Part 18

23.6K 2.5K 375
                                    

Hy guys, kangen gak sih sama cerita ini?
Maaf udah gak up beberapa hari
Selamat membaca
Lafyuuu

~Sang Istri Kedua, Dirlara!~

Dari sudut kantin, terlihat kedua gadis berseragam putih dengan bawahan kotak-kotak sedang khusyuk mengamati gadis berkuncir kuda yang berdiri dan sedang menceritakan kisah hidupnya dengan menggebu-gebu. Bahkan ketiga gadis itu mengabaikan tanggapan dari orang-orang yang menatap aneh mereka.

"Nah gitu ceritanya." ujar Dirlara mengakiri kisahnya disambut tepuk tangan kedua sahabatnya.

"Sumpah Dir, hidup lo udah kayak alur cerita wattpad. Bangga gue sama lo, biasanya hidup lo selalu flat. Berisi tentang kebahagiaan ya walaupun kadang fake. Tapi untuk sekarang akhirnya lo punya masalah berat. Gue sebagai temen lo bangga."

"Akhirnya Nggit setelah sekian purnama kita berteman lo bisa banggain gue." ujar Dirlara seraya mengajak Anggita untuk bertos ria.

"Goblok! Emang lo berdua. Gak waras." maki Monik sembari menyeruput es teh miliknya.

"Eh tapi Dir. Brarti jalan satu-satunya biar bisa keluar dari masalah ini adalah dengan cara lo hamil terus punya anak."

"Setuju sama Anggita sih gue, Dir. Jadi mending sekarang lo pikirin caranya biar cepet hamil. Jangan sampai Kak Denis yang notabennya adalah satu-satunya orang waras di rumah, kena hasut sama duo nenek lampir itu dan ikut jadi gila."

Dirlara mengangguk, menyetujui usulan kedua sahabatnya. Setidaknya dengan mengandung dan memiliki momongan akan membuat posisinya menjadi aman. Sebenarnya Dirlara mau-mau saja, mengingat akan mempunyai dirinya versi mini. Tapi ada hal yang membuat Dirlara belum begitu yakin untuk segera berbadan dua.

"Tapi nanti sekolahku gimana?" tanya Dirlara dengan wajah menyendu.

Walau dirinya bukanlah pelajar yang pintar atau berprestasi. Namun Dirlara cukup paham jika pendidikan itu sangatlah penting bagi kehidupannya kedepan. Lagipula Dirlara belum sepenuhnya puas dengan statusnya sebagai pelajar, mengingat cita-citanya untuk tawuran belum juga teraksana. Tidak mungkin jika seorang Ibu-ibu beranak ikut tawuran bukan?

"Homescholling aja Dir. Kak Deniskan kaya, duit mana masalah buat dia. Lagian gak mungkin sekali coblos bisa buat lo langsung hamil. Terus waktu proses menuju hamil dan saat hamil mudakan masih biisa sekolah biasa kayak gini." saran Monik membuat Dirlara mengangguk-anggukan kepala menyetujui.

"Nah sekarang tinggal gimana usaha lo biar bisa hamil, Dir." celeuk Anggita membuat Monik menghembuskan nafas kasar.

"Masalahnya sekarang tu ni anak terlalu polos. Mana ngerti dia masalah begituan."

"Eh sembarangan gue ngerti ya. Kemarin lusa Kak Denis cium-cium sama mana tangannya raba-raba kemana-mana gak bisa diem. Rasanya tu geli-geli gimana gitu. Terus Kak Denis nyuruh aku pegangin Brothernya dia terus..."

Uhuukkkk

Kedua shabat itu tersedak mendengar penuturan Dirlara. Mungkinkah gadis polos itu sekarang sudah mengerti?

"Goblok! Gak pantes nyeritain hubungan ranjang sama orang lain."

"Elo yang goblok. Orang gue gak nyeritain soal hubungan ranjang kok. Kan kita ngelakuinnya di sofa."

"Dirlaaarraaaa!!" teriak Monik dan Anggita berbarengan membuat gadis berkuncir kuda itu mencibir. Teman-temannya itu memang bodoh.

"Tapi gak dilanjutin, soalnya Kak Denis keburu marah sama gue."

"Lo sih buat masalah mulu jadinya kagak jadi-jadikan itu belah durennya." cibir Monik membuat bibir Dirlara mengerucutkan bibir. Mengapa dirinya yang disalahkan?

Sang Istri Kedua, Dirlara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang