Part 14

26.5K 3K 307
                                    

Noted : Part ini sedikit mengandung unsur 18+. Hanya sedikit gengs
Tapi dosa tetap ditanggung masing-masing

~Sang Istri Kedua, Dirlara!~

Laki-laki yang baru saja pulang dari masjid dan memasuki kamarnya itu mengerutkan kening, begitu melihat istrinya yang masih berbalut mukena hanya duduk termenung bersandar pada ranjang. Semua akan terasa biasa jika yang seperti itu bukan Dirlara, namun ini adalah seorang Dirlara. Jadi akan terlihat sangat aneh jika gadis itu hanya lemas terdiam. Sangat bukan Dirlara sekali.

"Dir," panggil Denis pelan membuat Dirlara mendongak, menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca.

"Hei, kenapa? Tangannya capek gak bisa lepas mukena? Terus ini kakinya lupa cara jalan?" tebak Denis membuat Dirlara menggeleng lemah.

Lama Denis terdiam, mengamati Dirlara yang masih saja menampilkan ekspresi sedih, bahkan beberapa kali menghena nafas panjang. Sebenarnya Denis ingin beranjak, mengingat jika mungkin saja gadis nakal yang sialnya sudah menjadi istri sahnya itu sedang mengerjainya. Namun entah mengapa hati Denis rasanya tak tega, apalagi melihat wajah Dirlara yang begitu mendung.

Mungkinkah ada permasalahan pelik yang menimpanya? Ataukah karena Dirlara sedang merasakan galau akibat keinginannya menjadi pecinta alam terhalang restu.

"Saya bantu lepas mukenanya ya? Abis itu baringan aja dulu mandi nanti jam setengah tujuh aja, barengan sama saya biar hemat waktu."

Melihat Dirlara hanya terdiam Denis langsung beriniatif untuk menggerak-gerakkan kepala Dirlara seolah mengangguk-angguk, menandakan jika Dirlara menyetujui omongan suaminya. 

Setelah itu Denis dengan sigap membantu gadis itu melepas mukena dan menggendongnya menuju ranjang lalu membaringkan istri kecilnya di sana. Tentu disusul Denis yang ikut berbaring miring memeluk lalu meletakkan kepala pada ceruk leher, mengirup rakus aroma vanilla yang menguar, disusul tangannya yang sudah sangat fasih ikut melakukan gerakan gerilya pada bagian tubuh atas istrinya.

"Kak." lirih Dirlara membuat Denis menghentikan kegiatannya mengendus-endus leher Dirlara. 

"Iya, Dir. Kenapa?"

"Aku terlalu nakal ya? Aku bebannya Papa?" tanya Dirlara dengan suara serak, bahkan kedua mata itu berkaca-kaca.

"Enggak kamu bukan beban. Emang sudah seharusnya orangtua merawat anaknya." 

"Aku ngerasa belum bisa jadi anak yang baik. Aku ngerasa.."

Cuuppp

Awalnya hanya sebuah kecupan namun lama kelamaan laki-laki yang berpindah posisi mengurung istrinya itu mulai mencecap lembut. Awalnya memang Denis coba-coba namun lama-lama dirinya terlena juga. Apalagi rasa bibir Dirlara sangat manis.

Ciuman yang dilayangkan Denis membuat Dirlara terdiam. Bahkan gadis itu hanya bisa menutup kedua matanya saat dirasa Denis mulai melumat bibir mungilnya dengan pelan. Tak tahu cara membalas, mau membiarkan bigitu sayang rasanya. Jadi Dirlara putuskan untuk membalas saja, mengingat jika ini merupakan ciuman basah pertama bagi Dirlara!

"Awww." teriak Denis sembari memegangi bibir bagian bawahnya yang mengeluarkan darah.

"Mainnya gak gitu, pake lidah! Bukan digigit-gigit." keluh Denis membuat Dirlara meringis tak enak.

Sang Istri Kedua, Dirlara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang