Episode 33 : Membeli Sahabat dengan Uang

11 7 0
                                    

Ibu Assa nampak menggeledah isi kamarnya. Alena terlihat frustasi seraya melemparkan beberapa foto-foto Assa ke bawah, retak sudah foto itu, seperti orangnya yang kini hanya bisa terpaku memperhatikan ibunya merusak benda-benda di kamarnya. Assa tidak berani keluar, ia lebih memilih menahan tangisanya di dalam kamar mandi.


"Keterlaluan," bisik Alena mulai mengacak-ngacak isi lemari pakaian Assa, lalu menemukan seragam SMAnya, tanpa basa-basi lagi, ibunya Assa langsung merobek seragam itu dengan menggunakan gunting, membuat Assa menghambur ke arah ibunya.

"Mah. Jangan, ini seragam Assa. Gimana Assa sekolah, kalau seragamnya dirobek sama mamah." Assa memelas pada ibunya. Ia menahan lengan ibunya, tapi ibunya malah mendorong Assa dan membuatnya terjatuh.

"Mulai sekarang kamu berhenti sekolah. Gak ada artinya saya nyekolahkan kamu. Pembawa sial!"

"Bahkan untuk memandangmu saya sudah tidak sudi lagi!" sahut ibu Assa dengan intonasi tinggi.

Hati Assa kembali hancur berkeping-keping. Luka di hatinya terbuka lebar. Kapan dia bisa merasakan kebahagiaan, sedangkan semesta selalu menghalanginya.

"Mah, salah Assa apa? Kok mamah jahat sama Assa?" isak tangis Assa terdengar pecah.

"DIAM !" bentak ibu Assa meraih lengan Assa dan memaksanya untuk berdiri.

"Ingat Sa mulai sekarang kamu bukan anak saya lagi. Ingat itu."

Ibu Assa meremas lengan Assa dengan kencang, membuat lengannya merah.

"Alena?" terdengar panggilan yang menghentikan aksi Alena terhadap anaknya.

"Mau apa kamu kesini bajingan?" tanya Alena menatap badan tegap laki-laki yang berdiri di ambang pintu. Bukannya menjawab pertanyaan kekasihnya. Shen memilih untuk membantu Assa berdiri.

"Kamu gak papa kan Sa?" tanya Shen. Assa mengangguk lesu, ia terkejut dengan sikap laki-laki yang diketahuinya adalah kekasih ibunya setelah ayah meninggal.

"Brengsek!" ketus Alena melemparkan begitu saja seragam SMA Assa yang sudah robek ke badan Assa.

"ALENA CUKUP. DIA ANAK KAMU!" teriak Shen berusaha menyadarkan Alena yang tidak mampu menahan emosinya lagi.

"Dia bukan anakku," jawab ibu Assa tesengal, di dalam hatinya bergetar hebat. Wajahnya merah, karena marah.

"PERGI SEKARANG DARI SINI. SAYA SUDAH TIDAK SUDI MELIHAT KALIAN!" perintah ibu Assa berapi-api. Assa menangis luruh detik itu juga, tapi Shen berusaha menenangkannya.

"Ayo Assa kita pergi," ajak Shen merangkul bahu Assa yang sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Mah," panggil Assa lemah. Alena menatap ke arah Assa dengan ketus.

"Jangan panggil saya mamah," jawab Alena tersengal-sengal seraya menahan amarah di dalam dada.

Saat Shen berjalan bersama Assa. Lelaki itu sempat berbalik dan menatap Alena dengan bibir melengkung. Dia menahan tangannya di bahu Assa. Alena terdiam cukup lama menyaksikan punggung mereka yang memudar.

Shen membawa Assa untuk masuk ke dalam mobil mewahnya. Assa mencoba untuk keluar dari dalam mobil, namun tangannya dicengkram halus oleh lelaki itu.

"Tenang Sa, kamu aman bersama saya," lirih Shen menatap raut wajah Assa yang ketakutan dan ada ketidaksukaan.

"Saya gak mau ngerepotin om." Pergerakan Assa menjadi tidak bebas, karena laki-laki itu menatapnya terus-menerus.

"Assa. Percaya sama saya. Saya gak tega melihat kamu diperlakukan seperti itu, lagipula kamu juga diusir oleh Aleta. Mau kemana lagi kamu?" tanya pria itu. Assa menggelengkan kepalanya.

KALOPSIA [ Selesai ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang