26. Surat cinta

298 48 10
                                    

AUTHOR POV

Bulatan besar itu bagaikan bola yang siap ditendang, karena (Name) tengah hamil 7 bulan saat ini. Semasa kehamilan nya, Hali selalu saja memanjakan (Name), bahkan menuruti semua yang (Name) inginkan saat ngidam.

(Name) pernah mengidam untuk bertemu dengan idola nya di Korea Selatan, Hali pun mengambil cuti demi membawa istri nya ke Korea Selatan, walaupun setelah itu langsung pulang.

Banyak yang terjadi semenjak kepergian Gempa... Berawal dari kebencian Hali pada istri tersayang nya saat ini. Kemudian, Solar yang baru saja menikah, Yaya yang sudah meninggal dan Thorn yang sudah mengganti profesi.

Pada pagi hari ini merupakan hari ulang tahun Gempa yang pertama setelah ia meninggal beberapa waktu lalu, tetapi semua orang tidak pernah melupakan hal itu. Jadi, setiap tahun mereka akan berkunjung ke makam Gempa.

Pada pagi ini, (Name) sibuk membersihkan kamar Gempa sementara Hali berada di kantor untuk bekerja. Ia tidak sendirian di rumah, karena Hali menyuruh Solar dan istri nya Wilona untuk tinggal bersama mereka.

"Aduh, susah banget..." saat ini (Name) tengah memanjat di kursi untuk mengeluarkan semua barang yang berada di lemari Gempa.

"Kak, ngapain? Itu tinggi banget, nanti kenapa-kenapa. Biar aku aja," saat Solar lewat ia tidak sengaja melihat (Name), ia takut Hali akan mengamuk jika istri dan calon anak kesayangan nya kenapa napa.

Sebuah alasan kenapa Solar memanggil (Name) dengan embel-embel 'Kakak' adalah...

"(Name), perlu bantuan?"

"Tidak sopan, dia kakak ipar mu."

"Baiklah. Biar ku bantu, Kakak ipar."

--

"Eh, Lar. Ini mau rapiin kamar Gempa, tinggi banget hish. Karena lagi hamil besar, aku gabisa ambil." keluh (Name) dan perlahan turun dari kursi sambil memegang perut nya. Protektif ya, Bun.

"Sini ku bantu, nanti Wilona bantu rapiin ya. Setidaknya dia bisa nyapu. Masalah nya kalau Kakak kenapa kenapa, aku bisa nyusul Kak Gempa." canda Solar pada (Name) dan mulai membantu (Name) untuk duduk di kasur nya Gempa.

(Name) terkekeh kecil mendengarnya. Setiap mendengar nama Gempa, semua memori nya bersama Gempa perlahan kembali diputar tanpa diperintah, membuatnya sedikit sendu.

"Panggilan sayang? Ga ada ide sih. Gimana kalau nama aja? Biar beda dari yang lain."

"Oke, Gempa!"

--

"Gem! Mau eskrim huweee!"

"Iya, (Name). Duduk dulu, nanti aku anterin ya?"

--

"GEMPAAA, AKU TAKUT!"

"Hey, ingat Gem pernah bilang apa? Gem bakal selalu ada buat (Name). Jadi, jangan takut ya."

--

Lamunan (Name) buyar saat Solar perlahan meneriakkan nama nya karena sedari tadi tidak dijawab, bahkan sampai ia melambaikan tangan pun (Name) sibuk melamun.

"Kak, ih kamu mikirin apa? Btw ini apa ya? Tulisan nya buat kakak." Solar menyodorkan sebuah amplop berisi kertas.

'Surat? Dari Gempa?'

"Sini berikan. Nanti aku baca. Oh iya, Wilona dimana?" tanya (Name) mengalih topik.

"Masih tidur, ga tega bangunin." jawab Solar sambil perlahan merapikan barang-barang di kamar Gempa, dia menggantikan (Name) karena takut Hali mengamuk nantinya.

Maybe We Can Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang