Jungkook baru saja tiba di depan gedung apartemen Jimin. Entah mengapa, ia ingin sekali bertemu dengan pemuda itu. Tapi saat ia sudah berada di depan kamar Jimin, tak ada jawaban saat ia mengetuk pintunya berulang kali.
"Apa Jimin Hyung tidak ada di rumah, ya?" Tanya Jungkook dengan dahi berkerut. Ia mencoba mengintip ke dalam ruangan melalui jendela. Tak ada orang di sana.
"Hyung! Naya, Hyung. Jungkook. Hyung ada di dalam, kan? Buka pintunya!" Seru pemuda bergigi kelinci itu sambil mengetuk-ngetuk pintu apartemen Jimin. Tapi tetap tak ada jawaban.
Sekali lagi Jungkook mencoba mengintip di jendela. Karena sosok Jimin masih belum juga terlihat, akhirnya pemuda itu memilih untuk segera pergi. Mungkin Hyungnya itu memang tidak ada di rumah.
Jungkook pergi. Ia tidak menyadari kondisi Jimin yang masih tergeletak tak sadarkan diri di dalam apartemen. Ia baru ditemukan keesokan siangnya saat petugas cleaning servis hendak membersihkan ruangannya. Ia segera dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.
•••
Seoul University
Taehyung memutar bola matanya dengan malas saat netranya melihat Jisung sedang berdiri tak jauh dari lokernya. Ia melangkah tertatih dengan bantuan kruk di kedua ketiaknya. Ia bersikap tak peduli pada musuh bebuyutannya itu yang tersenyum miring saat melihatnya.
"Tidak biasanya kau sendirian, Taehyung-ah. Dimana dua orang yang selalu menemanimu?" Tanya Jisung sambil mendekati Taehyung yang sedang meletakkan tas punggungnya.
"Kau juga tidak biasanya sendirian. Dimana tiga orang yang selalu mengekor padamu?" Tanya Taehyung tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan untuknya sambil mengambil buku-buku pelajaran untuk jadwal kelas pertama.
Kedua telapak tangan Jisung mengepal mendengar Taehyung justru melemparkan pertanyaan yang sama untuknya. Ia tidak suka melakukan kekerasan, karena itulah ia berusaha meredam kemarahan yang tiba-tiba memenuhi dadanya.
Ya, Jisung memang berbeda. Ia satu-satunya yang tidak pernah ikut memukuli kelompok Taehyung saat ia dan ketiga sahabatnya membullly mereka. Ia membenci Taehyung dan Jungkook, tapi ia tidak ingin mengotori tangannya seperti yang ketiga sahabatnya lakukan. Ah... Bukan tidak ingin, lebih tepatnya belum.
"Aku pergi!" Ucap Taehyung sambil memposisikan kruk di ketiaknya.
"Ah... Lebih baik kau urus saja urusanmu sendiri dari pada mengurusi urusanku. HM?" Katanya lagi sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan Jisung. Tapi baru tiga langkah menjauh dari lokernya, tiba-tiba Jisung menendang kruk yang dipakai oleh Taehyung.
Karena berat tubuhnya sedang bertumpu pada Kruk yang dipakainya, pemuda itupun terjatuh saat Jisung menendang alat berbahan dasar kayu itu. Ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya saat salah satu kruk yang dipakainya terlepas dari lantai.
"UPS!" Seru Jisung sambil menutupi mulutnya dengan ujung jari telapak tangan kirinya. Ia kemudian pergi meninggalkan Taehyung yang terlihat meringis di lantai seorang diri sambil tertawa puas.
Begitu sosok Jisung menghilang di balik pintu, teman-teman pemuda yang memiliki senyum kotak itu segera mendekat dan membantunya untuk berdiri. Tadi mereka tidak berani mendekat karena takut Jisung dan kawan-kawannya akan mengganggu mereka jika mereka ikut campur.
Saat orang-orang berkerumun membantu Taehyung berdiri, Jungkook baru saja memasuki kampus. Pemuda itu sangat terkejut melihat Hyungnya dikelilingi oleh banyak orang. Seketika itu juga ia segera memanggil nama panggilan Taehyung.
"V Hyung!" Panggil Jungkook sambil mendekati Taehyung yang sedang berdiri dengan bantuan salah satu teman.
"Museun irieyo? Hyung gwaenchana?" Tanya Jungkook dengan dahi berkerut. Taehyung tersenyum melihat pemuda di hadapannya yang begitu khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) Leave Me!
FanfictionCOMPLETED! Kim Taehyung awalnya merasa begitu kesepian. Karena kedua kakaknya, sejak kecil selalu memusuhinya. Setelah adiknya, Kim Jiwoo meninggal dunia, Kim Seokjin dan Kim Namjoon menjadi begitu membencinya. Mereka selalu menuduh bahwa pemuda itu...