Part 31

31.7K 3.5K 788
                                    

HALLO I'M BACK, PADA KANGEN GAK NIH?
MAAPKEN YA KALAU UPNYA LAMA, ABIS INI ENGGAK LAMA LAGI KOK.
SELAMAT MEMBACA

~Sang Istri Kedua, Dirlara!

Jangan takut untuk terus mencoba meski berakhir dengan kegagalan, karena tanpa kamu sadari sebenarnya kamu sudah berhasil! Berhasil membuat kegagalan yang berulang-ulang.
~Dirlara

~Sang Istri Kedua, Dirlara!~


Lautan awan berwarna hitam kelam mulai bergerumun, kilatan-kilatan cahaya bersautan disusul suara petir menggelegar seakan mengingatkan para kaum di bawah langit segera beranjak mencari perlindungan. Tak lama setelah itu air langit saling berjatuhan seakan berlomba siapa tercepat memeluk sang bumi yang hanya terdiam menanti.

Hawa dingin begitu menusuk, namun hal itu tak menyurutkan langkah ketiga gadis yang masih enggan beranjak dari tempat mereka bernaung. Meski air langit tak akan langsung menembus, namun cipratan-cipratan ringan ajakan bermain sang rintik perlahan-lahan menghunus, hadirkan dingin begitu menusuk.

Terlalu asik meratapi gemuruh amukan cinta sang langit membuat meja bernomor delapan itu hening, tiada suara apapun selain gemercik air langit dan kilat yang saling menyaut. Padahal biasanya mereka jika sudah bersatu pasti menimbulkan keributan entah apapun yang mereka bahas pasti akan selalu ada, tapi kali ini berbeda mereka seperti terjebak dalam sebuah dimensi keheningan yang mereka bangun sendiri.

Hingga beberapa saat kemudian kedua perempuan yang terlena itu tersadar, lalu saling menyenggol seakan memberi kode untuk menyadarkan sahabat mereka satu lagi yang masih terlena.

"Dir, pindah yuk?" ajak Monik yang diangguki Anggita membuat gadis yang dipanggil Dir itu mengerjab lalu menggeleng.

"Disini aja, kecipratan ujan dikit gapapa. Anggep aja ujian hidup, karena hidup tidak akan selalu mudah pasti ada rintangan yang harus dihadapi. Kita mungkin mempunyai pilihan untuk bertahan atau melepaskan, meski sama-sama menyakitkan namun tak ada salahnya untuk mencoba bertahan dulukan? Karena pergi mencari yang kalian anggap memberi kenyamanan belum tentu lebih baik dari kita sedikit meluaskan hati, bertahan dan memperbaiki."

Mendengar itu Monik dan Anggita sejenak saling pandang, sebelum kemudian kembali memfokuskan menatap Dirlara dengan mulut menganga seakan tidak yakin jika yang di hadapannya ini Dirlara teman mereka. Atau mungkinkah setelah menikah dan terus dicekoki air kehidupan oleh sang suami membuat Dirlara mereka menjadi waras?

"Ibarat meninggalkan sang pemberi pelangi hanya karena satu kesalahannya dengan datang membawa sang guntur. Lalu kita beranjak mengejar aurora yang terlihat lebih indah nyatanya untuk melihat aurora pengorbanan kita jauh lebih menyakitkan. Kita harus bertahan dalam pekat demi melihat kilau aurora yang akhirnya juga meninggalkan kita dalam sedu sedan malam tak berbintang. Bukankah semuanya hasilnya sama-sama menyakitkan? Hanya bedanya cara kita mendapat dan menikmati kesakitan kita."

"Dir,"

"Jadi jangan karena mendapat sedikit gemercik, membuat presepsi kita mengenai air langit juga ikut melebur menjadi seolah-olah sang rintik datang membawa belati yang siap menguliti."

"Daebak, Dirlara kata-katanya keren!" puji Monik membuat Dirlara melebarkan kedua sudut bibirnya.

"Tadi pas bangun lo kesetrum dulu, Dir?" tebak Anggita membuat senyuman Dirlara seketika luntur. "Kok bisa bijak gini, pasti lo abis kestrum sampe kelonjotan kayak ayam mau disembelihkan? Jadinya otak lo yang selama ini tertidur itu kaget terus kebangun?"

"Heh! Sembarangan, jangan main fitnah ya lo Nggit! Ini tidak bisa dibiarkan, bisa-bisanya lo ngomongin sahabat lo sendiri. Gue gak terima pokoknya! Enak aja ngatain orang segala pake kesetrum, dimiripin sama ayam mau disembelih lagi. Ini sebenernya gue cuma mempermanis kata biar kita gak pindah. Kita ini di cafe, pindah meja bayar! Kita itu miskin, gembel aja liat kita minder jadi gak usah macem-macem. Ingat prinsip hidup kita kawan, terkadang kita harus sadar diri sebelum jual diri"

Sang Istri Kedua, Dirlara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang