Happy reading yall ^_^
****Pulang dari sekolah Assa sudah dijemput oleh ayahnya, Shen yang membukakan pintu mobil pada Assa, Assa masuk ke dalam mobil setelah melambaikan tangan pada teman-temannya, lalu Shen ikut melambai, pria itu masuk ke dalam mobilnya. Ia menatap Assa yang pipinya bersemu merah dan mendekap lengannya di lipatan roknya.
"Senang? Udah dapat teman?" tanya Shen mulai melajukan mobilnya, tanpa menjawabnya terlebih dahulu Assa malah memeluk pundak ayahnya, meski terhalang sift lever mobil. "Semua orang di kelas jadi teman aku yah, aku jadi kebanggan, nilaiku juga jadi tinggi," seru Assa pada Shen.
"Anak pintar, sebagai hadiahnya, ayah mau kasih hadiah sama kamu," kata Shen yang mendadak berhenti di depan jajaran apartemen tak jauh dari sekolahnya.
Shen melirik Assa. "Hadiah apa yah? Assa penasaran? Ayok dong kasih tahu," rengek Assa, lalu ia menatap ke samping melalui kaca jendela mobil. "Apartemen?" tebak Assa ragu. Shen mengangguk, Assa jadi tidak enak diperlakukan spesial begini, padahal iya hanya anak angkat.
"Makasih ya yah, bisa sekolah dan hidup terjamin aja aku sudah senang banget, apalagi dikasih apartemen. Anak mana yang gak bahagia," ujar Assa memeluk Shen yang balas menepuk pundaknya.
"Oh ya Yah? Ayah kan pernah cerita sama aku, kalau istri ayah meninggal, apa ayah punya anak sama istri ayah dulu?" tanya Assa menatap raut wajah Shen yang tiba-tiba memalingkan wajahnya, karena enggan mengingat masa lalu.
"Maaf kalau pertanyaan Assa buat ayah sedih," Assa menghela napasnya, tapi Shen malah tersenyum dan keluar dari dalam mobil. Mereka bergandengan tangan layaknya ayah dan anak.
"Yah, buat apa sih beliin aku apartemen?" tanya Assa sambil berjalan mengekor tubuh ayahnya yang mengarahkannya pada apartemen dengan nomor 121. Di dalamnya sungguh mewah dengan nuansa estistik, serta kolam renang yang membundar indah.
"Wah. Keren sumpah yah," puji Assa, ia mengitari ruangan di apartemen itu dan merebahkan diri di kasurnya yang luar biasa empuk.
"Siapa tahu kamu sama teman-teman kamu mau menghabiskan waktu liburan atau senang-senang bareng di apartemen ini," jawab Shen, ia membuka gorden jendela panjang dan menampilkan bangunan-bangunan tinggi. Shen tersenyum miring sambil memperhatikan Assa yang melonjak kegirangan.
"Assa kamu boleh main sepuasnya disini dulu, ayah ada kerjaan sebentar." Shen berlalu dari kamar apartemen Assa, tapi Assa malah menahan lengan Shen, sambil bergumam. "Makasih atas kebahagiaannya ya yah, i love you yah." Assa tersenyum dan Shen terkekeh.
"Ucapkan selamat datang dengan kehancuran Assa," batin Shen, ia lalu menutup pintu apartemen. Assa hanya merebahkan diri di kamar, ia membuka ponselnya, Marvel seolah menghilang dalam hidupnya, kemana Marvel? Assa meragukan kembali cinta Marvel padanya, apa Marvel masih marah atas semua kelakuan yang pernah aku torehkan ke dia?
Tanpa sadar Assa ketiduran, padahal dia berniat untuk mengundang teman-temannya malam ini agar bisa menikmati suasana apartemen barunya. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00. Assa masih terlelap dengan tidurnya, sampai sebuah ketokan menghampiri kamarnya dan membuat Assa kaget dan terbangun, ia segera bergegas untuk membuka pintu.
"Permisi nona. Ini makanan dan minuman yang sengaja dipesankan oleh ayah anda. Tuan Shen," katanya menyodorkan makanan khas Paris pada Assa dan minuman segar. Assa menerimanya dengan senang hati, karena perutnya juga sudah keroncongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA [ Selesai ] √
Teen FictionTerlahir sebagai anak yang tidak diketahui asal usulnya membuat Assa harus dibesarkan di panti asuhan. Ia diadopsi oleh keluarga kaya raya, hingga membuatnya melupakan sahabat kecilnya yang mengidap keterbelakangan mental. Saat menginjak usia remaja...