08. Membuat Obat

21 8 2
                                    

Yuta memakan bekal masakan Ena, bento. Seperti biasanya wanita yang asik memerhatikan makan mengukir senyum sembari menopang dagu dengan kedua tangan, matanya tidak pernah mengalihkan perhatian ke pemandangan lain. Yuta yang merasa sedikit risih dengan tatapan itu berhenti makan dan berkata, "kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Yuta.

"Lihat aja tidak boleh." jawab Ena santai masih dengan tatapan mata yang sama.

"Tatapan seperti itu membuatku risih, tidak nyaman. Kau seperti mau memangsaku." kata Yuta melanjutkan makan bento yang tinggal sedikit, pria itu memakan perlahan-lahan karena pikirannya terus saja berpikir tentang Dokter Asahi dan kini beralih ke obat karena stock di rumah sakit sangatlah minim.

Hari ini begitu banyak pasien harus di pindahkan ke rumah sakit lain, di oper dan tidak heran sudah berapa kali suara sirene ambulans berlalu lalang di jalanan. Yuta sendiri memiliki hati yang tidak tegaan sekaligus takut mengambil resiko besar. Ia harus berhati-hati untuk membuat stock obat dan apakah itu akan disebut obat palsu?

Mungkin sudah tidak menjadi obat palsu seperti kasus pria bernama Kei melainkan obat ilegal yang sengaja dioperasikan di rumah sakit dengan jumlah puluhan suntikkan. Dan beberapa suntikkan sudah berada di tubuh pasien.

  Wadah kotak makan sudah bersih tidak tersisa membuat Ena sangat senang karena Yuta menghabiskan makanannya walau sempat wanita itu berpikir kalau masakannya kali ini, tidak enak. Melihat Yuta makannya sangat lamban. "Terima kasih makanannya." kata Yuta. Ena tersenyum senang mengangguk mengiyakan.

"sama-sama Yuta kun." balasnya melihat raut wajah Yuta tidak kelihatan seperti biasanya. Ini cenderung gelisah banyak beban pikiran. Ena memberanikan diri bertanya ke pria dingin di hadapannya.

"Ada apa Yuta Kun? Kau seperti banyak pikiran?" tanyanya dibalas gelengan pelan Yuta.

"Tidak apa-apa, aku tidak memikirkan apapun." sebelah mata Ena memicing, tidak percaya.

"Uso." kata Ena, ia menutup wadah kotak makan dan menatap lekat sorotan mata Yuta yang tidak bisa dibohongi seperti hati. Mulut bisa berbohong tetapi sorotan mata yang nampak, sama sekali tidak bisa berbohong.

Ena teringat sesuatu saat malam hari dimana pembahasan koran yang menampilkan berita utama tentang "Penyelundupan Obat Palsu". Wanita itu dapat dari penjual koran, kata penjual koran beritanya itu gempar banget dan penuh teka-teki serta terdapat bahasa latin hewan elang hitam. Dan terbukti Kei bilang tidak akan pernah menemukan seseorang atau bisa dibilang para anggotanya dari sudut manapun. Seolah-seolah mereka itu tidak ada di muka bumi.

Bagi Ena itu sangat mustahil dan aneh. Para polisi masih mencari apa yang dimaksud oleh Kei, namun tidak ditemukan sama sekali bukti-bukti yang dibicarakan Kei. Bisa dibilang hanya berhalusinasi dan mencoba mengelak agar ia tidak di penjara atas kasus penyelundupan obat palsu dengan membangun kalau ia memiliki organisasi hitam yang beraktivitas di malam hari. Kei sangat menyukai kegelapan, kegelapan memiliki arti paling dalam, salah satunya bayangan diri sendiri yang telah di telan oleh kegelapan tersebut.

"Kau kepikiran sama kasus Kei? Pria mesum tadi bilang padaku sebelum menyusulmu ke dalam. Ia bilang kalau stock obat di rumah sakit menipis dan kiriman impor terlambat." kata Ena membuat Yuta melotot mendengar wanita itu sudah mengetahui masalah rumah sakit, belakangan ini.

  Setidaknya Ena belum tahu, Yuta sangat takut dengan kegelapan tidak seperti Kei yang malah memanfaatkan kegelapan adalah bayangan sendiri. Dokter Asahi belum juga kembali, ini membuat Yuta merasa bingung.

"Aku harus bagaimana? Aku tidak tega melihat mereka ditolak rumah sakit karena kekurangan obat. Itu adalah perbuatan memalukan dan hina!" ucap Yuta memelankan suaranya, wajahnya masih penuh kekhawatiran dan takut untuk melangkah maju serta mengambil resiko yang tidak main-main.

Black Hawk [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang