Pagi itu, langit sedang asyik menatap cowok-cowok ganteng dari SMA Angkasa yang sedang bermain basket di lapangan sekolah. Beberapa gadis alay memekik sampai hayati lelah, sementara yang lainnya sibuk ngelirik, siapa tahu ada yang nyangkut.
Saat Assa berjalan di pinggir lapangan. Seorang ketua dari klub basket, pengganti Marvel tak sengaja melempar bola basket itu ke arah Assa, membuat kepalanya hampir kena, jika tak ada sebuah tangan kekar yang menghalangi bola itu melaju.
Dibawah terik matahari. Cowok itu melindungi Assa yang tertahan di bawahnya, ia menunduk, setelah merasakan ngilu di lengannya. Siswa-siswi yang lain bersorak, seolah-olah, bola itu memang sengaja ditujukan untuk menjatuhkan Assa.
Gadis itu meringis. Ia menatap pria di hadapannya. Mereka bertatapan, sampai Assa berucap. "Makasih," cicitnya pelan. Cowok itu tersenyum, lalu dengan sengaja segerombolan pemain basket sekolah, melempar bola basket itu tepat mengenai kepala cowok yang barusan menolong Assa.
Cowok dengan penampilan cupu dan sangat konu, membuat siapa saja yang melihatnya pasti memandangnya rendah memgenai selera penampilannya. Lelaki itu tidak melawan, ia hanya menatap mereka sebentar lewat mata kecilnya yang memakai kacamata.
"Pahlawan kesiangan lo!" ledek Abi. Ketua tim basket sekolah. Ia lalu menggantungkan lengannya di bahu cowok itu. "Ngomong-ngomong lo anak baru ya?"
Cowok itu mengangguk. "Oh pantes, kaya orang bego," kekeh Abi mendorong begitu saja pria itu yang langsung terjatuh di lapangan. "Lo gak papa? " Assa membantu cowok itu untuk berdiri.
"Eh. Ngapain lo bantu dia Sa," Abi menarik lengan Asss yang menjuntai di udara. "Aduh sakit Bi," rengek Assa, karena Abi mencengkram lengannya terlalu kuat.
"Sorry. Lo gak usah temenan sama dia. Dia anak bau. Coba guyss cium nih anak baru bau banget sih. Gak mandi apa. Gak parfuman gitu? Coba gue. Keringat aja harum." Abi mengendus tubuhnya sendiri, sedangkan yang diledek hanya menunduk. Cowok itu tampak lemah, membuat Assa kembali teringat akan Mars.
"Pas aja mereka berteman Bi. Assa jalang sama anak cupu yang bau."
"Eh iya pas."
"Coba gue foto dulu mereka."
Cekrek cekrek cekrek.
Assa benar-benar merasa dipermalukan dengan sorakan dari siswa-siswi yang terlihat jahat di matanya. Abi menarik lengan Assa, menyuruhnya agar mau mengikutinya, Assa hanya pasrah. Ia diboyong Abi ke koridor sekolah, lalu mendorongnya dengan kasar dan mengenai loker milik Abi.
"Kalau gue jadi lo. Gue udah berhenti sekolah Sa. Mana tahan gue dibilang kek gitu." Abi menatap Assa yang raut wajahnya terlihat judes. Assa mendorong bahu Abi.
"Gue gak mau dengerin omongan sampah siapapun! Jadi gue biasa aja. Gue mau sekolah yang benar disini dan bukan buat cari masalah sama siapapun," tatap Assa dengan tajam.
"Oke. Sekarang Marvel udah gak ada. Si cowok yang kelihatannya sayang banget sama lo, tapi ya namanya juga playboy, sayangnya cuman palsu. Gue bisa kok bela lo tiap hari dari mereka, asal lo mau ya ngelakuin semua yang gue suruh. Gimana?" tanya Abi sambil membenarkan kaos olahraganya.
"Gue bukan pesuruh lo ya. Jangan macam-macam sama gue!"
"Bukannya lo sering berduan sama cowok, terus Marvel dulu bisa kok nyuruh-nyuruh lo ngerjain prnya dan bawain tasnya. Gue kadang bingung. Dia sebenarnya manfaatin lo, atau lo yang kebucinan sama dia?" tanya Abi penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA [ Selesai ] √
Teen FictionTerlahir sebagai anak yang tidak diketahui asal usulnya membuat Assa harus dibesarkan di panti asuhan. Ia diadopsi oleh keluarga kaya raya, hingga membuatnya melupakan sahabat kecilnya yang mengidap keterbelakangan mental. Saat menginjak usia remaja...