24. Sandiwara?

356 47 30
                                    

AUTHOR POV

Tiga hari setelah kepulangan Hali dan (name) dari rumah sakit, tak ada kabar mengenai Mara dan Ibu nya (name). Jadi Hali memutuskan membawa istrinya untuk bertanya pada ayahnya.

Tiba-tiba saja saat mereka di dalam ada teriakan yang memaksa dari luar sana.

"Angkat tangan nya semua!!" teriak seorang polisi yang tiba-tiba saja datang dan masuk menerobos ruangan Amato bersama dua polisi dibelakang nya.

"Pah, ini apa-apaan? Mama mana!?" kaget Hali karena tanpa aba-aba mereka disodorkan sebuah pistol tepat dibagian dahi.

"Saya bilang angkat tangan!! Kalau sudah ditemukan korban bukti, kalian semua akan dipenjara." teriak polisi lagi, karena Hali tak kunjung mengangkat tangan nya.

"Korban? Apa yang udah papa lakuin?" tanya Hali dengan perlahan menaikkan tangan nya.

"Nurut aja, Nak. Nanti kamu bakal tau sendiri." sahut Amato, tidak tersirat sedikit pun rasa takut dalam mimik wajah nya.

Hali dan (name) pun saling tatap untuk sejenak, lalu saling mengangguk untuk meyakinkan satu sama lain.

"Baik, kalian semua ikut saya ke kantor untuk dimintai penjelasan. Termasuk istri dari bapak Halilintar." ucap polisi itu, dan masing-masing mulai menahan tangan Amato, Hali, dan (name).

"Maaf sebelumnya, Pak. Body guard saya tidak bisa ikut. Menurut saya ini masalah yang harus diselesaikan dengan cara keluarga." ucap Amato agak sinis dan segera ikut dengan polisi.

"Baik, tapi tetap harus ditinggalkan seorang polisi yang akan menantau, kantor ini."

--

"Ya, benar. Tuduhan anda berpindah pada Pak Amato dan sekarang ia telah dibawa oleh polisi." seseorang itu tidak diketahui nama nya, ia sedang bertelepon membahas rencana yang sudah ia susun bersama bos nya.

"Hahahaha! Senang mendengarnya. Apa kau sudah menemukan letak surat wasiat itu disimpan?" ujar Bryan, disebrang telpon.

"Brankas Pak Amato, di perusahaan BoyCorp." sahut bodyguard tadi.

"Racuni mereka semua, Amato cukup kau beri obat tidur saja. Kemudian kau sekap dia. Saat dia bangun, paksa ia memberitahukan pin dari brankas itu." titah Bryan menjelaskan secara rinci pada mata-mata nya diperusahaan BoyCorp.

"Baik, akan ku laku--" ucapan yang belum sempat terselesaikan itu disebabkan oleh polisi yang tiba-tiba saja menyodorkan pistol dari beberapa sisi.

"JANGAN BERGERAK!!"

--

AMATO POV

"Benar, Bryan ayah saya. Dia meninggalkan dan mulai melepaskan tanggung jawab terhadap kami pada saat usia saya 2 tahun." jelas menantu ku, (name) pada pihak kepolisian.

"Lalu, apa yang anda ketahui soal Yaya Liana?" tanya polisi itu lagi.

"Dia saudari tiriku, kami semua mengetahui hal ini saat ia sempat berusaha menipu kami semua." jawab (name).

"Teruntuk Bapak Halilintar, menurut informasi yang kami kumpulkan anda pernah menjalin hubungan dengan Nona Yaya Liana. Apakah benar?" tanya polisi itu beralih pada Hali.

"Ya. Apa lagi yang ingin kalian tanyakan? Kenapa masalah ini semakin panjang?" ucap Hali resah.

"Ssstt! Ini rencana papa, Li. Mama kamu sama mama nya (name) diculik sama papa nya (name). Mereka memanfaatkan kamu sebagai suami nya (name)." sahut ku menjelaskan pada Hali.

"Bodyguard itu?..."

--

SOLAR POV

Aku sudah lumayan lama berada disini, tidak ada yang mencari ku. Apa yang terjadi disana sebenarnya? Secara samar dalam pembicaraan kemarin aku dengar bahwa ibu hilang...

