Dengan langkah pelan laki-laki berkemeja biru muda mulai memasuki kamar milik istri mudanya. Celingak-celinguk memastikan bahwa kedatangannya tidak diketahui oleh sang target. Hingga senyuman milik laki-laki itu terbit ketika mengetahui kamar dalam keadaan kosong dan ada suara gemercik dari arah kamar mandi.
"Kalau emang rezeki gak kemana." kekeh Denis pelan.
Setelah memastikan posisinya pas, tanpa basa basi laki-laki itu segera membuka sedikit pintu kamar mandi hingga ada celah untuk bisa membuatnya leluasa melihat istri mudanya membasuh badan di dalam sana. Bukan mengintip, dirinya hanya sedang melakukan misi sebagai seorang suami yang tanggap dan siaga.
Bayangkan saja kamar mandi penuh air dan sabun hingga lantai akan menjadi licin, bagaimana nanti jika istrinya terjatuh atau terjadi hal yang tidak diinginkan. Sungguh dirinya tidak bisa membayangkan itu, maka sebagai langkah antisipasi dirinya rela merelakan dirinya berperan sebagai pengamat. Dirlara memang beruntung mempunyai suami siaga seperti Denis.
"Itu rambutnya udah panjang, Dir. Udah cukur aja, jangan main-maninin gitu astaga. Gak diliat bikin penasaran, diliat bikin pusing." keluh Denis tapi tetap tidak beranjak dari posisisnya, malah sekarang kedua mata laki-laki itu semakin melotot.
"Tidak cukupkah cobaan yang kau berikan semalam ya Tuhan. Setelah menghadirkan Ibu mertua sebagai tamu berbagi ranjang hingga berakhir pengusiran menantunya yang sudah bersiap sdikipapap semalam? Lalu sekarang ditambah lagi dengan denyutan menyiksa yang siap meledak tapi tak ada musuh. Oh malangnya nasib laki-laki tampan satu ini."
Denis yang terlarut dalam lamunannya sampai tak sadar jika pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Dirlara yang sudah nampak rapi dengan kemeja putih berpadu dengan rok kotak-kotak berwarna hitam, pink.
"Kak?"
Panggilan dan tepukan pelan yang dilakukan Dirlara membuat Denis tersadar dari lamunannya dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sial dirinya katahuan!
"Udah rapi aja pake seragam sekolah mau kemana Dir?"
"Mau mulung!" ketus Dirlara sembari beranjak.
Sedangkan Denis yang mengacak rambutnya sendiri. Merutuki serentetan kalimat tidak masuk akal yang baru saja keluar dari bibirnya. Sungguh basa-basi yang amat sangat bodoh! Maki Denis pada dirinya sendiri.
"Gimana rasanya tidur sama Mama, Dir?"
Gadis yang mendudukan diri di depan meja rias itu segera menoleh dan tersenyum pada suaminya. Semalam memang Dirlara menerima ajakan Rani untuk tidur bersama. Hingga akhirnya membuat Denis terpaksa mengalah dan berpisah tidur bersama Dirlara.
Padahal Dirlara sudah dengan senang hati menawarkan Denis untuk tetap di kamar dan tidur bertiga di ranjang. Namun laki-laki itu malah mengomelinya panjang lebar. Menyalah-nyalahkan Dirlara dan tidak mau menerima usulan baik dari istrinya. Denis itu suami teraneh menurut Dirlara.
"Seru banget, Kak. Aku baru ngerasain tidur sama Mama ternyata semenyenangkan ini. Jadi sebelum tidur Mama gantiin plester di kepalaku, trus Mama nyeritain tentang masa kecil aku. Aku yang suka ngompol, mencret di celana, masuk sarung Pak Rt, ngumpetin celana dalem Papa pokoknya masih bayak lagi pengalaman aku pas masa kecil yang diceritain Mama. Lama banget ceritanya sampai jam satu pagi, terus abis itu Mama nyuruh aku tidur. Eh pas tidur Mama peluk aku, Kak. Pas tidur rasanya nyaman banget karena dipeluk Mama."
Dirlara mengucap itu dengan menggebu-gebu, membuat Denis ikut melebarkan senyumnya dan menepuk puncak kepala istri kecilnya yang terlihat menggemaskan itu.
"Seneng?"
"Seneng bangetlah, ngomong-ngomong Kakak ngapain sih nanya-nanya? Mau tidur sama Mama juga ya?" tanya Dirlara polos membuat Denis ingin menangis saja rasanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/281260387-288-k761793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Istri Kedua, Dirlara!
FanfictionTentang gadis berkewarasan minim bernama Dirlara yang dipaksa jadi istri kedua dan melahirkan anak untuk penerus keluarga. Alih-alih menolak justru Dirlara malah memilih untuk menerima dan malakukan hal-hal gila yang membuat semua orang disekitarny...