Assa memakan roti bakar di kantin sekolah. Ia menitikkan air mata saat memakannya. Mulai malam tadi Assa terus memikirkan Mars. Bukan hal mudah untuk melupakan seseorang dari masa lalu yang begitu berharga, lalu gadis itu terdiam. Ia kembali teringat, beberapa bulan yang lalu. Saat Marvel mendekatinya dan menggodanya.
"Gue suka banget roti bakar."
Marvel mengelus pucuk kepala Assa saat mereka makan di kantin berdua.
"Gue juga suka roti bakar."
Assa menengok ke samping dan menemui Mars yang bertubuh gempal dan berkacamata minus dengan penampilan cupu. Pria itu tersenyum, membuat khayalan Assa berhenti saat Cris yang baru selesai memesan makanan mendekati Assa.
"Sa. Gue boleh duduk disini? " Cris menatap Assa yang melamun.
"Mars? " Assa meninggalkan begitu saja Cris, tanpa menghiraukannya.
Assa berlari tak tentu arah. Ia melarikan diri ke dalam kelas kosong saat teman-temannya asyik mengikuti jam olahraga, sedangkan Assa lebih memilih menyendiri, karena satu persatu teman-temannya meninggalkannya. Tangan Assa bertumpu di salah satu meja, ia terduduk di lantai sambil menangis. Dadanya sesak luar biasa.
Cris yang mengejarnya ke dalam kelas segera mendekatinya, namun ia hanya menatap Assa di ambang pintu.
"Sa." Assa menoleh pada Cris yang memasang wajah khawatir.
"Lo ngikutin gue ya?" tanya Assa dengan tergesa-gesa mengusap lelehan air matanya. Cris tersenyum hambar.
"Lo kenapa?"Cris duduk berjongkok di hadapan Assa. Gadis itu menghela napasnya berat. "Gue gak papa. Mending lo olahraga di luar," sahut Assa berdiri dengan lesu. Cris menahan lengan Assa.
"Sa?" panggilnya pelan. Assa berbalik, dan kakinya tak sengaja menyandung kursi murid, membuat dirinya jatuh dalam pelukan Cris. Mereka beradu netra, hingga Assa menyadari ada tanda hitam di leher Cris. Gadis itu mengerjapkan matanya.
Marvel, Mars dan Cris sama-sama mempunyai tanda hitam di lehernya.
"Gue Marvel," ucap Marvel membuka kacamatanya. Menghapus dengan kasar make up yang membuat dirinya, jika dilihat sekilas, lebih tua dan beberapa flek palsu yang menganggu pipinya. Wajah gagahnya kembali terlihat.
"Marvel?" Assa menggapai pipinya. Lelaki itu mengangguk ramah.
"Lo kembali." Mata Assa sudah berkaca-kaca. Ia memeluk Marvel dengan cepat. Marvel balas memeluk Assa, mengelus belakangnya dan memberikan kehangatan untuk perasaan Assa yang terluka.
"Bagaimana mungkin gue ninggalin lo saat lo lagi terpuruk. Gue bakal selalu ada buat lo. Sama kaya janji kita dulu." Marvel kini mengelus surai Assa dengan lembut, namun Assa secara sepihak melepas pelukannya. Ia sampai berjingkit untuk menatapnya.
Suhu badan Assa memanas. "Mars? Lo Mars. Marvel jawab gue. Lo Mars kan? " Assa mulai memukul-mukul dadanya, membuat badan Marvel terpojok ke belakang.
"DIAM!" teriak Marvel. Gadis itu syock. Teriakan Marvel membuat rasa bersalahnya terulang.
"Maafin gue Sa. Maaf. Gue yang salah. GUE YANG SALAH SA. " Intonasi bicara Marvel meninggi, Assa hanya bisa menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA [ Selesai ] √
Teen FictionTerlahir sebagai anak yang tidak diketahui asal usulnya membuat Assa harus dibesarkan di panti asuhan. Ia diadopsi oleh keluarga kaya raya, hingga membuatnya melupakan sahabat kecilnya yang mengidap keterbelakangan mental. Saat menginjak usia remaja...