Part 25

25.6K 2.4K 135
                                    

Suara gedoran dan teriakan dari luar mobil membuat sepasang suami istri itu terpaksa menghentikan aktivitasnya. Berbeda dengan Denis yang ketar ketir, Dirlara malah terlihat begitu santai. Gadis itu tidak terlalu memusingkan tentang ketiga orang yang menatap marah padanya dan Denis.

Awalnya Dirlara ingin menyuruh Denis untuk tancap gas saja. Tapi begitu mendapati ada mobil yang terparkir tepat di belakang mobil milik Denis, Dirlara memutusjan untuk turun saja.

"Kamu tunggu sini aja, Dir. Biar saya yang ngomong sama mereka." Dirlara langsung saja menggelengkan kepala.

"Kakak diem aja serahin semua sama istrimu yang cantik ini." bisik Dirlara pelan sembari menepuk dada bidang Denis membuat Denis meringis. 

Bukan karena sakit akibat benturan dari tangan sang istri dan dadanya. Tapi karena rasanya Denis tak rela saja jika Dirlara yang harus turun tangan menyelesaikan ini. Karena Denis sudah bisa menebak hasil akhirnya.

Melepas Dirlara menghadapi mereka yang ada malah akan membuat masalah semakin runyam. Mengingat Dirlara yang jika berbicara hanya akan terus menimbukan kesalah pahaman. Tidak menutup kemungkinan jika mereka bertiga bisa marah dan berunjung baku hantam itu bukan?

"Biar saya aja yang ngomong, Dir." cegah Denis yang dibalas gelengan kepala oleh Dirlara.

"Pokoknya Kakak tenang aja, biar aku yang hadepin semuanya. Kalau Kakak gak mau nurutin aku. Pokoknya Kakak gak boleh emut-emut punya aku lagi nanti kalau pas mau bobok. Aku juga gak mau lagi panen mayones dari Bothernya Kakak, biarin aja nanti Bothernya keracunan karena gak dikeluarin."

Denis langsung saja menggeleng kuat. Tidak, dirinya tidak mau itu terjadi membayangkan saja rasanya Denis sudah tidak sanggup. Lebih baik membiarkan Dirlara berdebat saja, toh Dirlara tidak akan pernah kalah berdebat bukan? Kalau mereka menggunakan kekerasan baru Denis akan maju. Karena sebagai lelaki sudah seharusnya Denis berperan sebagai pelindung. 

"Jangan gitu dong, Sayang. Kan kamu juga dapet enak. Masa gak mau lagi sih." rajuk Denis.

"Ya makanya Kakak diem aja. Nurut sama istri biar dapet enak."

"Iya-iya nurut, tapi kalau mereka mau main fisik nanti kamu langsung lari dibelakang aku ya? Biar aku yang lindungin kamu." 

Setelah meyakinkan Denis, Dirlara segera keluar dari mobil. Dengan diikuti Denis di belakangnya tentu saja. Mereka berdiri beriingan sedangkan di depan mereka sudah berdiri tiga laki-laki dewasa. Yang bisa Denis tebak jika bukan berasal dari sini, karena jika mereka warga komplek tentu akan mengenali Dirlara sebagai bintang komplek.

"Kalian mau berbuat mesum ya?" tuduh laki-laki berkemeja putih itu membuat Dirlara mengangguk. Memang benar dirinya dan Denis memang akan berbuat mesum, sayangnya belum terlaksana saja sudah diganggu. Menyebalkan!

"Bapak kok tau? Ngintipin ya?"

"Heh Mbak, zina kok malah ngaku keliatan kayak bangga banget lagi gak ada malu-malunya sama sekali. Inget masuk neraka Mbak!"

Mata Dirlara membola mendengar itu. Enak saja dituduh berzina lalu disumpahi yang tidak-tidak, padahal Dirlara dan Denis itu pasangan yang sah agama maupun negara. Tapi mengapa mereka seenaknya saja menuduh tanpa mencari tahu. Sungguh manusia memang bisanya suuzon dengan manusia lain. Ini tidak bisa dibiarkan, tuduhan keji ini benar-benar mengusik mata batin seorang Dirlara!

"Eh kok Bapak nuduh sih. Kita ini gak zina kita ini pasangan suami istri kok."

"Heleh, kalau udah kepergok biasanya juga gitu ngaku-ngaku suami. Nyatanya itu cuma alibi untuk menutupi perbuatan bejatnya." ujar laki-laki berkaos hitam yang sedikit lebih pendek dari laki-laki berkemeja putih di sebelahnya.

Sang Istri Kedua, Dirlara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang