeris dalam penjara yang sepi nan dingin, tidak ada seorang pun yang berada di sini. Satu atau dua orang aja tidak ada. Ini seperti penjara khusus dan hanya Yuta saja yang berada disini. Pikirannya kacau, semuanya kacau.

"AAAAAAAAAA!" teriak Yuta amat keras untuk melepaskan semua beban yang telah dipikulnya selama ini.

Kedua tangan memegang kepalanya mengacak-acak rambut curly cokelat tersebut frustasi dan berkali-kali teriak dalam kegelapan penjara ini.

"Aaaaaaa!"

Yuta tidak peduli lagi jika ada seroang polisi datang kesini dan menegurnya. Sungguh, ia lelah dengan ini semuanya. Lebih baik ia mati bunuh diri daripada hidup menderita terus menerus.

Setelah puas berteriak frustasi mengeluarkan semua beban yang Yuta rasakan. Ia melangkah mundur, menyandarkan punggung di dinding penjara yang dingin menusuk kulit, kepalanya menunduk, menghela nafas kasar. Memori Yuta berjalan begitu cepat ke masa lampau dimana ia menghabiskan waktu bersama Anna sekaligus keluarganya yang aman damai.

"Ayah, ibu. Sebentar lagi aku akan memberikan hadiah special yaitu aku akan melamar Anna dan kalian bisa menantikan cucu." Kata Yuta begitu antusias, tersenyum sumringah melihat kedua orang tuanya tersenyum mendengar kabar baik ini.

Black Hawk [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang