Part 35

12.1K 720 205
                                    

Hai guys lama tidak berjumpa! Jangan protes karena lama update jadi lupa alur karena sesungguhnya author kesayangan kalian ini juga lupa alur 😭🙏

Dua tiga ikan berenang
Berenangnya sama itik
Selamat bersenag-senang
Membaca cerita author cantik

~Sang Istri Kedua, Dirlara!~

Selimut kabut mengungkung mendung, hantar sang hapa bisik sua kabar sang hawi undur diri. Seolah tuli seruan sang hamba rapalkan mantra penjeda, nyatanya gegap gelap tetap menyergap.

Serdadu mendudu, belenggu waktu limbungkan detak harap, kala sang kelam penuhi ikrarnya menggiring denting sang rintik.

Kini dentum decap tanah mulai menggema, kala panah tirta sang langit terus membumbung tak berjeda halau sang bumi, laranya timbulkan racau, gambarkan beribu luka yang menganga sebab tancapan panah tirta sang langit.

Lihatlah, kini gerimis terdengar menjadi begitu sadis, sebab imbuhan bumbu aksara sanggup lahirkan berjuta cerita.

Jemari lentik itu mengusap lengan seragam pramuka yang dikenakannya, kala dirasa dingin semakin menusuk.

"Dingin," Meski bibir bersua lirih, namun tubuh enggan beranjak. Dibiarkannya tubuh berbalut seragam pramuka itu terbilas air langit.

Basah namun indah.

Sembunyi dalam kungkungan rintik yang datang dengan begitu brutal. Tusuk demi tusuk yang dihunus tak seperih hatinya yang tersayat.

Entah keindahan apa yang Tuhan janjikan, hingga dirinya rela berbalut luka sejak dilahirkan.

Kekusyukannya dalam mengungkung diri, tak menyadari jika ada sepasang netra yang sedari tadi menatapnya begitu lekat kini kian mendekat.

Seiring dengan derunya hunusan patron diayukan lelaki itu tepat di atas tubuh sang gadis berseragram coklat.

Hingga air muka sendu sang gadis yang merunduk menatap bentala itu mulai menautkan kedua pagar berbulu di atas netranya. Kala dirasa hujan tak lagi menyembur mengena tubuhnya.

"Loh, ini hujan masih deres tapi kepalaku dilewati. Jangan-jangan karena kebanyakan hujan-hujan kepalaku jadi water proof?"

Kepala gadis berseragam pramuka itu menggeleng pelan. "Ya Allah, jangan kutuk hamba menjadi water proof alias anti air. Bukan tidak bersyukur tapi alangkah lebih baiknya dikutuk supaya anti miskin saja ya Allah."

Suara kekehan yang bersahutan dengan hujan membuat gadis itu mendongak, senyum tipisnya terbit kala menatap pemuda berkaos hitam yang kini nampak menahan tawa. 

"Alam? Kamu Alam?" lirihnya tak percaya.

Alam mengangguk. "Iya aku Alam."

"Sekarang Alam udah nggak jadi dukun? Kamu alih profesi jadi ojek payung ya?"

Senyum pemuda itu perlahan sirna, ditatapnya dengan hikmat gadis berbibir pucat di hadapannya yang kini terlihat riang gembira. Seiris hatinya jadi bertanya-tanya, secepat itukah gadis itu bangkit dari rasa sedih yang baru dirasakannya? Ataukah gadis itu memang terbiasa memakai topeng?

"Ayo pergi." Ajaknya sembari mengulurkan tangan, mengindahkan pertanyaan konyol yang dilontarkan sebelumnya.

"Kamu mau ngajak aku pergi kemana? Kamu mau booking aku ya?"

Alam begidik ngeri melihat gadis di hadapannya. "Ngaco banget kalau ngomong. Tadi ngira dukun sekarang ngira penjahat kelamin yang mau booking kamu."

"Tapi kamu ini beneran Alamkan?" Tanya gadis itu memastikan sekali lagi yang dibalas anggukan malas sang pemuda. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Istri Kedua, Dirlara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang