31. Tertembak

386 37 13
                                        

AUTHOR POV

Hali dan Ice berada dalam ruangan kecil yang sangat berantakan dan tidak layak ditempati di sebuah bangunan kosong tempat (Name) mencari Hali hari itu.

Tadinya, Hali mengirim pesan pada Ice, katanya akan membahas hal penting mengenai keadaan nya setelah kecelakaan yang menimpa dirinya.

Ice pun menyetujuinya dan datang kesana. Tapi saat sampai disana, ia malah berniat menghajar Hali.

"Diamlah, aku tau bahwa kau mengetahui segalanya tentang ini." ujar Hali menahan Ice dan amarahnya.

"Apa kau sudah tau dimana Claude berada?" bisik Hali tepat di samping telinga Ice. Ia juga menutupi mulutnya saat ia bertanya.

"Sudah. Lalu apa yang kau pikirkan? Kenapa kau tidak memberi tau istri mu tentang ini semua, hah? Kau bodoh ya?! Kami terus saja percaya bahwa kau benar-benar kembali seperti dulu. Kau keterlaluan!" teriak Ice pada Hali. Ia sudah menduga bahwa Hali hanya pura-pura sebelumnya.

"Ssssttt! Kecilkan suara mu jika ingin tetap hidup. (Name) itu gegabah. Lagipula, tujuan Yaya adalah menghancurkan (Name), bukan aku. Kita ikuti saja permainannya." titah Hali sambil memberi sinyal jari telunjuk di depan bibirnya.

'Kalau dipikir, ada benarnya juga apa yang Hali katakan.' Ice mengakuinya, walau hanya dalam pikirannya itu.

"Siapa saja yang mengetahui tentang hal ini?" tanya Ice dengan tatapan dinginnya.

"Hanya kau dan--" ucapan Hali belum sempat terselesaikan, pintu didobrak dengan tendangan dari wanita penyuka warna pink itu.

"Jangan lupakan aku, Hali!" ujarnya dengan wajah sangat bahagia serta ia mengangkat tongkat base ball itu di bahu nya.

'Yaya. Ba- bagaimana bis--' ujar Ice dalam hati. Namun, belum sempat ia menangkap apa yang sedang terjadi, ia malah melihat Hali yang sedang smirk dihadapannya.

Sial, Ice tertipu. Sebentar lagi ia akan tamat. Ia tidak menduga ini sebelumnya. Jika Hali tidak bekerja sama dengan Yaya, maka Yaya harusnya tidak akan tau dimana mereka berada.

'Sialan.'

"Kau mempermainkan diriku?" tanya Ice singkat, padat dan jelas.

"Kau sebut ini permainan? Oh, baiklah. Maka dari itu, aku harus memenangkannya." ujar Yaya ikut menjawabnya. Ia mendekati Ice dan memposisikan tubuhnya sejajar dengan Ice, tetapi berlawanan arah lalu meletakkan satu tangannya di atas bahu Ice.

"Kau licik." jawab Ice sambil menghempaskan tangan Yaya dari bahu nya. Kemudian ia menatap Yaya sinis sambil bergaya membersihkan dan merapikan jaket yang sedang ia pakai.

"Kau bodoh." sarkas Hali tepat di depan wajah Ice.

"Kau pikir aku percaya aku menikahi dan memiliki anak dengan seorang wanita yang telah membunuh adikku? Sebut saja, jalang."

/PLAKK

"KALIAN BENAR-BENAR SUDAH MENIKAH, PERCAYA PADA KU HALI! YAYA MEMPERMAINKAN DIRIMU SAAT INI! DIA INGIN MENGHANCURKAN KELUARGA MU!" bentak Ice setelah menampar Hali dengan kasar.

"Hali, apa kau dengar apa yang ia fitnah kan pada ku?" suara itu membuat Ice merasa sangat jijik. Jika saja dia bukan seorang wanita, maka ia akan mati di tangan Ice saat ini juga.

"Tentu saja, sayang. Apa yang akan kita lakukan pada pria ini?" jawab Hali dengan wajah datar sambil memegang bekas tamparan tadi.

'Apakah Hali berpihak pada Yaya atau pada kami?'  batin Ice gusar, sungguh ia bingung harus mempercayai kalau Hali lupa ingatan ataupun Hali hanya pura-pura lupa ingatan.

Maybe We Can Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang