Assa sudah pernah bilang, ada yang lebih sakit dari sakit fisik, yaitu sakit hati dan sakit ini ditorehkan oleh orang yang kita cintai. Sebuah tamparan pelan yang melesat di pipinya, membuat Assa menundukkan tubuhnya. Napas Marvel masih menggebu-gebu.
Dani terdiam sejenak, lantas tersenyum. Dia menyaksikan sendiri bagaimana Marvel menampar Assa, namun senyuman itu perlahan berganti dengan seringaian tajam yang membuat Assa kembali menatap Dani.
"Assa jawab?" tanya Marvel. Emosinya sudah berada di ubun-ubun. Kali ini Marvel sudah tidak dapat memendam perasaan kecewanya. Ia tahu kesalahan terbesarnya di masa lalu, selama hidup kembali terulang. Gadis itu masih terisak. Pandangannya mengabur akibat air mata yang menutupi penghilatanya saat itu. Assa mengacungkan jari tengahnya ke arah Dani.
"Dia-." Dengan terbata-bata Assa mengeja, tapi Marvel langsung menarik tangan Assa.
"Ikut gue," sungut Marvel membawa Assa yang tiba-tiba melepaskan lengannya dari jeratan Marvel, lalu Marvel menatapnya.
Dani maju selangkah. Dia mencekal sebelah lengan Assa. Marvel kembali menarik lengan Assa cukup kuat dan Assa menghempaskannya.
"Gue emang gak pantas buat lo!" jerit Assa dengan kecewa, lantas menghentakkan tangan Dani yang mulai meraih pergelangan tangannya.
"Lo ikut gue. Gue gak bakal ngapa-ngapain lo kok. Lo tenang aja," desis Dani berbisik tepat di telinga Assa.
Assa memilih untuk meninggalkan mereka berdua, langkahnya kosong dan hatinya remuk redam. Ia ingin pulang, tapi kemana. Orang rumah sudah tidak sudi menerima kehadirannya, karena Assa cuman parasite disana. Dani masih bersikeras mengejar Assa, tapi gadis itu tetap tidak memperdulikan Dani.
"Gue udah buktiin ke elo, lo butuh gue sekarang. Gue ngerti perasaan lo."
Assa berbalik badan. Ia menatap dongkol pada Dani yang berdiri di belakangnya dan Marvel, orang yang dicintainya sudah pergi entah kemana. Apa ini yang disebut cinta. Apa ini yang disebut dengan janji menjaga?
"Tapi lo yang udah buat hidup gue hancur. Lo itu TOXIC," tukas Assa meraih seragam Dani, lalu memukulnya dengan kesal.
"Gue?" alis Dani menaik ke atas.
"Lo hamil, karena kesalahan lo sendiri, bukan gue." Dani menaikkan bahunya ke atas lantas tersenyum licik. Assa menatapnya marah.
"GUE GAK HAMIL!" teriak Assa. Harus berapa kali dalam sehari ia harus menyakinkan orang-orang agar mempercayainya.
Arlan tiba-tiba muncul di hadapan mereka berdua. Dengan tampang iblisnya yang hanya bisa menambah beban hidup Assa. Assa segera berlari ke depan. Percuma meladeni kedua remaja bajingan seperti mereka.
"Assa. Hei," panggil Arlan. Dia menunjuk tajam ke arah Dani yang menatapnya. Merasa dikodei oleh Arlan. Dani menghembuskan napas, lalu menjauh.
Assa terus berlari tanpa memandang ke sekitar, ia sudah tidak bisa lagi memperhatikan keadaan jalanan didepannya. Yang Assa tahu, semua orang sudah pergi meninggalkannya termasuk Marvel.
Karena kurang hati-hati Assa menyandung batu besar di bawahnya, alhasil Assa tersandung dan seketika ia jatuh cukup keras menghantam aspal. Kakinya terkilir, dan di saat itu Arlan datang membantu Assa yang terduduk kesakitan, sesekali meringis.
Arlan berjongkok di hadapan Assa. Dia memperhatikan setiap jengkal raut wajah Assa yang tertutup surainya yang panjang. Arlan lantas menyapihkan helain rambut Assa ke belakang telinganya.
"Sakit kan lo. Pedih ya? kasihan." Arlan mengangkat tubuh Assa untuk berdiri. Gadis itu tak menolak saat Arlan menuntunnya untuk menepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA [ Selesai ] √
Teen FictionTerlahir sebagai anak yang tidak diketahui asal usulnya membuat Assa harus dibesarkan di panti asuhan. Ia diadopsi oleh keluarga kaya raya, hingga membuatnya melupakan sahabat kecilnya yang mengidap keterbelakangan mental. Saat menginjak usia remaja...