HALLO! AUTHOR KEMBALI, PADA KANGEN SAMA CERITA INI NGGAK SIH?
YUK VOTE DAN KOMEN BIAR AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT UPNYA. OH YA BUAT PART INI AUTHOR SENGAJA BUAT LEBIH PANJANG. SEMOGA KALEAN TIDAK BOSAN ❤️TERIMAKASIH SUDAH MAU MENUNGGU CERITA INI, LOVE YOU GUYS ❤️
~Sang Istri Kedua, Dirlara!~
"Lebih baik masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan saja."
"Saya nggak mau ya kalau diselesaikan secara kekeluargaan, saya nggak butuh keluarga baru." Seru gadis berseragam pramuka itu.
"Tapi..."
"Asal Mas tahu ya, saya ini istri kedua. Terus kalau setiap saya punya masalah dengan perempuan harus diselesaikan dengan cara kekeluargaan, keenakan suami saya dong bisa nambah-nambah istri terus!"
Pegawai minimarket berlogo merah, kuning itu meringis, "Maksudnya bukan gitu, Dek. Maksud saya kekeluargaan itu cara menyelesaikan masalahnya."
"Saya nggak mau nambah keluarga, Mas! Jangan paksa-paksa saya dong! Mas mau saya aduin ke Kak Soto?"
"Kak Seto!" Balas gadis berseragam yang sedari tadi itu menyimak membuat Dirlara melotot tak terima.
"Diam kau Markoni!"
"Sudah-sudah, jangan berdebat lagi. Ingat peran saya di sini sebagai penengah, saya tidak akan berpihak pada salah satu diantara kalian." Sepasang mata berbingkai kaca mata minus dua itu memandangi gadis berseragam persis seperti miliknya dan Dirlara secara bergantian, sebelum kembali fokus menatap Dirlara.
"Saya harap masalah ini jangan dibesar-besarkan." Lelaki bername tag Toni itu tersenyum kalem. "Lebih baik kita ambil jalan damai saja."
Dirlara langsung mengangguk penuh semangat. "Wah Mas mau ngajak saya tawuran ya? Asiiik!"
"Astagfirullah, Dek. Istigfar Dek istigfar, Siapa yang ngajak Adek tawuran?"
"Ya, Maslah." Tunjuknya pada Toni.
"Astagfirullah, kapan saya ngajakin Adek tawuran?"
"Dih si Mas, masih muda kok udah piknik."
"Piknik?" Beonya membuat Dirlara mengangguk.
"Itu loh penyakit buat orang yang suka lupa, masa gitu aja nggak ngerti! Update dong Mas update!"
"Itu namanya pikun Dek, pikun!" Toni mengacak rambut frustasi. "Kalau piknik itu rekreasi!"
"Halah beda dikit doang, Mas." Dirlara mengibaskan kedua tangannya ke udara. "Jadi kapan ini kita berangkatnya, Mas?"
"Berangkat kemana?"
"Tawuranlah!" Dirlara mencebikkan bibir, "Tadi katanya Mas ngajakin saya tawuran gimana sih!"
"Astagfirullah Dek, saya mana berani ngajakin Adek tawuran. Bisa kena pasal saya nantangin anak di bawah umur."
"Lah bukannya tadi Mas sendiri yang ngajakin saya ke jalan Damai buat tawuran?"
Helaan nafas panjang kembali Toni lontarkan, entah untuk kesekian kalinya. Ingin rasanya mengundurkan sekarang juga kalau tidak mengingat cicilannya yang menggunung. Demi Tuhan, menghadapi satu pelanggan di hadapannya ini sangat-sangat menguji keimanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Istri Kedua, Dirlara!
FanfictionTentang gadis berkewarasan minim bernama Dirlara yang dipaksa jadi istri kedua dan melahirkan anak untuk penerus keluarga. Alih-alih menolak justru Dirlara malah memilih untuk menerima dan malakukan hal-hal gila yang membuat semua orang disekitarny...