Taehyung membuka matanya karena siraman air di wajahnya. Pemuda itu terbatuk-batuk karena air itu ada yang masuk ke dalam mulutnya.
Kedua matanya mengerjap karena beradaptasi dengan cahaya yang masuk. Ia melihat sosok Park Ji Hwan sedang berjongkok sambil memegangi sebuah botol air mineral yang berisi sedikiti air.
"Kau sudah bangun?" Tanya Park Ji Hwan sambil menjambak rambut Taehyung hingga membuat pemuda itu meringis. Menyadari Taehyung telah bangun sepenuhnya, ia segera melepaskan cengkeramannya dengan kasar.
"Selamat datang, Taehyung-ssi. Apakah kau terkejut?" Tanya Park Ji Hwan sambil membuang botol air mineral yang masih dipegangnya. Membuat Taehyung menatapnya dengan sangat dingin. Tak ada emosi yang terlihat di wajah pemuda itu.
Netra pemuda bermata elang itu menatap satu sosok yang berdiri tak jauh dari Park Ji Hwan. Sosok itu berdiri dengan bersandar di tembok tanpa berani menatapnya. Dia adalah Park Jimin. Mantan sahabatnya.
"Sepertinya di dalam hati kau sedang bertanya-tanya mengapa Jimin ada di sini. Benarkan?" Tanya Park Ji Hwan yang membuat tatapan Taehyung kembali padanya. Laki-laki itu menyeringai.
"Tentu saja Jimin harus berada di sini. Dia yang membawamu kemari, Taehyung-ah. Ha-ha-ha..."
Taehyung melengos. Malas sekali ia melihat sosok Park Ji Hwan yang ada di hadapannya.
PLAK!
Tiba-tiba saja, Park Ji Hwan menampar pipi kiri Taehyung dengan keras. Meskipun begitu, sama sekali tidak ada suara yang keluar dari bibir pemuda yang memiliki senyum kotak itu.
"Kau meremehkan ku, kan? Huh?" Bentak Ji Hwan dengan kesal. Ia kembali menjambak rambut Taehyung dengan kuat.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Taehyung datar tanpa emosi meskipun sebenarnya ia ingin sekali berteriak karena rasa sakit yang diterimanya. Ia menatap sosok Park Ji Hwan dingin.
Sekali lagi Ji Hwan melepaskan cengkeraman tangannya dengan kasar. Ia segera mendekati Jimin dan menarik putranya itu agar posisinya berada di hadapan Taehyung.
Tatapan mata Jimin bersirobok dengan tatapan Taehyung. Namun hanya sebentar karena Jimin langsung mengalihkan pandangannya.
"Katakan padanya, Jimin-ah! Alasan mengapa dia bisa berada di posisinya saat ini." Seru Park Ji Hwan dengan penuh kesenangan. Ia menikmati penderitaan putranya yang sebenarnya tidak ingin melakukan hal ini.
"M-mianhae, Tae-ya. Aku terpaksa melakukan ini padamu. A-aku butuh uang." Ucap Jimin dengan gugup. Taehyung diam saja. Ia hanya menatap Jimin yang masih memandang ke arah samping.
"A-aku tidak ingin polisi menangkapku, Tae-ya. K-karena itu aku...."
"Kau ingin melarikan diri?" Tanya Taehyung datar. Seketika itu juga Jimin menatap Taehyung. Sahabatnya itu tersenyum miring.
"Kau tahu? Yoongi Hyung akan melaporkanmu ke polisi. Ani, mungkin saat ini polisi sudah menerima laporan darinya." Cetus Taehyung pelan.
"W-wae? M-mengapa Yoongi Hyung melaporkanku ke polisi?"
"Apa kau lupa dengan perbuatan yang kau lakukan di rumahnya? Sebentar lagi kau akan menjadi buronan polisi, Jimin-ah."
Ucapan Taehyung membuat Jimin meremas rambutnya sendiri. Ia ingin membela diri, namun tidak ada kata-kata yang mau keluar.
"Ha-ha-ha. Menjadi buronan polisi? Sudah sejak beberapa hari yang lalu anak sialan ini menjadi buronan polisi, bodoh! Mwo? Kau tidak tahu? Jimin merupakan salah satu pelaku pembuat onar dan perampokan yang terjadi akhir-akhir ini." Ujar Park Ji Hwan sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) Leave Me!
FanfictionCOMPLETED! Kim Taehyung awalnya merasa begitu kesepian. Karena kedua kakaknya, sejak kecil selalu memusuhinya. Setelah adiknya, Kim Jiwoo meninggal dunia, Kim Seokjin dan Kim Namjoon menjadi begitu membencinya. Mereka selalu menuduh bahwa pemuda itu...