Pukul sebelas malam, pemuda yang memiliki senyum kotak di wajahnya itu baru memasuki mansion keluarga Kim. Ia segera masuk ke dalam rumah setelah meletakkan sepatunya di rak. Dengan langkah perlahan, Taehyung menuju ke dapur dan mengambil segelas air minum. Setelah mencuci gelas yang baru saja dipakainya, pemuda itu mendekati kamar orang tuanya yang terletak di dekat dapur. Ia melongokkan kepalanya di pintu setelah membukanya sedikit. Di kamar itu ia melihat ayah dan ibunya sudah tidur pulas.
"Wae bang geum dorawasseo?*" Sebuah suara terdengar bertanya saat Taehyung hendak menaiki tangga. Membuat pemuda itu mendongakkan kepalanya dan menatap sosok laki-laki tampan berbahu lebar yang berdiri menyandar pada pagar pembatas lantai dua. (*Kenapa baru pulang?)
"Bukankah Joon sudah mengatakan padamu jika kita semua akan pergi mengunjungi Jiwoo?" Tanya Seokjin saat Taehyung melangkah menaiki anak tangga.
"Eoh. Joonie Hyung sudah mengatakannya." Jawab pemuda berusia 23 tahun itu sambil melangkah melewati kakaknya. Ia melangkah mendekati kamarnya.
"Geuraeseo?*" Tanya pemuda berbahu lebar itu sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. (*Lalu?)
"Aku tidak datang." Jawab Taehyung singkat.
"Waeyo?" Tanya Kim Seokjin dengan dahi berkerut.
"Aku tidak menginginkannya." Jawab Taehyung sambil membuka pintu kamarnya. Ia hendak masuk saat tiba-tiba Seokjin menghempaskan tubuhnya hingga menabrak pintu dan menciptakan suara keras karena tabrakan daun pintu dengan tembok. Taehyung menatap mata sang kakak yang menatapnya dengan penuh kebencian. Kedua tangan kakaknya mencengkeram bajunya hingga membuatnya sedikit terangkat.
"Aku benar-benar membencimu, Taehyung-ah! Sikapmu benar-benar membuatku sangat muak." Desis Seokjin sambil menatap mata sang adik. Taehyung diam saja.
"Kau yang membuat Jiwoo meninggal, tapi kau tidak pernah datang mengunjungi makamnya bahkan untuk sekedar minta maaf."
Ucapan Seokjin membuat Taehyung tertawa miris. Suaranya lirih terdengar di telinga sang kakak.
"Hyung sudah selesai?" Tanya pemuda bermata elang itu tenang.
"Mwo?"
"Jika Hyung sudah selesai, biarkan aku masuk ke kamar. Aku ingin beristirahat." Lanjutnya lagi yang membuat Seokjin menjadi sangat geram. Pemuda berusia 27 tahun itu nyaris memukul sang adik jika tak dihentikan oleh seseorang yang menyela.
"Geumanhae, Hyung!" Terdengar suara Namjoon di belakang kakak beradik itu.
"Jangan membuat Eomma dan Appa terbangun karena keributan yang kalian ciptakan!" Tegurnya sambil mendekati si sulung. Seokjin melepaskan pegangannya dari si bungsu dengan kasar. Membuat Taehyung nyaris terjengkang karena hentakan itu.
"Percuma saja Hyung meminta dia untuk minta maaf. Dia tidak akan melakukannya." Kata Namjoon sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Ia menyeringai, mengejek sang adik yang terlihat sedang membenahi bajunya. Kebetulan Taehyung sedang menatap Namjoon, jadi ia melihat senyum ejekan yang diberikan oleh kakak keduanya itu padanya.
"Geurae. Dangsin-i olhseub*. Pembunuh tidak akan pernah menyesali perbuatannya. Dia tidak akan pernah meminta maaf pada korbannya." Timpal Seokjin menyetujui pendapat Namjoon. Taehyung hanya tersenyum sendu mendengar kata-kata itu. Sakit hatinya tiap kali sang kakak menuduhnya seperti itu. Tapi ia menyembunyikan ekspresinya, ia tidak ingin Seokjin dan Namjoon mengetahui perasaannya yang sesungguhnya. (*Kau benar!)
"Sudahlah, Hyung! Lebih baik kita ke kamar dan beristirahat. Kita hanya membuang-buang waktu berbicara dengannya seperti ini." Tukas Namjoon lalu melangkah kembali ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) Leave Me!
FanfictionCOMPLETED! Kim Taehyung awalnya merasa begitu kesepian. Karena kedua kakaknya, sejak kecil selalu memusuhinya. Setelah adiknya, Kim Jiwoo meninggal dunia, Kim Seokjin dan Kim Namjoon menjadi begitu membencinya. Mereka selalu menuduh bahwa pemuda itu...