05. Dokter Asahi Absen

35 13 13
                                    

Ena lari terburu-buru ke teras rumah, berdiri di ambang pintu lalu berteriak kencang, "Yuta! Kau tidak sarapan duluan?! Yuta!" namun, si empu yang di panggilnya sama sekali tidak menggubris teriakannya.

Ena menghela nafas kasar, baru pertama kalinya ia melihat Yuta terburu-buru seperti ini padahal jam masih pagi sekali. Dalam hatinya setidaknya tidak bertemu dengan teman Yuta yang menyebalkan itu.

Langkah kaki Yuta bergerak cepat menuju ke rumah sakit. Kota Tokyo seperti biasanya selalu ramai dan Yuta sampai ke tempat kerjanya masih langkah terburu-buru. Lalu berjalan cepat saat tiba di lorong rumah sakit, raut wajahnya menjadi gelisah setelah membaca koran semalam.

Bayangan-bayangan buruk langsung menyerbu pikiran Yuta, ia tidak mau kejadian buruk menimpanya dan sampai di telinga ibu. Firasat Yuta sangat kuat dan selalu tepat. Pria itu meletakkan barang-barangnya di lemari dan segera menuju ke ruang Dokter Asahi.

"Yuta kun! Kau mau kemana?" tanya Sara melihat Yuta buru-buru banget. Pria itu menoleh dan tersenyum manis ke Sara, panther.

"Oh, aku harus menemui Dokter Asahi. Penting banget!" kata Yuta ingin melangkah dengan cepat Sara berkata,"Dokter Asahi sekarang absen. Mungkin bakal absen dua hari."

  Yuta terkejut mendengar Dokter Asahi harus absen, tidak hadir setelah makan malam kemarin. Pria itu menatap lekat Sara, apa yang ia katakan betul?

"Apa semuanya betul?" tanyanya memastikan dibalas anggukkan Sara.

"Iya, Yuta kun. Tadi pagi aku melihat Dokter Edwin yang mengganti Dokter Asahi sementara waktu." Yuta merasa aneh tentang ini semua. Sara melihat Yuta yang berdiam diri sembari memikirkan sesuatu.

"Yuta kun? Tidak ada masalah kan?" tanyanya. Yuta menatap Sara dan tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ah, tidak apa-apa." jawabnya dan kembali menjalankan tugas mencari obat-obat di almari untuk di cek keamanan obat tersebut. Meskipun pikirannya masih melayang-layang tentang Dokter Asahi yang tiba-tiba tidak izin masuk.

    Yuta tersenyum dan merasa kalau percakapan ini berubah menjadi canggung. Ia melihat Dokter Asahi sedikit tersenyum. "Iya, Dokter Asahi. Tapi aku belum pernah mencoba membuatnya. Me-memangnya buat apa ya?" tanya Yuta hati-hati.

Firasat buruk tanpa diundang perlahan menyerang dalam diri Yuta. Ia takut, kalau Dokter Asahi bakal... Ah tidak-tidak, Yuta tidak boleh berpikir hal negatif terhadap Dokter Asahi.

"Aku hanya ingin tahu, kemampuanmu saja.  Hanya itu, dan stock obat di rumah sakit semakin menipis dan kiriman dari luar negri, belum datang." kata Dokter Asahi dibalas mulut O ria dari Yuta.

  Percakapan malam itu semakin lama semakin seperti hantu, terus terbayang-bayang oleh masalah obat. Yuta segera mengecek stock obat dan peralatan lain di dalam rumah sakit. Setelah lama mengecek dan sudah merasa puas yang dikatakan oleh Dokter Asahi, benar. Stock obat rumah sakit dan lainnya sudah mulai menipis. Serta melonjaknya pasien karena musim penyakit membuat rumah sakit kewalahan dan juga kiriman obat tidak bisa datang tepat waktu.

    Yuta takut, kalau nanti ia akan terjerumus kedalam jeruji besi serta ibunya akan menahan malu seumur hidup. Melihat anaknya bodoh dan mengambil resiko besar yang melibatkan dengan kepolisian. Ekor matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, mencari cara mengambil tindak kebijakan membuat obat lalu di operasikan tanpa izin.

Ilegal.

Pasti obat itu akan menjadi obat ilegal atau obat palsu karena seperti obat yang aslinya. Sekarang, pria itu diambang delima gelisah, hatinya kacau.

'Aku akan menemui Dokter Asahi untuk tidak membuat obat-obat tersebut walau tidak untuk di operasikan. Itu sama halnya, tindakan kejahatan dan kriminal.' batin Yuta serius.

Black Hawk [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang