AUTHOR POV
"Ya, aku akan pulang besok." suara dari sosok yang sudah lama sangat dirindukan oleh banyak orang kini terdengar sangat parau akibat mengetahui kabar buruk tentang kakaknya.
Saat ini ia sedang berbicara dengan ayahnya melalui telepon genggam sembari mengemasi koper dengan mengisi seluruh keperluan nya saat di Malaysia nanti.
"Bagaimana dengan beasiswa dan pekerjaan mu disana jika kau pulang?" tanya sang ayah dengan nada sedikit cemas, ia takut seluruh hasil usaha anak bungsu nya akan hancur dalam seketika.
"Yang terpenting adalah keadaan Kak Gempa, Ayah. Itu bisa dipikirkan nanti. Sudah ya, aku akan pesan tiket pesawat untuk besok." tutup Solar sambil menutup kopernya agak kasar, walaupun tidak sengaja. Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasa secemas ini.
"Baiklah, kami menunggu kedatanganmu, Solar."
Telepon tertutup, dengan segera Solar menggunakan jaket tebal serta topi dan kaca mata hitam sembari menarik koper miliknya keluar dari apartment.
'Kak Gempa pasti akan baik-baik saja, aku tau itu.'
--
READERS POV
Setelah membereskan pecahan beling dari piring yang dilempar oleh Hali, aku langsung datang ke rumah sakit untuk menjenguk Gempa yang tertidur alias koma di ranjang pesakitan.
"Hai, Gem." sapa ku pada Gempa yang terbaring tak berdaya disana, iris gold miliknya yang selalu tertutup tak pernah lagi memancarkan terang bagi siapapun.
"Maaf ya baru datang, hehe."
"Kamu kapan sadarnya?" tanyaku pada Gempa sambil menarik sebelah tangan nya untuk ku tempelkan pada wajahku. Lembut dan nyaman, ini genggaman yang sudah lama tidak pernah ku rasakan.
"Kamu kenapa si malah gantiin posisi aku kemaren?" tanyaku sambil mengelus wajah Gempa yang sedang tertidur sangat nyenyak, tapi aku tak akan membiarkan itu terjadi dalam jangka waktu yang lama.
"Kalau bisa minta sama Tuhan, aku mau gantiin posisi kamu kok." menyesal, hanya satu kata yang dapat menggambarkan keadaan ku saat ini.
"Cepat sembuh, ya."
"Maaf, Gem. Sekali lagi, maaf."
"Ahh, aku juga lupa meminta dirimu untuk berjanji waktu itu."
AUTHOR POV
FLASHBACK
Terlihat wanita berparas cantik sedang memandangi seluruh bunga berwarna-warni yang ada ditaman itu. Senyum manis senantiasa terlukis diwajahnya.
Tiba-tiba sepasang tangan memeluk perut nya secara melingkar dan pria itu meletakkan dagunya di bahu (Name).
"Hm, Gem?" panggil (Name) kecil dan lembut tapi tetap saja bisa di dengar oleh Gempa.
"Aku menemukanmu, baby." bisik Gempa di telinga kanan (Name) sambil mengeratkan pelukannya.
"Gem, aku tidak bisa bernafas kau tau?" ujar (Name) sesak, dan memegang kedua tangan Gempa.
"Haha, maaf sayang." jawab Gempa terkekeh kecil lalu melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe We Can Love?
FanficMenikahi seseorang yang seharusnya menjadi Kakak Ipar mu adalah hal yang paling tidak disangka! Sosok Adik Tiri yang selalu saja ingin menghancurkan hidupmu tak pernah membiarkan mu hidup dengan tenang. Bagaimana kelanjutan kisah romansa mu dengan s...