Dinner-2

4.2K 369 1
                                    

Sudah setengah jam Celine menunggu namun belum ada tanda-tanda kalau Celena akan segera datang. Iya hanya bisa menghela nafasnya, apa mungkin dia yang datang terlalu cepat?

Celine hanya bisa duduk termenung sembari menikmati alunan musik yang di bawakan saat live music di kafe itu, hal itu sangat membantu Celine untuk menghilangkan rasa bosannya.

Celine beranjak dari duduknya, dari pada bosan duduk sendiri lebih baik iya menghibur para pengunjung pikirnya.

Langkah pasti Celine mendekati MC acara itu, kini iya sedang menyukai satu lagu jadi dia berinisiatif untuk nyanyi.

Setelah mendapatkan izin dari pembawa acara live music itu, Celine menaiki panggung. “Selamat malam semuanya” Sapa Celine yang langsung mendapat perhatian dari pengunjung yang juga ada di sana.

“Nama saya Celine, sebenarnya saya bagian dari kalian. Maksud saya, saya juga pengunjung dari kafe ini tapi karena seseorang yang saya tunggu belum datang dan daripada saya bosan jadi saya ingin menghibur kalian semua, semoga kalian suka ya”

Celine mulai membisikan pada pemain kibor dan juga gitar sertajudul lagu yang ingin Celine nyanyikan.

Malam ini aku menanti
Kedatangan mu mengisi sepi ku
Lama terasa waktu bergulir
Karena dirimu tak bersamaku

Pintu kafe terbuka dan terlihat lah sepasang suami-istri bersama dengan dua anak kembarnya melangkah masuk.
Namun asistensi keempatnya langsung tertuju pada seseorang yang sedang menyanyi di depan sana. Suara yang lumayan familiar untuk mereka

Oh, Tuhan, tolonglah, bawa dia kembali
Bersamaku di sini, menjagaku selalu
Dengarlah doaku yang tak pernah meminta
Bawa dia kembali bersama walau hanya sesaat

Masih terasa hembus nafas mu
Saat 'ku gundah kau lipur lara ku
Kini terasa semakin dalam
Rasa rinduku pada dirimu

Celine tersenyum menatap Celena yang ternyata sudah datang, iya mengangguk kecil seolah mengatakan 'Duduklah'

Oh, Tuhan, tolonglah, bawa dia kembali
Bersamaku di sini, menjagaku selalu
Dengarlah doaku yang tak pernah meminta
Bawa dia kembali bersama walau hanya sesaat

Setelah alunan kibor berhenti untuk kesekian kalinya Celine tersenyum dan riuh tepuk tangan iya dapatkan dari pengunjung yang ada di sana.

Celine tak menduga itu, karena iya berfikir para pengunjung hanya akan fokus pada lawan bicara masing-masing bukan padanya.

“Terimakasih semuanya, maaf karena sudah mengganggu malam kalian” dan setelahnya Celine beranjak dari panggung menuju meja yang sudah di duduki Celena dan keluarga kecilnya.

Sesaat setelah Celine sampai di hadapan keempatnya, Azzam dan Azzura bertepuk tangan dah hal itu kembali berhasil membuat senyum di bibir Celine mengembang.

“Cantik, suara ibu cantik. Zura suka” cicit Azzura yang kini sedang mengenakan dress pink.

Celine berjongkok untuk menyatakan tinggi keduanya “Apakah sebagus itu, ibu rasa tadi ada fals di bagian nada rendah”

“Tidak-tidak, suara ibu sudah sangat baik. Benar kan Bunda?” Azzam menatap Celena yang sedari tadi mengawasi setiap apa saja yang di lakukan buah hatinya itu.

Celena mengangguk seraya mengusap kepala sangat putra. “Suara Aunty kalian memang yang terbaik, dulu Aunty kalian memenangkan lomba menyanyi di sekolah”

Perkataan Celena itu berhasil membuat senyum Celine memudar. Kenangan itu lagi, kenangan yang tak akan pernah iya lupakan, Iya membenci kenangan itu karena pada saat lomba berlangsung kedua orang tuanya tak bisa datang untuk menyaksikan penampilannya dan memilih untuk mengurus perceraian.

