Taehyung sedang berada di kamarnya, tiduran di atas kasur dengan tangan memegangi ponselnya. Ia baru saja mengirim pesan kepada Jimin. Seperti beberapa Minggu ini, lagi-lagi ia tidak mendapatkan jawaban. Sahabatnya itu tak membalas pesan yang ia kirimkan untuknya. Membuatnya menghela napas panjang.
Pemuda berwajah tampan itu segera mengubah posisinya menjadi duduk. Tak lama kemudian, ia merangkak menuruni tempat tidur dan berdiri. Setelah melempar ponselnya di atas meja, pemuda itu melangkah menuju ke arah pintu dan membukanya. Tepat saat pintu terbuka, di hadapannya berdiri sosok Seokjin yang hampir mengetuk pintu.
"Kamjjagiya!" Desis Seokjin dengan sangat terkejut saat sang adik tiba-tiba membuka pintu.
"Hyung..."
"Eomma dan Appa tidak bisa pulang malam ini hingga beberapa hari ke depan. Apakah kau sudah mengetahuinya?" Tanya Seokjin saat Taehyung menutup pintu kamarnya.
"Belum, Hyung. Aku baru saja hendak bertanya." Jawab pemuda itu.
"Eomma dan Appa tadi sore berangkat ke Jepang. Ada urusan mendesak yang harus Eomma dan Appa hadiri."
"Mwo? Jepang?" Tanya Taehyung nyaris menjerit. Ia benar-benar terkejut. Seokjin mengangguk.
"Mengapa Eomma dan Appa tidak mengatakan apa-apa padaku?" Tanya pemuda berambut mullet itu dengan dahi berkerut.
Seokjin bisa melihat kemarahan di wajah bungsunya. Ia tersenyum dan mengusap kepala pemuda itu untuk membuatnya tenang.
"Eomma dan Appa tadi buru-buru. Eomma dan Appa bahkan tidak memberi tahu Joon." Ujar Seokjin yang membuat sang adik mengerucutkan bibirnya. Ia akhirnya menghela napas karena kecewa. Lagi, orang tuanya meninggalkannya demi pekerjaan.
"Hyung ingin keluar sebentar. Kau ingin Hyung belikan apa?" Tanya Seokjin sambil meraih jaketnya yang tadi ia letakkan di sofa dan memakainya
"Andwae!" Seru Taehyung nyaris menjerit. Ia berlari mendekati sang kakak dan memegangi lengan kanannya. Seokjin sampai tersentak karenanya.
"Jika Hyung pergi, aku ikut. Hyung tidak boleh sendirian!" Tukasnya dengan ekspresi yang sangat serius. Wajahnya terlihat khawatir.
Melihat wajah si bungsu yang tiba-tiba menjadi serius, Seokjin akhirnya merasa sangat yakin pada apa yang dipikirkannya. Ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh adiknya itu. Sesuatu yang besar, sesuatu yang membuatnya begitu ketakutan.
"Arasseo. Ambillah jaketmu! Udara malam ini sangat dingin." Kata Seokjin akhirnya mengalah. Taehyung mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamar demi mengambil jaket.
"Joon!" Panggil Seokjin dengan suara yang lumayan keras.
"Ye?" Jawab Namjoon dari dalam kamar.
"Hyung dan Tae ingin keluar sebentar. Apa kau mau ikut?" Tanya Seokjin lagi.
"Anibnida. Aku di rumah saja. Aku harus mengerjakan tugas kuliahku yang menumpuk." jawab Namjoon saat Taehyung membuka pintu kamar. Kini ia telah rapi dengan jaket tebal menutupi tubuhnya.
"Arasseo. Kau ingin Hyung belikan apa untuk cemilan? Kau pasti lapar, kan?" tanya Seokjin sambil membetulkan jaket Taehyung. Di bagian lehernya, jaket itu terlipat ke dalam
"Tteokbokki!!" Jawab Namjoon singkat. Seokjin tersenyum melihat Taehyung yang melongo.
"Kajja!" Ajak Seokjin sambil merangkul pundak sang adik. Taehyung mengangguk. Kedua pemuda itu melangkah beriringan menuju ke lantai satu.
"Ajumma! Aku dan Tae keluar sebentar." Seru Seokjin sambil membuka pintu depan.
"Hati-hati mengemudi, tuan muda." Jawab Choi Ajumma terburu-buru keluar dari dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) Leave Me!
FanfictionCOMPLETED! Kim Taehyung awalnya merasa begitu kesepian. Karena kedua kakaknya, sejak kecil selalu memusuhinya. Setelah adiknya, Kim Jiwoo meninggal dunia, Kim Seokjin dan Kim Namjoon menjadi begitu membencinya. Mereka selalu menuduh bahwa pemuda itu...