Part 33

35.6K 3.5K 1K
                                    

HALLO PADA KANGEN ENGGAK SIH SAMA CERITA INI? MAAF YA AKU LAMA UPDATENYA. SELAMAT MEMBACA DAN TERIMAKSIH SUDAH MAU MENUNGGU. I LOVE YOU ❤️

~Sang Istri Kedua, Dirlara!~

Bagaimana caraku menyisipkan kata selesai, sedangkan kisah kita bahkan belum sempat mulai
~Dirlara

~Sang Istri Kedua, Dirlara!~


Gadis yang bergelung dengan selimut itu mulai membuka mata setelah mendengar suara decitan pintu, pertanda pintu yang semula terbuka itu kembali tertutup. Sejenak dirinya menghela nafas panjang, sebelum mengusap keningnya yang tadi sempat mendapat kecupan. Sebuah ritual yang akhir-akhir ini suaminya lakukan secara diam-diam. Entah apa tujuannya dirinya juga kurang mengerti.

"Sebenernya mau kamu apa, Kak." gumannya sebelum terkekeh menertawakan nasibnya sendiri.

"Kenapa kamu menarik ulur, disatu sisi kamu seolah menjadi lorong gelap yang enggan untuk kutelusuri namun disisi lainnya kamu malah mengibarkan sandi morse yang mengisyaratkan aku untuk masuk lebih dalam. Kenapa kamu memintaku berjuang tapi kamu sendiri juga yang mencipta jeda titik temu kita."

"Lantas aku harus apa sekarang? Bersamamu hanya membuatku sakit, tapi berpisah darimu hanya membuatku semakin pecah tak beraturan. Ibarat aku adalah lilin dan kamu adalah api, kebersamaan kita hasilkan bias nyata yang memikat namun pada akhirnya tetap saja salah satu dari kita harus mati. Entah kamu yang padam sebelum aku berakhir atau aku yang tak terbentuk karena nyalamu yang membakar. Sama-sama menyakitkan."

Dirlara memejamkan mata sejenak, sebelum melebarkan senyumnya namun dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak, dirinya tidak akan menangisi kisah cintanya yang pedih. Karena Dirlara sudah menebak dari awal jika akhirnya begini, Dirlara bahkan sudah mempersiapkan hatinya untuk hancur tapi tetap saja pedih itu berhasil menyergap. Mencari celah bagian dinding hati Dirlara yang merapuh untuk merambat mentransfer patahan-patahan luka dan menancap begitu menyakitkan.

Dirlara menggeleng, berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk yang berkecamuk dalam benaknya. Tidak! Dirinya tidak ingin memikirkan ini lebih lanjut Dirlara takut otaknya cidera serius, hanya karena masalah cinta!

"Santai Dir santai, ngapain mikirin soal Cinta! Masalah Cinta mah biar Uya Kuya aja yang mikirin kamu enggak usah ikut-ikutan," gumam Dirlara pelan sebelum beranjak dari tempat tidur.

Akhirnya setelah kemarin hari minggu, hari ini berubah menjadi senin, besok menjadi selasa dan lusa menjadi rabu. Lihatlah betapa repotnya menjadi manusia, bahkan baru bangun tidur pun sudah dituntut untuk menyematkan nama untuk hari yang akan dilewatinya. Lebih lucu lagi adalah ketika satu dunia dipaksa berpatokan sama dan tidak boleh salah dalam menempatkan nama-nama untuk hari. Bukankah ini seperti sebuah ironi? Manusia dipaksa untuk sempurna tanpa cela, padahal pada hakikatnya pemilik kesempurnaan hanyalah Sang Kuasa.

Jadi manusia memang begitu rumit, maka dari itu Dirlara ingin sekali menjadi ubur-ubur agar bisa berenang bebas dan tidak perlu berebut oksigen dengan mahluk bumi lain. Lagipula menjadi ubur-ubur terlihat lebih asik, bahkan kentutnya pun estetik.

Tidak seperti saat menjadi manusia, kentut berbunyi sedikit keras saja langsung mendapat tatapan menghakimi orang-orang sekitar, belum lagi kalau kentutnya mendapat sedikit bonus berupa ampas sari-sari kehidupan. Langsung saja kata umpatan mereka keluarkan, padahal hal itu sangat wajar bukan? Toh yang keluar juga barang dari dalam tubuh kita sendiri bukan dengan meminjam gas atau ampas milik orang lain. Entahlah, manusia kadang memang seaneh itu.

"Kayaknya orang yang paling normal di dunia ini tuh cuma aku." lirih Dirlara sembari bercedak, miris dengan perkembangan manusia jaman sekarang!

Setelah berhasil mengikat tali sepatu, Dirlara segera beranjak mengambil tas dan menggendongnya di punggung. Lalu dengan langkah riang Dirlara mulai meninggalkan kamar bersiap untuk sarapan sebelum berangkat sekolah.

Sang Istri Kedua, Dirlara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang