Episode 39 : Tempramen

26 9 3
                                    

Assa mengerjapkan bola matanya dan langsung menatap langit-langit kamarnya dengan ukuran sempit dengan pencahayaan yang kurang.

"Yah. Udah jam 8, gue telat kerja lagi!" pekik Assa segera mempersiapkan diri untuk berangkat kerja di hari sabtu dan minggu.

Karena letak keberadaan cafe tidak terlalu jauh dari kostnya, membuat Assa bisa jalan kaki saja.

Sesampainya disana, dia sudah disungguhkan dengan pelanggan yang ramai. Assa melirik pada keempat lelaki yang sedang bercengkrama di dekat jendela.

"Mau pesan apa?" tanya Assa belum menyadari, kalau mereka adalah para tuyul sekolah yang mengincar Assa.

"Hah, bukannya lo Assa?" Zidan menunjuk dengan sumringah.

"Lo anak baru itu kan?"

"Kerja lo, jadi pelayan cafe?" tambah Eric, sedangkan Denis hanya memberikan tatapan manisnya.

"Iya gue kerja disini. Yaudah kalian semua mau pesan apa?" tanya Assa tidak mau basa-basi lagi, karena menganggap mereka semua hanya akan mengejek Assa.

"Judes banget jadi cewek," Juna menatap ketus ke arah Assa yang matanya sudah melotot.

"Gue masih banyak pekerjaan, jadi tolong jangan bicara hal yang gak berguna," kata Assa tegas, dia sudah menghela napas untuk menahan sabar pada mereka.

"Woi. Belum tahu kita?" tiba-tiba Juna berdiri dan mendobrak meja, membuat para pelanggan memperhatikan mereka. Assa yang merasa disorot seketika malu.

"Jun. Lo apa-apaan sih?" tanya Denis tidak suka dengan cara kasar Juna.

"Jangan cari masalah sama gue." Assa berlalu dari hadapan mereka berempat, namun Juna malah menarik lengan Assa dengan kasar. "Mau pergi kemana lo. Mau kabur, nggak semudah itu. Lo gak bisa lari Kemana-mana, kalau sudah berhadapan sama gue," bisik Juna. Darah Assa berdesir.


Saat koordinator cafe tersebut datang dia menanyakan perihal keributan yang terjadi.

"Dia pelayan gak becus pak. Orang dia kasarin, terus pengen cepet-cepet kita pesan," adu Juna dengan serius, sedangkan Eric sibuk menginjak kaki Juna.

Zidan menggelengkan kepala, lalu membela Assa. "Pak. Cewek itu gak salah kok, cuman saudara saya aja yang agak sedikit," cengir Zidan. Assa hanya bisa menunduk dan berdoa agar masalah ini jadi tidak panjang.

"Sedikit apaan?" tanya Juna dengan jutek.

"Maklum pak, bayi lahir prematur," sambung Denis cuek.

Akhirnya mereka sepakat berdamai saja, namun rupanya Juna masih tidak puas, jika tidak menganggu Assa lagi. Tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya yang lain, diam-diam Juna menemui koordinator cafe dan menghasutnya untuk memberhentikan Assa dengan iming-iming uang juga salah satu cabang restoran mewah milik ayahnya, akan diserahkannya.

"Sama seperti yang pernah gue bilang. Gak ada yang bisa lolos setelah kenal sama gue," batin Juna mencengkeram kedua tangannya.

Saat akan pulang dari cafe, Assa mendapat panggilan dari bosnya. Disana Assa diberhentikan dengan alasan yang tak jelas.

"Kenapa saya diberhentikan pak. Saya salah apa?"

"Saya sudah menemukan pelayan wanita pengganti kamu yang jauh lebih baik kerjanya," jawab bosnya. Assa tidak terima, dia masih memerdebatkannya.

KALOPSIA [ Selesai ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang