"Gimana keadaan Bunda saya dok?" Bahu Azzura yang pada awalnya berdiri kokoh kini seolah sirna saat sebuah gelengan kecil dari seorang dokter yang sudah merawat Bundanya lebih dari 13 tahun lamanya.
"Maaf nona, jawaban saya masih sama" Dokter itu melangkah pergi tapi kini Azzura tak bergerak sama sekali, sudah selama ini mengapa tak ada satupun dokter yang dapat menyembuhkan bundanya, sampai kapan lagi!
Hingga sebuah tetesan air mata kembali membasahi pipinya "Kenapa engkau jahat Kek, mengapa engkau merebut seseorang yang Bunda sayang!" Pekik Azzura dengan suara tertahan.
Azzura menghapus air matanya, menggantikan kepedihan itu dengan senyum manisnya. "Bunda akan sembuh! Akan sembuh-" Iya menghembuskan nafasnya kuat-kuat dan dengan perlahan memasuki ruangan yang secara langsung menunjukkan seorang wanita yang dulunya di jadikan ratu oleh seorang pilot kesayangan.
Wanita itu tersenyum melihat kearah jendela, entahlah hal apa yang mampu membuatnya tersenyum namun senyuman itu seolah goresan dalam bagi Azzura. Azzura melangkah dengan perlahan dan berjongkok tepat di samping kursi roda yang tengah wanita itu duduki.
"Bunda-"
Celine berpaling, senyum wanita itu merekah dengan lebarnya "Zura, kamu udah pulang sekolah sayang. Gimana ada pr, ayo bunda bantu -"
"Ada bunda, mereka memberikan banyak sekali tugas kepada kami. Bahkan kak Azzam saja sampai mengeluh"
Senyum Celine yang awalnya menghilang kini kembali muncul dengan cantiknya "Kalian sama seperti paman kalian sayang, kau tau dulu dia juga mengeluh terlalu banyak tugas tapi saat itu Bunda hanya mampu menemani paman kalian saja karena bunda tidak tau apapun tentang pelajaran yang paman kalian pelajari tapi sekarang sudah berbeda-"
"-sekarang bunda bisa batu kalian" Mendengar setiap perkataan Celine semakin membuat sesak di dada Azzura dan lagi air mata itu lolos begitu saja. "Ada apa sayang, jangan menangis kau lihat paman mu jadi tertawa karena mu-"
Mata itu menatap kembali kearah luar jendela dan Azzura hanya mampu menundukkan kepalanya dalam. Apa yang harus iya katakan.
"Jangan menangis Azzura, tidak ada yang meninggal di sini!" Azzura mengangguk dan untuk kesekian kalinya iya menghapus air matanya.
Kini Azzura mengerjakan tugas kuliahnya sementara Celine duduk di sampingnya sembari membaca sebuah buku harian miliknya yang entah sudah berapa kali iya baca, Azzura memperhatikannya namun tak sama sekali iya memiliki keberanian untuk menghentikan Bundanya itu.
"Bunda-"
"Hm, sudah siap?" Tanya Celine tapi Azzura menggeleng "lalu mengapa kau berhenti Zura, ada masalah?"
"Aku harus membeli beberapa buku bunda, untuk penambahan materi, tapi nanti saja. Sekarang aku hanya ingin bersama bunda ku"
"Anak manja" celetuk Celine yang mampu membuat Azzura tersenyum. Azzura memeluk erat sang Bunda dan Celine hanya mampu membalas pelukan putri dari saudara kembarnya itu.
"Apa Zura boleh bertanya sesuatu bunda?" Celine mengangguk "Seberapa besar rasa sayang bunda kepada paman?" Untuk beberapa saat Celine hanya mampu terdiam.
"Sebesar harapan ku untuknya kembali." Azzura tersentak, apakah dia baru saja salah mendengar.
"Paman kalian itu sangat hebat Zura, dia mampu mengalahkan siapapun untuk Bunda, dia mampu meyakinkan bunda untuk tidak mengakhiri hidup tapi dia jahat karena meninggalkan ku-"
Mata Azzura melebar. Apa Celine sudah menerima fakta itu, apa bundanya itu masih hidup di dalam imajinasinya, apa kah iya benar-benar sudah kembali. "Bunda.."
"Mengapa cerita di buku ini tidak terjadi! Aku ingin Adit ku kembali!! Aku ingin Adit ku selamat, kenapa harus dia yang mati! Kenapa" histeris Celine. Celine menatap Azzura dengan marah "Karena kakek mu! Karena kakek mu, tunangan ku pergi meninggalkan ku! Aku benci kalian, aku benci kalian! Pergi-" Celine mendorong tubuh Azzura hingga mendarat di lantai.
Azzura hanya bisa menangis tanpa berkata apapun, iya ingin kembali memeluk Bundanya namun Celine seolah tak sudi dirinya di peluk oleh Azzura "Bunda-"
"Pergi!!"
°°°
"Kenapa dek?" Tanya Azzam yang kini berdiri tepat di belakang Azzura yang sedang menatap Celine yang sedang di tenangkan di ruang itu. "Zura-" panggilnya lagi.
"Seharusnya paman selamat kak, seharusnya kita di besarkan dengan kasih sayang Bunda Celine dan Paman Aditya. Seharusnya senjata sialan itu tidak ada di saku Kakek. Kita kehilangan Papa, kita juga terluka tapi Bunda-" Nafas Celine tercekat "Bunda kehilangan setengah hidupnya kak-"
Azzam memejamkan matanya, hanya itulah yang bisa iya lakukan saat ini. Janjinya pada sang paman untuk selalu merawat Bundanya, akan terus iya lakukan tapi iya tak kan pernah berhasil karena hanya Aditya lah yang bisa merawat Celine. Hanya Aditya bukan orang lain.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Angan | Lengkap
RomanceDia yang ku kenal sebagai penyelamat kini akan menjadi angan yang sama, dia akan tetap sama dan akan selalu seperti itu. Setiap kalimat yang keluar darinya mampu membuat ku tersadar kalau iya adalah yang terbaik, dan aku juga adalah hal yang terbaik...