Perempuan dengan balutan kebaya itu akhirnya bisa bernafas lega setelah menyelesaikan hajatnya. Jika ditanya apakah Dirlara malu jawabannya adalah tidak. Toh manusia membuang kotoran apanya yang salah? Bukannya tubuh kita dirancang untuk itu. Kalau tidak bisa buanh air besar justru jadi masalah bukan?
"Buang air besar itu termasuk karunia Tuhan. Kalau ada yang nyalahin berarti nyalahin Tuhan dong." gumam Dirlara pelan sembari menatap pantulan dirinya dari arah cermin kamar mandi.
"Lagian yang salah acaranya. Kenapa pas kebelet malah sungkeman. Harusnyakan sungkemannya diundur nunggu aku eek dulu. Gak bener yang buat acara, katanya WO terkenal. Nyatanya nyusun acara aja gak bisa." gerutu pelan perempuan berbalut kebaya itu.
Ceklek,
Pintu kamar mandi terbuka. Dirlara meringis saat mendapati sang Mama yang berdiri melipat tangan dengan mata yang menatap tajam ke arahnya itu. Lihatlah sebentar lagi singanya akan mengamuk.
"Eh, Mama tiri. Nungguin aku ya? Aku eeknya udahan kok terus udah cebok juga. Nih cium kalau gak percaya." tawar Dirlara seraya menyodorkan tangan kirinya, membuat Rani mundur beberapa langkah.
"Jorok." umpat Rani seraya menatap jijik pada anak tirinya itu.
"Enggak jorok udah cebok kok Ma. Eh Mama tahu gak tadi kenapa lama. Soalnya eeknya agak keras teruss.."
"Jangan diceritain! Sekarang baliik ke pelaminan sana. Kamu itu bisa-bisanya ya kebelet pas acara pernikahan. Udah ngomongin Denis gak sabar ngajak belah duren ditambah kentut mana suaranya masuk sound sistem. Malu, Dir malu. Sadar gak sih kamu ngacauin acara pernikahan kamu sendiri!" bentak Rani membuat Dirlara terkekeh.
"Iya acara pernikahanku yang kalian rancangkan? Masih untung aku mau tetep di sini." ketus Dirlara seraya berlalu meninggalkan Rani yang menggeram kesal.
Masih untung Dirlara hanya mengacaukan. Padahal rencana awalnya dirinya akan membakar pelaminan yang digunakannya dengan Denis. Tapi mengingat ada pasal yang akan menjeratnya jadi Dirlara urungkan. Tidak lucu jika perempuan anggun sepertinya menjadi narapidana bukan?
Dengan menampikan senyum mengembang Dirlara mulai berjalan mendekati pelaminan. Berbuat seolah tak terjadi apapun sebelumnya. Setelah sampai di pelaminan Dirlara mulai mendudukan dirinya di samping Denis. Membuat pria yang baru beberapa jam menjadi suaminya itu bergeser, seakan menjaga jarak dari istri barunya.
"Malu-maluin." sindir Denis membuat Dirlara menusuk-nusuk jarinya ke pipi suaminya.
"Cie suami baru malu."
"Jangan colek-colek." ketus Denis sembari menangkup tangan Dirlara lalu menjauhkan dari wajahnya.
"Jangan kenceng-kenceng dong gak sabaran bangt sih aaahhhhhh." desah Dirlara dengan suara lantang.
Denis menatap sengit ke arah Dirlara. Lalu meraup wajahnya kasar. Lihatlah sekarang seluruh tamu undangan memandangnya dengan pandangan yang seolah menghakimi Denis sebagai laki-laki cabul. Ingin rasanya cepat-cepat mengakhiri acara ini dan menghukum Dirlara, eh.
"Saya tahu kamu gak suka sama pernikahan ini. Sama Dir saya juga, bukan cuma kamu aja. Tapi gak gini caranya. Harusnya dari awal kamu nolak kalau emang gak mau. Bukan malah ngerusuh kayak gini. Di sini bukan cuma berisi kamu atau teman-teman kamu yang akan memaklumi semua keusilanmu. Tapi di sini juga ada kolega bisnis, tetangga atau siapapun itu yang gak kenal sama kamu. Mereka akan berpandangan negatif bukan cuma ke aku atau keluarga kita tapi juga ke kamu! Kamu itu perempuan tapi kelakuanmu lebih parah dari orang-orang gak berpendidikan di luar sana." ucap Denis dengan nada datar seraya mencengkram pergelangan tangan Dirlara.
Hening. Tak ada jawaban dari perempuan di sampingnya membuat Denis menoleh. Melihat Dirlara yang hanya terdiam menunduk, bahkan Dirlara tidak membalas atau mencoba melepas cengkraman tangannya pada pergelangan gadis itu. Dan itu membuat Denis sedikit merasa bersalah. Mungkinkah kata-kata menyakiti hati gadis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Istri Kedua, Dirlara!
FanfictionTentang gadis berkewarasan minim bernama Dirlara yang dipaksa jadi istri kedua dan melahirkan anak untuk penerus keluarga. Alih-alih menolak justru Dirlara malah memilih untuk menerima dan malakukan hal-hal gila yang membuat semua orang disekitarny...