Pukul lima sore, Hyun Bin dan Ye Jin baru saja pulang dari Daegu. Tapi, keduanya tidak mendapati ketiga putranya di kediaman mereka. Rumah mereka kosong, hanya beberapa pegawai yang ada di sana.
Saat Ye Jin hendak menghubungi ponsel si sulung, telinga perempuan itu mendengar suara mobil yang sedang memasuki halaman rumah. Ia segera menuju ke arah pintu demi melihat siapa yang datang diikuti oleh suaminya.
Seokjin terlihat turun dari mobil dan membukakan pintu belakang mobilnya. Namjoon juga terlihat turun dari mobil begitu juga dengan si bungsu.
Ye Jin dan Hyun Bin mengerutkan kening. Tidak biasanya mereka melihat ketiga putranya turun dari mobil bersama-sama. Tapi yang membuat pasangan suami istri itu semakin terkejut adalah kenyataan bahwa bungsunya harus berjalan dengan batuan kedua kakaknya. Ye Jin dan Hyun Bin langsung mendekati Seokjin, Namjoon dan Taehyung.
"Apa yang terjadi?" Tanya Ye Jin dengan sangat cemas.
"E-Eomma? Appa?" Tanya ketiga bersaudara itu nyaris bersamaan dengan sangat terkejut. Mereka tidak mengetahui jika orang tua mereka sudah kembali dari Daegu.
"E-Eomma dan Appa kapan datang?" Tanya Taehyung tanpa menjawab pertanyaan sang ibu. Ia mendekat dengan dibantu oleh kedua kakaknya.
"Kami baru saja datang. Apa yang terjadi, Tae-ya? Mengapa kau terluka seperti ini?" Tanya Ye Jin dengan dahi berkerut.
"Gwaenchana, Eomma. Nan..."
"Tae terluka karena menyelamatkanku, Eomma." Ucap Namjoon menyela kata-kata sang adik.
"Apa yang terjadi?" Tanya Hyun Bin.
Namjoon kembali menceritakan apa yang terjadi pada ayah dan ibunya. Kedua orangtuanya begitu terkejut mendengar berita yang disampaikan oleh putra keduanya.
"Ya Tuhan... Tapi kau tidak apa-apa, Joon? Tidak ada yang terluka?" Tanya Ye Jin dengan cemas.
"Nan gwaenchana, Eomma. Aku sama sekali tidak terluka. Tapi Tae jadi begini karena menyelamatkan aku."
"Sudah-sudah! Lebih baik kita masuk. Jangan sampai Tae kelelahan!" Kata Ye Jin memberi saran. Namjoon dan Taehyung mengangguk.
"Naiklah, Tae!" Seru Seokjin sambil berjongkok di hadapan sang adik.
"A-andwae, Hyung. Aku berjalan saja." Tolak Taehyung sambil menggelengkan kepalanya.
"Palli!" Tuntut Seokjin. Taehyung menatap seluruh keluarganya ragu-ragu. Hyun Bin dan Ye Jin mengangguk. Akhirnya pemuda berusia 23 tahun itu menurut. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Seokjin dan membiarkan kakaknya itu menggendongnya menuju ke kamar.
"Gumawo, Hyung." Ucap Taehyung setelah duduk di atas tempat tidur.
Seokjin tak menjawab. Ia hanya mengusap kepala sang adik menggunakan tangan kanannya pelan. Setelah itu ia pergi menuju ke kamarnya sendiri untuk membersihkan diri.
"Kau harus meminum obatmu, Tae." Kata Seokjin saat ia sampai di pintu kamar Taehyung. Ia menoleh dan menatap sang adik.
"Ye. Aku akan meminum obatku, Hyung."
"Kau ingin makan apa untuk makan malam?" Tanya Seokjin sebelum kembali melangkah.
"Terserah Hyung saja." Jawab Taehyung sambil tersenyum. Seokjin mengangguk-anggukkan kepalanya lalu kembali melangkah. Kali ini ia benar-benar menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah itu ia memasak makan malam bersama sang ibu.
•••
Namjoon mengetuk pintu kamar si bungsu untuk mengajaknya makan malam, tapi tak ada jawaban meskipun ia sudah mengetuknya berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) Leave Me!
FanfictionCOMPLETED! Kim Taehyung awalnya merasa begitu kesepian. Karena kedua kakaknya, sejak kecil selalu memusuhinya. Setelah adiknya, Kim Jiwoo meninggal dunia, Kim Seokjin dan Kim Namjoon menjadi begitu membencinya. Mereka selalu menuduh bahwa pemuda itu...