10. Perjanjian dilanggar

462 47 1
                                    

AUTHOR POV

Nampak seorang dokter sedang duduk di kursi dalam ruangan khusus miliknya sembari mengecek beberapa berkas milik pasien nya. Telepon kantor berbunyi, mau tak mau dia harus melepaskan kesibukan nya sebentar.

"Dokter! Dokterr!" teriak seorang suster yang panik dan terburu-buru memanggil dokter melalui telepon.

"Ada apa suster?"

"Pasien atas nama Boboiboy Gempa! Tolong datang keruangan sekarang!" panik, satu kata yang dapat menggambarkan dirinya saat ini. Jangan heran, karena ia termasuk dokter kepercayaan keluarga Boboiboy, bahkan mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.

"Baik, aku segera kesana."

Telepon terputus, dokter dengan beberapa suster dibelakangnya bergerak cepat ke ruang ICU, tempat dimana Gempa dirawat.

--

Setelah sampai, terlihat lah Gempa yang sedang kejang-kejang dengan alat pendeteksi jantung yang terpasang menampilkan bahwa jantung Gempa bergerak dengan sangat cepat atau kita katakan saja tidak normal.

Dengan cepat mengambil stetoskop dan memasangkan alat itu kepada dua sisi. Di kedua telinga nya dan dada Gempa. Memberikan beberapa sentuhan medis membuat Gempa bisa sedikit membaik dengan perlahan.

"Suster! Pastikan oksigen untuk Gempa selalu tercukupi, jangan lupa untuk memberi laporan mengenai keadaan Gempa setiap hari." ujar Dokter itu pada suster disebelah nya.

"Baik, Dok. Apa perlu kita kabari pada keluarga Gempa?"

"Tidak, biar aku saja. Tetap pantau kondisi Gempa, ya."

--

"Tapi keadaan Gempa baik-baik saja kan, Dokter?" tanya Amato dengan nada yang parau, cemas. Pasti itu yang sedang ia rasakan.

"Ya, kami tidak dapat menjamin kapan Gempa akan sadar, tapi setidaknya keadaan yang sekarang lebih baik dari sebelumnya." jawaban yg diberikan oleh penelepon disebrang tidak sesuai ekspektasinya, ia berharap bahwa ada mujizat yang terjadi.

"Baiklah, terimakasih, Dokter. Aku mohon, nyawa anak ku ada di tanganmu."

"Kami akan melakukan yang terbaik, Pak Amato."

Amato memijit keningnya yang pusing, dia sangat sedih dan terpukul melihat anak keduanya terbaring tak berdaya dirumah sakit.

--

Suara irama ketukan terdengar berasal dari pintu ruangan tersebut. Amato menatap arah pintu tersebut lalu berujar "masuk." secara singkat. Pintu terbuka secara perlahan, nampak Hali dengan tatapan tajam serta ekspresi datar miliknya.

"Ayah." panggil Hali singkat, menurut seorang Hali, waktu adalah uang. Hemat bicara juga merupakan salah satu kebiasaan nya.

"Hali? Ada perlu?" tanya Amato penasaran.

"Kapan aku dapat menceraikan (Name)? Ini sudah bulan ke 3 kami menikah, kami memang sekamar hanya untuk menunjukkan pada client, Papa. Aku sungguh muak pada dirinya."

Amato tertegun, dia sudah berjanji pada Hali, jika Gempa sadar maka Hali dapat menceraikan (Name). Namun dia belum mendapatkan kabar bahwa Gempa akan sadar dalam waktu dekat.

"Adikmu, Gempa masih belum sadar dari koma. Kau tau itu bukan?"

"Tapi, aku juga memiliki kekasih! Bagaimana dengan Yaya!?" sahut Hali dengan nada setengah membentak.

Maybe We Can Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang