Perempuan berdaster biru muda itu terus berjalan mundur sampai akhirnya punggungnya berbenturan dengan dinding. Demi neptunus, dari pada menghadapi seorang laki-laki dewasa yang memandanginya dengan tatapan cabul Dirlara lebih memilih berhadapan dengan ibu tirinya yang kejam seperti Ibu kota.
"Pait, pait, pait, pait." ujar Dirlara sembari mengipas-ngipaskan tangan seperti gerakan mengusir tawon.
Melihat Dirlara yang terus menjahilinya seharian ini membuat Denis menaikkan sudut bibir. Sedikit bermain-main dengan gadis nakal di hadapannya tak masalah bukan?
"Kalau di lihat-lihat kmu cantik, Dir."
"Enggak, sekarang udah gak cantik lagi. Udah luntur cantiknya pas mandi tadi."
"Kamu juga wangi. Saya suka."
"Inget kakak buka meimei jadi gak boleh saya suka saya suka."
"Jadi bolehnya apa. Hmmmm?"
"Jangan Kak, inget aku bukan rinso yang berani kotor."
"Bukannya kamu yang menantang saya, Dirlara?" ucap Denis seraya mengelus pelan pipi istrinya yang terlihat begitu ketakutan.
"Aku becanda, Kak."
"Kamu istri saya. Inget Dirlara menolak suami itu dosa. Nanti masuk neraka, mau?" Dirlara menggeleng seraya menatap Denis dengan mata berkaca-kaca.
Ekspresi polos yang ditampilkan Dirlara semakin membuat dirinya terlihat menggemaskan di mata Denis. Membuat laki-laki yang tadinya hanya menggoda itu akhirnya kalah dalam permainannya sendiri. Denis yang akhirnya tergoda pada Dirlara hingga
Cuupp
Satu buah kecupan berhasil dicuri Denis pada pipi Dirlara. Membuat perempuan berkuncir kuda itu membulatkan mata dan
Bugh
Satu buah tendangan Dirlara layangkan pada pusat inti kehidupan suaminya. Membuat laki-laki berperawakan tinggi itu meringis lalu memeganginya dengan tangan.
"Dasar laki-laki cabul! Enyah kau dari muka bumi ini. Pergilah bersama Bang Sopo dan Jarwo wahai Denis."
Mata Dirlara mengerjap begitu mendapati tempat suaminya berdiri kini telah kosong. Kemanakah perginya suaminya? Mungkinkah Denis melakukan teleportasi.
Hingga akhirnya suara ringisan itu membuat Dirlara menoleh ke arah kasur. Di sana Denis sedang mengguling-gulingkan badannya ke kanan dan ke kiri. Membuat Dirlara mendekat ke arah suaminya.
"Maaf, Kak aku nendangnya kekencengan ya? Gak sengaja beneran. Sakit ya? Sini aku liat."
"Jangaaan." teriak Denis histeris.
"Aku panggilin dokter mau? Atau aku telfonin Kak Nami biar kesini gimana?"
"Gak! Sana kamu keluar dulu." titah Denis dibalas anggukan oleh Dirlara. Namun aneh perempuan itu malah berdiri dan mengangguk-anggukan kepala terus menerus seperti orang linglung.
"Sana pergi. Ngapain kamu masih di sini. Mau ngintip punya saya ya kamu?"
"Enggak ngintip kan udah keliatan dari tadi."
Denis menunduk menatap ke arah tali pada baju handuknya yang terlepas. Membuat wajah laki-laki itu memanas.
"Cepet tutup mata kamu."
"Siap panjang." teriak Dirlara tanpa sadar.
"Dirlara!"
Tok
Tok
TokKetukan pada pintu menghentikan perdebatan keduanya. Keduanya saling pandang lalu berjalan mondar mandir bersama.
"Kok malah muter-muter sih, sana pake baju cepet. Biar aku yang buka pintu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Istri Kedua, Dirlara!
FanfictionTentang gadis berkewarasan minim bernama Dirlara yang dipaksa jadi istri kedua dan melahirkan anak untuk penerus keluarga. Alih-alih menolak justru Dirlara malah memilih untuk menerima dan malakukan hal-hal gila yang membuat semua orang disekitarny...