Baiklah, pikiran ku berkecamuk sekarang. Jika benar hilang, bagaimana sekarang? Apakah sudah ditemukan?

Sial, apa aku harus kembali ke Malaysia lagi? Tidak! Aku yakin Kak Hali bisa menanganinya.

"Solar! Your tea spilled, regarding the files you have to collect it tonight!" lamunan ku terbuyar karena bentakan manager ku yang satu ini.

"I'm sorry, Sir. But this is not his fault, i was spilled the tea. I will make a new report file now." jawab Wilona dan dengan cepat membereskan berkas yang tadi.

Dia melindungi ku untuk kesekian kalinya... Mungkin ini pertanda aku harus melupakan (name) dan mulai mencintai Wilona.

Karena, aku tau bahwa dia mencintai ku.

--

ICE POV

"Apa sih? Mau perang sama gua? Lu jones ada waktu banyak. Gua harus luangin waktu sama pacar. Ajak aja si Taufan." ujarku secara datar pada Blaze, sahabatku. Dari tadi selalu memaksa untuk aku bermain video game bersama nya.

"Fan--" ucapan Blaze dengan wajah memelasnya terpotong oleh tolakan Taufan secara mentah.

"Ga, ga, ga!! Gua sama Liya lagi siap-siap buat pernikahan kami bulan depan. Dan ini buat lu, Ice. Pacaran doang nikah kaga!!" sinis Taufan langsung merangkul Liya disamping nya.

"Apa lu bilang? Ice, mereka butuh undangan kayaknya." ujar Vina kesal dan dengan perlahan ia menaruh dua undangan di atas meja.

"Dateng yaaa. Ini buat lu, Blaze dan ini buat lu, Fan." sahut ku dengan tersenyum miring dan penuh kemenangan melihat wajah mereka berdua.

"HAH!!? MINGGU DEPAN!!?" teriak mereka berdua sangat shock.

--

YAYA POV

'Sampai sekarang, aku masih di penjara. Ini gara-gara ayah!'

'Sahabatku meninggalkan ku dan merebut kekasih ku.'

'Tak apa, ini juga demi warisan bagian ku. Seorang putri tak memikiran percintaan bukan?'

'Haha, kurang ajar. Tunggu kalian semua. Saat ayah dan ibu berhasil mendapatkan uang itu, maka aku akan segera bebas.'

--

AUTHOR POV

'Apa... Apa yang barusan ku dengar...' batin Bryan sangat kacau dan gelisah. Semua persiapannya hancur dan bisa saja ia di penjara.

"Serahkan diri anda atau kami dari pihak kepolisian akan segera datang ke tempat anda menyekap Ibu Mara dan besan nya." ujar polisi yang berjaga di perusahaan milik Hali sambil menahan suruhan Amato.

"LEPASIN SAYA!! SAYA CUMA DISURUH PAK!!" sambung bodyguard yang ditahan oleh polisi tersebut dari sebrang telepon juga.

'apa semua rencana kami terbongkar? Jadi Amato hanya bersandiwara? Sialan!' umpat Bryan dalam hati, sungguh ini diluar kendali nya. Amato selalu satu langkah lebih maju daripada dirinya.

"Bukan saya pelaku nya!" teriak Bryan mengelak.

"PAK POLISI!! TOLONG SAYA, SAYA MARA ISTRI NYA PAK AMATO. SAYA DISEKAP BERSAMA DENGAN BESAN SAYA!!" teriak Mara berusaha meminta bantuan walaupun dari jauh. Tapi ia yakin, usaha nya tak sia-sia.

'Wanita itu, sama-sama benalu! Sama seperti suami nya!'

"Lokasi anda berada di Jalan Merak Merak Raya, Pelita Residence No. 3 benar?" ujar polisi itu serius.

"Sialan! Aku akan membuat mu membayar semua nya, Amato!!" teriakan yang reflek terkeluar membuat dirinya semakin frustasi.

--

Author's note :

Haii, maaf ya lama g up. Author buntu dan krg sehat, tapi karna hari ini author happy jadi paksain buat up walaupun ga mampu begadang hehe... Jgn lupa ya vote dan komen nya, berharga bgt buat author lho. Sekian, see youu <3.

Maybe We Can Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang