Hanindya
.
.
Biar aku yang pergi🎵
Sosok pria berumur kurang lebih 40 tahun-an menuruni mobil mewahnya, hampir saja dia menabrak anak gadis yang kini berjalan gontai, tanpa basa basi lagi pria itu meraih bahu Assa, membuat Assa mendadak kaget."Om. Siapa?" tanya Assa dengan lugu. Pria itu terkekeh. Dia semakin erat mencengkram bahu Assa. Gadis manis itu mencoba melepaskannya.
"Om? Memangnya aku sudah cukup tua?" liriknya ke arah Assa yang mulai tidak nyaman dengan obrolannya.
"Iya Om. Maksud aku. Sytttt." Kepala Assa berdenyut. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Pria itu tersenyum, dan kembali memberikan tatapan manis.
"Kamu baik-baik aja kan, atau mau istirahat dulu? " tanyanya menahan tubuh Assa yang akan pingsan. Assa lantas menolaknya.
"Gak Om aku mau pulang aja," kata Assa berjalan ke depan, namun kepalanya kembali melayang, diiringi dengan bunyi yang keluar dari perutnya.
"Hei, kamu tidak apa-apa. Kamu bisa ikut om makan dulu. Kamu Assa kan? Dulu om adalah sahabat ayahmu."
Assa menatap ke arah pria itu, secuil senyuman keluar dari mulutnya. "Jadi om teman ayah?"
"Iya Sa, dulu ayah kamu sering cerita sama om, kalau dia senang punya anak cerdas, pintar dan baik hati seperti kamu," jelasnya dengan ramah, Assa hanya menunduk mendengar penuturan dari kebalikan sikapnya yang sekarang. Dia bukan menjadi dirinya sendiri untuk saat ini. Assa yang dulu sudah hilang, saat ayahnya meninggal, karena pernah menyelamatkannya.
Pria itu mengerti dengan keadaan Assa dan seketika memperhatikannya. Assa membatin, seadainya ayah ada disini pasti Assa juga diperhatikan.
Assa rindu sosok ayah.
Kemana ayah?
"Kamu tenang aja, om baik kok, gak macam-macamin kamu." Lelaki berumur itu menangkap wajah ketakutan akan orang asing di hadapan Assa. Assa mengiyakan dan menggaguk, lagipula ia sangat lapar dan tidak ada uang untuk membeli makanan, dia juga percaya, kalau teman ayahnya dulu akan menjaganya dengan baik.
-Assa pov-
Pria itu membelikanku pakaian mewah. Sesekali dia mengalungkan tangannya di bahuku. Melihat gelagatnya seperti ini aku jadi curiga, dia akan memanfaatkanku. Aku harus bisa melindungi diriku terhadap orang asing meski dia mengaku jadi teman ayahku, walaupun dia juga sudah menunjukkan foto dia bersama ayah, aku tetap khawatir.
"Oh iya Sa. Kita makan dulu yu," ajak pria itu padaku. Aku mengangguk manja. Dia mengelus suraiku dengan manja. Aku mencoba menjauhkan jarakku padanya.
Lelaki ini semakin banyak tingkah, dia menggandengku sepanjang koridor pusat belanjaan.
"Ayo kita makan," dia menarik tanganku memasuki mobilnya. Dia membawaku ke salah satu restoran mahal, menyuruhku memesan makanan semauku. Aku mengiyakan saja, karena aku sudah sangat lapar.
"Kok om baik padahal kita baru kenal," tanyaku menyuap sup Iga di hadapanku. Lelaki yang hanya memakan salad buah itu menaruh ringkas garpunya, lalu menatapku.
"Karena kamu anak yang baik. Om turut berduka cita atas kepergian ayahmu, " katanya padaku dengan raut wajah sedih. Aku sungguh gelisah ketika pria itu meraih tanganku yang tergeletak di meja. Aku memundurkan tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA [ Selesai ] √
Teen FictionTerlahir sebagai anak yang tidak diketahui asal usulnya membuat Assa harus dibesarkan di panti asuhan. Ia diadopsi oleh keluarga kaya raya, hingga membuatnya melupakan sahabat kecilnya yang mengidap keterbelakangan mental. Saat menginjak usia remaja...