Episode 24 : Pupus

9 9 0
                                    

Seberkas sinar memasuki relung kelopak matanya. Ia perlahan merasakan nyeri di kepalanya. Assa mengerjapkan matanya berkali-kali. Wangi vanilla menyeruak, membuat hidungnya berkerut.

Assa tak sadar semalam dia melakukan apa, hanya ada suara marah Marvel yang tergiangang di otaknya. Assa menatap ke sekitar menengok ke atasnya yang menandakan, bahwa ia berada di dalam kamarnya.

Assa memicingkan mata ke arah seragam SMA yang sudah sangat bau dan lusuh yang masih menempel di tubuhnya. Sungguh, ia lupa, kenapa tiba-tiba terbangun dan sudah berada di dalam kasurnya. Assa menoleh ke jendela yang tidak terkunci.

Stttt

Kepalanya merasakan bunyi nyet. Assa menduga, kalau Marvel yang membawanya pulang. Malam tadi kakinya lemas untuk digerakkan, pandangannya hilang tanpa pamit. Detik itu juga ia roboh. Siapa lagi yang lewat jalan jendela untuk membawanya, jika bukan Marvel.

****

Bukan namanya Marvel Gles Alaska, jika tidak membuat ulah di hadapan orang banyak hari ini. Lelaki itu seakan-akan mempunyai dua kepribadian di dalam dirinya.

"Hati-hati lo jadi cewek," umpat Marvel kala itu di lapangan sekolah. Ia yang tak sengaja mendbribble bola basket dan tepat mengenai kepala seorang gadis yang duduk di pinggir lapangan.

Wanita itu tidak tinggal diam, saat Marvel malah menyalahkannya dengan kurang ajar. Pertengkaran tidak dapat dihindari. Seluruh mata memandang ke arah lapangan.

"Cowok Gila lo," serang gadis itu, ia tersengal karena kecapaian. Kerongkongannya sakit dan tak sanggup lagi berteriak. Ia hanya tak terima disalahkan, lalu Marvel berjongkok untuk menyeimbangkan tubuhnya dengan wanita itu.

"Sialan!" Marvel memukul wajah gadis itu. Entah iblis apa yang merasuki Marvel sampai ia sangat marah pada setiap wanita yang berani menantangnya.

"Kya." Wanita itu meringis. Kacamatanya copot. Ia semakin terduduk jatuh ke bekalang. Siswa-siswi yang berada di koridor menatap iba. Mereka ikut meringis, karena dapat merasakan pukulan itu menghujami wajah mereka sendiri. Tak berani ada yang mendekat, hanya putra yang berusaha untuk menolong gadis yang tak berdaya itu.

Marvel masih marah. Ia tidak segan lagi menginjak kacamata gadis tersebut yang terlempar di samping kakinya. Lelehan air mata turun menggenang di pelupuk mata gadis itu. Siapa yang tak menangis, jika diperlakukan kasar seperti ini. Putra menyuruh gadis itu menjauh sebelum Marvel menyakitinya lagi.

Masih dengan raut wajah kesal, Marvel mengepalkan tangannya, sedangkan Putra menariknya untuk menepi ke koridor.

"Lo kenapa sih Vel? lo itu gila tahu nggak? Dimana harga diri lo dihadapan cewe kalau lo kasar gitu!" tegur Putra, mencoba menduga jika Assa pasti pernah dikasari oleh Marvel juga.

"Gue lagi pusing. Ogeb," jawab Marvel menjauh.

"Jangan-jangan Assa jadi bulan-bulanan lo yah?" terka Putra. Mendengarnya, Marvel berbalik. Ia menjadi sensitif saat mendengar nama itu.

"Nggak," jawab Marvel cuek.

"Wo bro gue bilangin yah. Lo nggak usah jadikan perempuan sebagai pelampiasan, kalau lo lagi marah atau pusing, kasihan!" Putra mensejajarkan jalannya dengan Marvel yang ingin pergi ke kantin.

KALOPSIA [ Selesai ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang