Seokjin memperhatikan Taehyung yang duduk di sebelahnya saat Namjoon sedang meminjam buku di perpustakaan. Ia merasa wajah adiknya itu terlihat sangat pucat. Keringat juga membasahi kening pemuda itu padahal AC dalam mobil dalam kondisi menyala.
"Tae-ya! Neo gwaenchana?" Tanya Seokjin dengan dahi berkerut.
"W-wae?" Tanya Taehyung pelan. Ia menoleh dan menatap sang kakak dengan bingung.
"Ani. Hyung hanya merasa sepertinya kau sangat tidak nyaman." Jawab Seokjin sambil mengulurkan tangan kirinya. Ia hendak menyentuh kening sang adik. Tapi belum sempat tangannya menyentuh dahi Taehyung, pemuda berusia 23 tahun itu langsung menghindar. Melihat reaksi tak terduga dari sang adik, Seokjin kembali mengulurkan tangan kirinya dan menyentuh kening Taehyung yang berkeringat. Terasa panas. Ia hanya menunduk.
Pemuda berbahu lebar itu seketika meraih tubuh Taehyung. Tangan kanannya membuat wajah pemuda yang memiliki senyum kotak itu menatapnya.
"Kau ingin menyembunyikan kondisimu dari Hyung?" Tanya Seokjin sambil menatap Taehyung tajam. Seketika itu juga Taehyung menggeleng.
"A-ani, Hyung."
"Geurae? Lalu mengapa kau menghindari tangan Hyung?" Tanya Seokjin lagi.
"A-aku tidak sengaja. Aku tidak bermaksud menghindari tangan Hyung. Joesonghabnida..." Jawab Taehyung sambil menundukkan kepalanya sekali lagi. Seokjin menghela napas.
"Sejak kapan badanmu demam?" Tanya Seokjin sambil menyentuh kening Taehyung sekali lagi.
Pemuda berusia 23 tahun itu menggeleng pelan.
"Molla. Aku baru merasakannya saat perjalanan kesini tadi."
"Kau tidak lupa meminum obatmu, kan?" Tanya Seokjin sambil meraih tissue yang ada di dashboard. Taehyung tak menjawab.
"Tae?" Seokjin menuntut penjelasan.
"A-aku lupa tidak membawa obat..."
"YA! BAGAIMANA MUNGKIN KAU MELUPAKAN OBAT YANG HARUS KAU MINUM? SEBELUM BERANGKAT KE KAMPUS, HYUNG SUDAH MENGINGATKANMU, KAN?" Bentak Seokjin keras menyela kata-kata sang adik. Ia marah menyadari adiknya begitu teledor.
"M-mianhae, Hyungie..."
"Tadi pagi kau memaksa untuk masuk kuliah meskipun Hyung sudah melarangmu. Seharusnya kau beristirahat di rumah seperti saran dokter, tapi kau terus merengek meminta masuk kuliah. Hyung mengijinkanmu kuliah dengan syarat kau harus membawa obatmu dan meminumnya dengan teratur, bukan? Tapi lihatlah yang terjadi sekarang! Kau demam, Tae!"
Taehyung tak berani mengangkat kepalanya mendengar sang kakak yang sedang marah-marah. Ia tahu dirinya bersalah, karena itu ia hanya bisa diam menerima kemarahan sang kakak kepadanya.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan di kaca mobil membuat Seokjin menghela napas dan menoleh. Ia melihat Namjoon sudah berdiri di pintu mobilnya. Ia pun segera membukakan pintu untuk sang adik.
"Museun irieyo, Hyung? Mengapa Hyung marah-marah?" Tanya Namjoon sambil duduk di jok mobil di belakang Taehyung.
"Tae demam!" Sentak Seokjin tanpa menatap sang adik kedua. Netranya hanya menatap tajam pada si bungsu yang terus menundukkan kepalanya.
"Mwo?"
"Beberapa hari lalu anak ini baru sembuh dan sekarang sudah demam lagi." Keluh Seokjin sambil melajukan mobilnya meninggalkan tempat parkir perpustakaan umum. Ia mengemudi dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
"H-hyung!" Panggil Taehyung dan Namjoon nyaris bersamaan begitu menyadari kecepatan mobil yang mereka kendarai. Kedua pemuda itu merasa gugup.
"Apa yang Hyung lakukan? Ini bahaya." Tanya Namjoon sambil memegangi jok yang diduduki oleh Seokjin, tapi pemuda itu diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) Leave Me!
FanfictionCOMPLETED! Kim Taehyung awalnya merasa begitu kesepian. Karena kedua kakaknya, sejak kecil selalu memusuhinya. Setelah adiknya, Kim Jiwoo meninggal dunia, Kim Seokjin dan Kim Namjoon menjadi begitu membencinya. Mereka selalu menuduh bahwa pemuda itu...