PADA KANGEN GAK SIH SAMA CERITA INI?
PADAHAL BARU SEHARI GAK UP TAPI RASANYA UDAH KAYAK SETAHUN HUHU..
SELAMAT MEMBACA~Sang Istri Kedua, Dirlara!~
Perempuan paruh baya itu berkaca-kaca melihat kepergian anak tirinya sungguh rasanya ingin berlari mendekap dan memberinya pundak untuk berkeluh. Tapi sekali lagi dirinya harus kalah dengan secuil rasa sakit yang dipendamnya dalam hati. Seklebat bayangan penghianatan suami dan sahabat terdekatnya sediri kembali bergelayut dalam benaknya.
Bahkan masih teringat jelas bagaimana saat suaminya pulang membawa bayi berwarna merah. Bersujud, menangis, mengiba memohon belas kasihnya sebagai istri untuk membesarkan bayi mungil yang digadang-gadang sebagai putri kandung suami bersama sahabatnya sendiri. Hati istri mana yang tak hancur lebur mendapati kenyataan menyakitkan yang menyita kewarasannya?
Tentu dirinya menolak, logikanya bertekat bulat ingin berpisah. Tapi apa daya? Melihat mata bayi kecil tak berdosa itu membuatnya kalah. Hatinya menerka bengisnya masa kelam yang siap menerkam bayi tak berdosa itu membuatnya luluh. Akhirnya tetap dirinya mengalah. Menahan luka pedihnya sendiri dengan berbesar hati membesarkan si jabang simbol penghianatan suami dan sahabatnya sendiri.
"Puas kamu sekarang, Mas? Setelah kamu selalu menghancurkan hatinya kenapa sekarang harus fisiknya juga?"
"Dirlara pantas mendapatkan itu karena dia melukai Nami." bantah laki-laki paruh baya itu membuat perempuan paruh baya di hadapannya terkekeh sinis.
"Pembohong! Bahkan dari mata kamupun sudah terlihat kalau kamu bukan percaya pada Nami. Tapi kamu hanya mengambing hitamkan pertengkaran mereka untuk mencari celah agar bisa melampiaskan amarahmu pada Dirlara."
Pram mematung sesaat mendengar penuturan dari istrinya itu. Lidahnya terlalu kelu hanya untuk sekedar berucap. Membantah rasanya tak mampu. Sekelebat bayang-bayang Dirlara kecil mulai menghantui bak momok menakutkan untuk dirinya sendiri.
"Kenapa Mas? Gak bisa jawabkan. Karena memang benar kemarahanmu hanya karena kamu sedang mencari pelampiasan. Kamu kecewa karena tidak bisa menemani perempuan gila itu setelah dia hampir mengakhiri hidup..."
"Namanya Shinta. Perempuan yang kamu sebut gila itu punya nama Rani." potong laki-laki paruh baya itu cepat, bahkan laki-laki itu tak sadar jika nada suaranya sesikit meninggi.
Tentu hal itu membuat Rani menatap sinis ke arah suaminya. Perempuan itu memang gila bukan? Jadi tak ada salahnya untuk memanggilnya gila. Lagipula Rani tidak sudi menyebut nama perempuan yang selama ini selalu menghiasi mimpi buruknya.
"Aku tidak sudi menyebut nama perempuan gila itu, Pram! Kenapa? Gak terima kalau aku menyebut perempuan yang kamu puja dan kamu cintai itu sebagai perempuan gila?"
"Aku hanya cinta sama kamu, Ran. Kamu harusnya ngerti posisiku. Dia masih tanggung jawabku."
"Bullshit! Kamu pikir aku anak kecil yang akan gampang percaya dengan omong kosongmu? Hah! Kalau kamu gak cinta sama perempuan gila itu harusnya kamu bisa berdamai dengan keadaan. Nyatanya apa? Bahkan kamu benci dengan anak kandungmu sendiri hanya karena dia mirip dengan ibunya.
Kamu membenci Dirlara karena setelah kelahirannya, kamu harus merelakan perempuan gila itu berada di rumah sakit jiwakan? Padahal kamu berharapnya jika setelah kelahiran Dirlara kamu bisa hidup bahagia bersama anak kandung dan perempuan yang kamu cintai. Nyatanya harapan tak pernah selaras dengan apa yang terjadikan? Lihatlah Tuhan murka melihat kecurangan kalian! Keegoisan kalian bukan cuma melukai kalian tapi juga banyak hati yang ikut hancur."
"Ran."
"Kenapa? Mau nyebut kalau semua karena tanggung jawab kamu. Cukup dengan memasukan perempuan gila itu masuk pada rumah sakit jiwa itu sudah bentuk pertanggung jawaban. Jadi jangan bersikap seolah kamu seorang dokter jiwa yang kelimpungan karena pasiennya mencoba mengakhiri hidupnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Istri Kedua, Dirlara!
FanfictionTentang gadis berkewarasan minim bernama Dirlara yang dipaksa jadi istri kedua dan melahirkan anak untuk penerus keluarga. Alih-alih menolak justru Dirlara malah memilih untuk menerima dan malakukan hal-hal gila yang membuat semua orang disekitarny...