Chapter 22

704 79 4
                                    

Di sebuah perumahan, tepatnya di sebuah rumah kosong yang sudah lama tak di huni, terlihat segerombolan orang-orang yang sedang berkumpul. Mereka menggunakan topi dan masker hitam yang menutupi seluruh wajahnya. Jumlah mereka ada empat orang. Salah satu di antaranya tiba-tiba menendang kursi yang ada di hadapannya dengan keras hingga hancur.

"Wae geurae? Mengapa kau kesal sekali?" Tanya salah satu dari empat orang itu. Siapa yang berbicara, tak ada yang tahu.

"Aku masih belum puas menghajar orang-orang itu."

"Sepertinya bukan hanya itu alasannya."

"Kau benar. Sepertinya masih ada alasan lain mengapa kau sekesal ini. Kita sudah menghajar orang-orang tak berguna di perumahan itu, dan kita juga sudah mengambil uang-uang mereka. Kau bahkan nyaris membuat laki-laki di rumah terakhir tadi nyaris mati, Jisung-ah."

"Aku kesal, Jae! Gara-gara Taehyung sialan itu, aku dipermalukan seperti itu oleh Namjoon Seonbae di kampus. Kau lihat sendiri bagaimana anak-anak melihat kita sejak hari itu, kan?" Tanya Jisung sambil membuka masker yang menutupi wajahnya. Wajahnya yang tampan terlihat begitu marah.

"Kau benar. Jika aku mengingat hal itu, rasanya aku ingin sekali mengamuk melampiaskan kemarahanku. Siapa yang mengira jika Namjoon Seonbae sekuat itu? Kita bahkan tidak bisa berkutik di hadapan dia. Selama ini kita hanya tahu jika dia hanyalah seorang kutu buku yang suka belajar. Tapi ternyata..." Ucap Haechan sambil memukul tembok di sampingnya. Masker hitam yang menutupi wajahnya juga telah terbuka.

Drt! Drt! Drt!

Lucas membuka masker yang menutupi wajahnya lalu meraih ponselnya yang baru saja bergetar di sakunya. Ada sebuah panggilan masuk. Ia segera menjawab teleponnya.

"Wae?"

"Apa kalian baru saja bersenang-senang?"

"Tentu saja. Kau dimana, brengsek? Beberapa hari ini kenapa kau tidak bisa dihubungi?"

"Mian, mian. Aku sedang ada masalah pribadi. Tak sempat menggunakan telepon. Kalian dimana? Di tempat biasa?"

"Eoh. Wae? Kau mau datang?"

"Ani. Aku hanya bertanya saja."

"Brengsek. Sepertinya aku harus menghajarmu, Jimin-ah!"

"Hahaha. Sepertinya itu akan menyenangkan. Sudah lama aku tidak merasakan pukulan darimu Lucas-ah."

"Sikkeureo!"

"Aku tutup teleponnya."

"Ya! Kau hanya ingin mengatakan itu?" Tanya Lucas setengah berteriak. Hanya terdengar tawa di telinganya lalu hubungan telepon itu terputus begitu saja.

"Kajja! Ayo kita pergi sebelum polisi datang." Ajak Haechan sambil mengubah jaketnya. Jika tadi ia memakai bagian yang warna hitam, kini ia mengubahnya menjadi bagian yang warna biru. Begitu juga dengan Jisung, Lucas dan Jaemin. Mereka membalik jaket mereka hinga bagian warna hitam jadi tertutup oleh warna lain. Keempat pemuda itu juga mengganti masker yang mereka pakai. Jika tadi warna hitam, kini menjadi warna putih. Setelah itu mereka segera meninggalkan tempat mereka berkumpul bersamaan dengan terdengarnya suara sirine polisi dari kejauhan.

Ya. Mereka adalah pelaku pemukulan dan perampokan yang sering diberitakan di media sosial dan surat kabar. Jimin juga kadang ikut dalam aksi mereka saat ia sedang tidak punya uang. Terutama saat ayahnya mengambil semua uang yang dimilikinya hingga habis tak bersisa.

•••

Sudah pukul sebelas malam, tapi Taehyung masih belum tidur. Ia sejak tadi masih terus menghubungi Jungkook namun ia masih belum mendapat jawaban.

(Don't) Leave Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang