Chapter 16

735 81 2
                                    

Namjoon menatap tajam sosok Seokjin yang sedang mengancingkan kemejanya. Ia juga menatap Taehyung yang terus menunduk sambil mempermainkan jemarinya di kursi belajar yang didudukinya. Hati pemuda itu kesal sekali. Kedua saudaranya masih belum ada yang membuka suara.

"Hyung!" Panggil Namjoon dengan kesal. Seokjin hanya tersenyum menatapnya.

"Tidak ada yang terjadi, Joon."

"Geotjimal! Jika memang tidak ada yang terjadi, anak itu tidak akan menunjukkan wajah seperti itu!" Cetus Namjoon sambil menunjuk ke arah Taehyung yang sejak tadi terus murung.

Mendengar ucapan sang kakak, Taehyung akhirnya mengangkat wajahnya. Dahinya berkerut karena tak menyangka Namjoon akan berbicara seperti itu.

"Joon! Jangan bicara seperti itu! Tae hanya bersedih karena melihat Hyung terluka."

"Dan luka Hyung terjadi karena sesuatu, bukan? Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi! Apa yang Hyung lakukan sampai Hyung terluka seperti ini?" Cecar Namjoon tidak sabar.

"Sebenarnya..." Taehyung ingin mengucapkan sesuatu, tapi Seokjin dengan cepat memotong ucapannya.

"Sudah Hyung katakan tadi, Joon. Tidak ada yang terjadi. Hyung terluka karena Hyung ceroboh. Sudahlah! Jangan memikirkan tentang masalah ini! Yang terpenting adalah, Hyung baik-baik saja, eoh?" Ucap Seokjin sambil berdiri dan mendekati adiknya itu dan menepuk bahunya menggunakan tangan kanan.

Namjoon ingin sekali membalas ucapan sulungnya. Jelas sekali jika kakaknya itu sedang berbohong. Jika dia benar-benar sedang baik-baik saja, bungsunya tidak akan menunjukkan ekspresi sedih seperti itu. Si bungsu terlihat sangat khawatir. Dan sorot matanya menunjukkan perasaan bersalah.

"Kembalilah ke kamarmu! Ini sudah malam. Hyung juga akan kembali ke kamar. Hyung...." Ucapan Seokjin terhenti karena Namjoon segera meninggalkannya sambil menghentakkan kaki. Tak lama kemudian terdengar suara pintu yang tertutup dengan kencang. Ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Namjoon Hyung marah..." Seru Taehyung sambil berdiri dari kursinya. Ia mendekati Seokjin dan memegangi lengan kanannya.

"Hyung harus mengatakan yang sebenarnya pada Joonie Hyung! Hyung...." Seokjin memegangi kedua lengan bungsunya.

"Joon hanya marah sebentar. Besok dia akan kembali seperti semula." Tutur Seokjin yang membuat dahi Taehyung berkerut.

"Geundae...." Seokjin menggeleng.

"Dengarkan Hyung, Tae-ya! Berhentilah mengkhawatirkan sesuatu secara berlebihan!" Seru Seokjin sambil memegangi kedua pipi bungsunya dengan kedua tangan. Membuat si empunya akhirnya menatap matanya.

"Hyung gwaenchana. Hyung hanya terluka sedikit di tangan Hyung. Hyung tidak akan mati karena hal ini. Eoh?"

Taehyung tidak menjawab. Ia hanya mengalihkan pandangannya dari Seokjin.

"Taedaphae!" Seokjin menuntut. Suaranya tetap lembut dan dahinya berkerut.

Taehyung kembali menatap Seokjin dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Membuat sang kakak menghela napas karena tidak menyangka ia akan menangis lagi.

"Aku tidak mungkin menganggap yang terjadi hari ini sebagai angin lalu, Hyung. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri saat Hyung nyaris tertabrak mobil. Aku...." Ujar Taehyung lirih dengan air mata menetes di pipinya. Seokjin menggeleng lagi. Ia menghapus air mata di pipi sang adik menggunakan ibu jari tangan kanannya.

"Andwae! Kau harus melupakan apa yang terjadi. Kau tidak perlu mengingat hal itu di pikiranmu. Lupakan, Tae!" Pinta Seokjin sambil memegangi bahu Taehyung lagi.

(Don't) Leave Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang