Laki-laki berkemeja biru itu segera mengangkat istrinya menuju sofa yang terletak di dekat pintu, lalu membaringkannya di sana. Sebenarnya Denis malu, sangat malu. Bukan pada Dirlara toh walau agak kurang waras Dirlara itu istrinya. Malahan Denis bangga bisa memamerkan pusaka berharganya yang begitu gagah tegak menantang pada gadis nakal itu.
Yang menjadi masalah adalah bukan cuma Dirlara yang menikmati pertunjukan itu. Ada Ayah mertuanya yang melihatnya, walau sesama laki-laki namun Denis tetap saja ingin melebur menjadi debu rasanya. Dan lihatlah bahkan sampai sekarang Ayah mertuanya sekarang wajahnya terlihat tertekan sekali, sepertinya syok melihat pusaka ular naga api kesayangan menantunya. Sepertinya Ayah mertuanya itu minder, melihat ukuran jumbo milik Denis.
"Itu pingsan beneran soalnya kelopak matanya gak bergerak-gerak. Udah biarin aja gak usah dibangunin nunggu bangun sendiri aja. Biasanya Dirlara kalau pingsan langsung lanjut tidur. Gak tahu kenapa dari kecil udah gitu."
Pingsan lanjut tidur? Sedikit aneh memang tapi mengingat yang mengidap keanehan adalah Dirlara jadi Denis tidak kaget lagi.
"Loh itu bajunya Dirlara basah?" tanya Pram membuat Denis mengangguk.
"Iya Pa tadi soalnya sempet main di toilet."
"Hah?"
Denis meringis, merasa jika kata-katanya terlalu ambigu. Sedikit tak enak melihat ekspresi wajah milik laki-laki paruh baya itu.
"Enggak, maksudnya anu Pah. Dirlara main anu di toilet. Eh enggak maksudnya Denis mainin Dirlara di toilet. Bukan Pah maksudnya Dirlara joget terus Denis keluarin air di toilet. Enggak Pah, Maksudnya Denis gak gitu.." mendengar Denis kesulitan menjelaskan Pram langsung terkekeh lalu menepuk pundak menantunya itu.
"Papa ngertiin kok. Namanya pengantin baru, tapi saran Papa jangan terlalu sering. Kasih Dirlara jeda, itu dia pingsan pasti gara-gara kelelahan. Apalagi pas lihat ukuran kamu tadi..."
"Tiiidaaaakkkkkk." teriak Denis sembari menutupi kedua telinganya membuat Pram mengulum senyum, mengapa Pram baru sadar jika menantunya ini sedikit lucu?
"Gak usah sungkah sama Papa. Udah itu cepet gantiin baju Dirlara kasihan kedinginan nanti. Ganti pake kemeja atau kaos yang kamu biasa pake buat lembur aja."
"Denis, Pah?" tunjuk Denis pada dirinya sendiri membuat Pram mengelus dadanya sendiri, inginnya sih dada istrinya tapi mengingat istrinya tidak ada di sini jadi Pram memilih untuk mandiri saja.
"Iyalah kan kamu suaminya. Atau kamu mau Dirlara digantikan sama orang lain?" sinis Pram membuat Denis menggaruk belakang telinganya yang tak gatal.
"Denis gak bisa Pah."
"Gantiin baju aja gak bisa? Kamu itu laki-laki dewasa bukan anak kecil lagi. Kalau masalah gantiin baju aja gak bisa. Terus nanti kalau kalian punya anak gimana?"
"Bukan itu masalahnya Pah."
"Terus?"
"Masalahnya itu Denis gak punya bra buat gantiin punya Dirlara Pah." jawab Denis polos membuat Pram menghembuskan nafas kasar.
"Ya gak usah dipakein!" ketus Pram.
"Tapi nanti kalau punya Dirlara nyembul kaya gunung gimana Yah?"
"KOKOP AJA NIS KOKOP!"
"Siap laksanakan Pah." jawab Denis seraya hormat pada Ayah mertuanya itu membuat Pram menghembuskan nafas frustasi. Bahkan tanpa banyak kata laki-laki paruh baya itu langsung meninggalkan ruangan tanpa mengucap satu patah katapun.
Entahlah Denis rasa sepertinya Ayah mertuanya itu marah. Padahal seingat Denis dirinya sama sekali tak membuat masalah. Tapi Denis mencoba berpikir positif mungkin saja Ayah mertuanya itu sedang ingin buang air besar yang sudah tak tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Istri Kedua, Dirlara!
FanfictionTentang gadis berkewarasan minim bernama Dirlara yang dipaksa jadi istri kedua dan melahirkan anak untuk penerus keluarga. Alih-alih menolak justru Dirlara malah memilih untuk menerima dan malakukan hal-hal gila yang membuat semua orang disekitarny...