Chapter 06

1.4K 126 1
                                    

Seokjin hendak menuju ke dapur saat mendengar pintu rumahnya berbunyi 'bib' tiga kali. Saat ia memperhatikan ke arah pintu, terlihat Namjoon memasuki rumah dengan memapah Taehyung di bahunya. Pemuda itu seketika membelalakkan kedua matanya. Ia bergegas mendekati kedua adiknya itu.

"Apa yang terjadi? Mengapa Tae jadi begini?" Tanya Seokjin dengan sangat cemas. Tanpa diminta, ia segera membantu memapah sang adik menuju ke ruang santai dan mendudukkannya di sofa sementara Namjoon mengambil peralatan P3K.

Seokjin menyentuh dagu si bungsu dan memperhatikannya dengan seksama sambil menggerakkannya ke kanan dan kiri.

"Kau harus menceritakan apa yang terjadi, Tae-ya! Kau sudah berjanji padaku tadi!" Kata Namjoon sambil mendekat dengan tangan membawa baskom berisi air bersih dan handuk kecil. Ia meletakkan benda itu di atas meja.

"Tidak usah, Hyung. Aku bisa membersihkannya sendiri." Ucap Taehyung saat Seokjin hendak membersihkan luka di wajahnya. Ia memegangi tangan sang kakak menggunakan tangan kirinya.

Seokjin menepis tangan bungsunya. Tak mempedulikan ucapan Taehyung, pemuda itu segera membersihkan luka di wajah sang adik dengan hati-hati. Saat handuk basah yang dipegang oleh sang kakak menyentuh sudut bibir kirinya, tanpa sadar  Taehyung mendesis. Luka itu terasa perih.

"Ceritakan apa yang terjadi! Kau berkelahi?" Tanya Seokjin dingin.

"Aku sama sekali tidak pernah berniat untuk berkelahi, Hyung. Demi Tuhan, aku tidak bohong." Kata Taehyung lirih saat Seokjin mulai mengolesi lukanya dengan salep.

"Ara. Lagipula Hyung tidak pernah menuduhmu, bukan?" Tanya Namjoon yang segera mendapat anggukan dari sang adik.

"Apa yang terjadi?" Tanya Seokjin lagi. Ia masih memberikan obat pada luka-luka bungsunya.

"Aku tadi baru saja keluar dari toko buku saat ada orang yang mencengkram bahuku dengan kuat. Aku langsung menoleh dan mendapati Jiminie Abeoji sedang memegangiku."

"Mwo? Jiminie Abeoji? Dia sudah bebas?" Tanya Namjoon sambil berdiri. Ia benar-benar terkejut mendengar ucapan si bungsu. Seokjin pun tak kalah terkejutnya seperti sang adik. Seketika itu juga kedua pemuda itu teringat akan ancaman yang diucapkan oleh Ayah Jimin saat ia ditangkap oleh polisi sekitar lima tahun lalu.

"Apa yang orang itu katakan padamu, Tae-ya?" Tanya Seokjin sambil memegangi bahu si bungsu dengan kedua tangannya.

"Saat melihatku, Jiminie Abeoji marah lalu memukulku, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, Hyung." Jawab Taehyung dengan sangat terkejut melihat reaksi kedua kakaknya.

"Kau yakin? Coba kau ingat-ingat lagi!" Pinta Namjoon dengan wajah yang serius. Taehyung langsung menganggukkan kepalanya.

Seokjin dan Namjoon saling berpandangan satu sama lain.

"Dengar, Tae-ya! Mulai sekarang kau tidak boleh pergi sendirian! Arasseo?" Seru Seokjin tegas.

"W-wae?"

"Lakukan saja apa yang Hyung katakan! Mulai sekarang, kau tidak boleh sendirian." Namjoon menimpali ucapan sang kakak.

"Itu tidak mungkin, Hyung. Aku harus..."

"TAEHYUNG-AH!" Bentak Seokjin keras yang membuat Taehyung terperanjat.

"Lakukan apa yang Hyung katakan! Tidak ada penolakan, tidak boleh ada kata tidak. Arasseo?"

Taehyung tak menjawab. Ia masih sangat terkejut pada bentakan sang kakak untuknya.

"Apa jawabanmu?" Tanya Seokjin saat menyadari bahwa sang adik tak menjawab ucapannya.

"Y-ye. A-arasseo, Hyung."

"Kemanapun kau akan pergi, kau harus mengatakannya padaku atau Jin Hyung. Jangan pernah sendirian apapun yang terjadi!" Namjoon menambahkan.

(Don't) Leave Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang