AUTHOR POV
"Kenapa (Name) nolak Thorn?" tanya pria dengan iris mata hijau emerald kepada wanita dihadapannya. Thorn mengajak (Name) untuk lunch di kafe hari ini.
"Karena aku ga ada rasa sama Thorn, Maaf ya." jawab (Name) dengan hati-hati.
"Padahal kan kita udah kenal lama (Name), dekat pula. (Name) mau ya jadi pacar Thorn?" seakan memaksa. Thorn tetap bersih keras untuk membuat (Name) jadi pacarnya.
"Thorn. Selama ini aku anggap kamu sebagai sahabat, aku sayang sama Thorn sebagai sahabat. Aku nolak Thorn karena gamau harus kalau kita pacaran, aku ga ada rasa sama Thorn." jelas (name) dengan nada sedikit tinggi setelah melepas sendok dan garpu yang tengah ia pegang.
"(Name) bentak Thorn? Emang (Name) suka sama siapa? Gempa?" tanya Thorn dengan mata berkaca-kaca.
"Ng-ngga gitu maksud (Name)---"
"POKOKNYA (NAME) HARUS JADI PACAR THORN!" teriak Thorn lalu menarik pergelangan tangan (Name) dan membawa (Name) lari dari kafe tersebut.
Saat sampai ditaman (Name) dibanting oleh Thorn ke rerumputan.
"Agh!" lirih (Name) kesakitan.
"Jadi, (Name) masih nolak Thorn ya?"
"Kamu bukan Thorn yang (Name) kenal" jawab (Name) tak percaya dengan apa yang di alami barusan. Sahabat bertampang imutnya ini berbuat kasar pada dirinya? (Name) sungguh tidak menyangka.
"Kalau (Name) nolak Thorn jadi pacar (Name), gimana kalau kita nikah aja?" ucap Thorn menyeringai.
"Apa maksud Thorn?" tanya (Name) menyipitkan matanya.
Thorn menarik paksa pergelangan tangan (Name) dan sampailah disuatu tempat yang sangat sepi.
"Kalau (Name) hamil Thorn kan harus tanggung jawab" ucap Thorn tersenyum manis dan menampakkan deret gigi putihnya.
"Ngga Thorn! (Name) gamau! Tolong!" seru (Name) menolak sambil meminta tolong agar bisa pergi dari tempat ini sekarang juga.
"Santai aja (Name), ga akan ada yang nolong kamu." ucap Thorn dan membawa (Name) masuk ke suatu gudang (?)
"Aku gamau Thorn, hiks. Kemana Thorn yang (Name) kenal? hiks" ucap (Name) sambil terisak. Dia tidak mau harus kehilangan keperawanannya saat ini.
"Itu salah kamu karena udah nolak aku (Name)!!" bentak Thorn, sahabat (name).
"Ka-kamu bentak aku Thorn?"
"Terlalu banyak basa basi. Kita mulai sekarang ya baby~" sembilan kata seribu makna. (Name) terus berteriak minta tolong dan menangis kecil. Tiba-tiba jendela pecah menampakkan Ice yang menatap nyalang kepada Thorn.
(Name) sempat mengirimkan lokasi dan rekaman dialognya dengan Thorn kepada Ice saat masih di kafe tadi.
"Bajingan" sinis Ice pada Thorn yang menatap dirinya dengan senyuman manis nan lebar.
"Ice!"
"Kamu ngundang orang kesini (Name)? Kok aku gatau?" ucap Thorn mengintropeksi. (Name) merinding sekarang.
"Jauhkan diri mu dari (Name) sialan" sahut Ice dan mulai menyerang Thorn. Satu pukulan mendarat di perut Thorn membuat dirinya tersungkur serta mulutnya mengeluarkan darah.
Kesempatan tidak boleh di sia-sia kan. Ice melepas ikatan yang berada pada (Name) dan membawanya lari meninggalkan Thorn disana.
Lenguhan kecil keluar dari mulut seorang wanita yang masih berbaring di kasurnya. Membuka mata perlahan dan menyesuaikan cahaya matahari yang masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe We Can Love?
FanfictionMenikahi seseorang yang seharusnya menjadi Kakak Ipar mu adalah hal yang paling tidak disangka! Sosok Adik Tiri yang selalu saja ingin menghancurkan hidupmu tak pernah membiarkan mu hidup dengan tenang. Bagaimana kelanjutan kisah romansa mu dengan s...