“Apakah itu benar Bu?” tanya Antusias Azzura

“Itu hanya lomba menyanyi tak ada yang istimewa, lebih baik kita duduk dan segera memesan makanan” Azzam dan Azzura mengangguk mengiyakan perkataan guru sekaligus Aunty untuk mereka berdua.

Setelah memesan makanan, mereka sama-sama menikmati makanan mereka sembari sesekali mengobrol ringan.

“Aditya kenapa tidak ikut?” celetuk Aldebaran yang sedari tadi hanya diam hal itu berhasil mendapatkan perhatian dari Celena maupun Celine.

“Mas Adit ada penerbangan malam” jawab Celine yang mendapat anggukan kecil dari pria itu.

Celine menatap Azzam yang ingin mengambil sup di depannya namun sepertinya iya kesusahan dan dengan cepat Celine membatu anak laki-laki itu.

“Mau sayur?” tanya Celine yang mendapatkan anggukan dari Azzam dan dengan hati-hati Celine mengambil sup itu dan menaruhnya di mangkuk kecil.

“Terimakasih bu”

“He'em makan yang banyak supaya cepat besar.” Azzam mengangguk “Zura mau sup nya?”

“Zura tidak suka sayur bun.. Buk” untuk kesekian kalinya gadis itu hampir salah memanggil Celine

“Tadi kau bilang Aditya ada penerbangan malam kan?” Tanya Celena mengulangi kalimat Celine beberapa detik yang lalu.

“He'em”

“Dia mau kemana?” pertanyaan itu berhasil membuat Celine tersedak.

Uhuk.. Uhuk..

“Ini minum dulu” bukan-bukan, itu bukan suara Celena melainkan itu suara Aldebaran sembari memberikan segelas air putih

Dengan cepat Celine meneguk minuman yang diberikan Aldebaran padanya. “Jangan berburuk sangka dulu, Mas Adit itu seorang pilot”

Celine tersedak karena iya tau maksud dari pertanyaan yang baru saja di lontarkan Celena, iya tak mau saudara kembarnya itu salah paham akan tunangannya.

“Apa kau sering di tinggal?” Lagi-lagi pertanyaan seperti itu keluar dari mulut Celena.

Celine tau kalau Celena hanya takut kalau dirinya ditinggal-tinggal oleh Aditya mengingat pekerjaan pria itu yang menjadi seorang supir pesawat.

“Seorang pilot juga memiliki jam istirahat Lena, gak perlu khawatir.” Cicit Celine namun sepertinya hal itu belum membuat seorang Celena puas “Bulan ini Mas Aditya berusaha untuk memadatkan jadwalnya supaya bulan depan kami bisa leluasa foto prewedding dan hanimun ke Paris”

“Aku dengar kalau Aditya pewaris tunggal keluar Walter tapi mengapa iya tak meneruskan bisnis Ayahnya” pertanyaan itu lagi-lagi berhasil mengalihkan atensi Celine.

“Dari dulu Papa Hendrik tak pernah memaksakan kehendak putranya karena Papa tau kalau cita-cita putranya sedari dulu bukanlah menjadi pembisnis melainkan menjadi pilot. Dan hal itu bukanlah menjadi masalah karena masih ada tangan kanan Papa yang bisa mengurus perusahaan dan sesekali Mas Adit datang kok untuk memantau”

“Wah.. pacarnya Ibu bisa bawa pesawat? Keren banget, Zura mau di ajarin dong”

“Boleh, nanti Ibu bilangin ke paman kalian itu ya”

“Azzam juga mau, boleh ya”

“Boleh kok, semuanya boleh ikut”

Celine terkekeh kecil melihat Azzam dan Azzura yang kelihatan sangat bersemangat namun disisi lain Celena hanya bisa bungkam.

“Untuk apa kau bertanya Mas kalau kau sudah tau jawabannya?”

Dalam Angan | Lengkap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang