Hari pertama Dirlara masuk sekolah. Namun sudah dipertemukan dengan jamkos seharian. Nikmat mana yang kau dustakan? Jadi disinilah Dirlara berada. Di pojok kantin duduk bertiga bersama sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Anggita dan Monik. Namun keadaan meja mereka sekarang hening tidak ada satupun pembicaraan disana.
Hingga beberapa saat kemudian Dirlara mengerjap, menatap polos kedua sahabat yang mulai memfokuskan diri kepadanya. Otak kecil itu mulai berpikir apakah ada yang salah dari penampilannya? Hingga Dirlara menatap ke arah dirinya sendiri. Menilai penampilannya yang dirasa tidak ada yang menyimpang selain hari senin menggunakan seragam pramuka.
Memang apa salahnya? Toh Dirlara hanya sedang tidak ingin memakai baju couple dengan para siswa satu sekolahnya. Dirlara juga hanya mengikuti nasihat dari Mama tirinya, jangan memaksakan apa yang kamu tak sukai hanya karena orang lain menyukainya. Jadilah dirimu sendiri meski berbeda.
"Dir ih malah ngelamun cepetan!" desak Monik membuat Dirlara menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Jangan paksa diriku untuk melayanimu Mon. Ingat yang di hadapanmu ini sahabatmu sendiri. Jangan membuat lembah indahku lecet."
"Goblok! Maksudnya bukan itu."
"Oh, kirain mau maksa kayak Kak Denis."
Uhhukkk
Kedua sahabat itu tersedak bersamaan mendengar ujaran polos gadis berseragam pramuka itu.
"Jadi lo jebol?" tanya Monik membuat Dirlara berdecak sahabatnya ini memang bodoh sekali.
"Hah? Sembarangan. Mana ada yang jebol, ini seragam baru."
"Bukan itu, Dir. Maksudnya yang sama Kak Denis ehem-ehem gitu." Dirlara mengangguk beralih menatap Anggita.
"Oh ehem-ehem, ngomong yang jelas dong!" sentak Dirlara.
"Gimana-gimana? Ceritain." desak Anggita membuat Dirlara tersenyum cerah.
"Yang paling parah sih semalem. Ehem-ehemnya sampai pagi. Paling berhenti dibuat tidur bentar terus mulai lagi deh." jelas Dirlara membuat kedua sahabatnya menelan ludah susah payah. Dirlara mereka sudah ternoda!
"Terus keluarinnya di dalem apa di luar?"
"Di luar, aku yang paksa Kak Denis ngeluarinnya ke tissu. Soalnya kalau ditelenkan jorok yakan?"
Kedua gadis yang berada di samping Dirlara itu mengangguk-anggukan kepala. Meski agak aneh, namun keduanya tetap bangga dengan sahabat mereka yang otaknya paling polos itu akhirnya tercemar juga. Malahan gelar predikat jomblo dari kecebongpun langsung bergeser menjadi seorang istri, walau istri kedua. Dirlara yang tak pernah berpikiran mesum malah bisa langsung praktek. Sungguh lika-liku dunia memang seunik itu.
"Kenapa kalian bengong sih!" gerutu Dirlara membuat kedua sahabatnya itu mengerjab.
"Kita gak nyangka aja, Dir. Seorang Dirlara yang begitu polos sekarang udah tercemar."
"Ih enggak aku gak tercemar orang ehem-ehemnya Kak Denis udah sembuh, kan udah minum obat. Eh ini kalian ngapain ngomongin Kak Denis yang lagi batukkan?"
"Dirlaraaaaaaaaaaa!!!" jerit Monik dan Anggita bersamaan membuat Dirlara terkekeh. Kedua temannya ini memang perhatian, batuknya suaminya saja begitu dikhawatirkan. Sungguh persahabatan yang idaman semua orang.
~Sang Istri Kedua, Dirlara!~
Langit begitu kelam, langit sedang mengamuk dengan mengeluarkan tangisnya. Suara petir saling bersautan. Bahkan kilatnya begitu terang tembus ke dalam ruang keluarga yang terletak pada lantai satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Istri Kedua, Dirlara!
FanfictionTentang gadis berkewarasan minim bernama Dirlara yang dipaksa jadi istri kedua dan melahirkan anak untuk penerus keluarga. Alih-alih menolak justru Dirlara malah memilih untuk menerima dan malakukan hal-hal gila yang membuat semua orang disekitarny...