Pagi-pagi, Taehyung bangun dengan kepala yang sangat pening. Semalam ia tidak bisa tidur. Ia baru bisa terlelap sekitar pukul tiga pagi. Tak bisa dipungkiri, badan Taehyung kembali menghangat karena banyak pikiran. Ia bisa merasakannya tanpa harus menyentuh kulitnya.
Pemuda itu segera bangun. Ia tidak ingin kedua kakaknya mengetahui kondisinya yang kembali memburuk. Ia harus kuat. Oleh karena itu ia segera melakukan rutinitas paginya. Setelah mengganti pakaiannya, ia segera keluar kamar. Tapi saat ia hendak membuka pintu, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dari luar. Lagi-lagi terlihat sosok Seokjin di sana dengan raut wajah yang terkejut. Entah mengapa sepertinya ia dan sulungnya itu sering sekali membuka pintu nyaris bersamaan.
"Kau sudah bangun, Tae?" Tanya Seokjin setelah menguasai dirinya dari rasa kaget. Taehyung mengangguk.
"Kalau begitu, ayo kita sarapan." Ajak Seokjin menggunakan kepalanya.
"Namjoon Hyung belum bangun?" Tanya Taehyung sambil menutup pintu kamarnya.
"Sepertinya dia sedang mandi." Jawab Seokjin lalu melangkah mendahului bungsunya menuju ke arah tangga.
Taehyung menatap kamar Namjoon dengan dahi berkerut. Entah apa yang akan kakaknya lakukan jika ia tahu bahwa kondisinya kembali memburuk. Memikirkan hal itu membuat kepalanya seketika berdengung sakit.
"Tae-ya? Mwo hae?" Tanya Seokjin yang melongokkan kepalanya di anak tangga. Taehyung menggeleng. Ia segera menyusul sulungnya demi menuju ke lantai satu.
"Achim*, Adeul." (*Pagi, nak.)
Taehyung dan Seokjin terkejut mendengar suara itu. Keduanya menoleh ke suara lembut yang baru saja menyapa mereka dari arah dapur. Terlihat Ye Jin sedang menyiapkan susu dalam gelas di sana.
"Eomma?" Tanya Seokjin dan Taehyung nyaris bersamaan. Keduanya tidak percaya melihat sang ibu sudah berada di rumah hingga bergeming dari tempat mereka berdiri.
Ye Jin tersenyum sambil melangkah mendekati dua putranya yang terdiam. Ia menyentuh wajah Seokjin dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menyentuh wajah Taehyung.
"Kau masih panas, Tae." Ucap Ye Jin dengan dahi berkerut.
"Eomma kapan datang?" Tanya Seokjin dengan sangat terkejut.
"Belum lama. Mungkin sekitar sepuluh menit Eomma di rumah."
"Appa?" Tanya Taehyung lirih.
"Appa masih di kamar. Sebentar lagi Appa pasti keluar."
"Mengapa Eomma dan Appa tidak mengatakan apa-apa jika mau pulang? Aku kan bisa menjemput di bandara." Tanya Seokjin dengan dahi berkerut. Ye Jin tersenyum. Ia menepuk pipi kiri Seokjin sekali lagi.
"Mianhae. Eomma hanya ingin memberi kalian kejutan. Itulah sebabnya mengapa Eomma tidak memberitahukan padamu mengenai kepulangan kami dari Jepang." Ujar Ye Jin dengan suara lembutnya. Seokjin tersenyum menatap sang ibu.
"Hyungie...." Panggil Taehyung mencoba mendapatkan perhatian dari sang kakak. Seokjin menoleh dan menatapnya. Ye Jin juga menatap bungsunya itu.
"Waeyo?" Tanya Seokjin pelan.
"Nanti aku ingin menjenguk Kookie di rumah sakit. Boleh kan?" Tanya Taehyung dengan dahi berkerut.
"Tae-ya! Kau baru saja sembuh. Kau masih harus beristirahat."
"Jebal, Hyung...." Taehyung memohon. Seokjin menggelengkan kepalanya.
"Andwae!"
"Hyung..."
Entah mengapa, mendengar jawaban yang diberikan Seokjin untuknya membuatnya begitu ingin menangis. Mengapa kakaknya itu begitu protektif terhadapnya? Jika ia tidak meninggalkan rumahnya hari ini, maka ia tidak akan bisa mengambil uang dan memberikannya pada orang itu. Jika ia tidak memberikan apa yang orang itu inginkan, entah apa yang akan orang itu lakukan pada orang-orang yang disayanginya. Membayangkan hal itu membuat dada Taehyung menjadi sangat sakit. Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu menimpa kedua kakaknya dan juga sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) Leave Me!
FanfictionCOMPLETED! Kim Taehyung awalnya merasa begitu kesepian. Karena kedua kakaknya, sejak kecil selalu memusuhinya. Setelah adiknya, Kim Jiwoo meninggal dunia, Kim Seokjin dan Kim Namjoon menjadi begitu membencinya. Mereka selalu menuduh bahwa pemuda itu...