Ego

4.1K 360 0
                                    

““Zura” panggil Celine seraya menatap gadis kecil itu. Azzura yang merasa terpanggil mendongakkan kepalanya menatap guru kelasnya.

“Kenapa kamu duduk sendiri di sini? Azzam kemana?” Tanya Celine saat tak sengaja melihat Azzura duduk seorang diri di taman sekolah. Banyak anak-anak lain yang bermain di sekitarnya tapi sepertinya Azzura dalam situasi hati tidak baik.

Awalnya Celine ingin memberikan bekal sandwich kepada Azzam dan Azzura karena pagi tadi iya membuat sandwich itu khusus untuk kedua keponakannya namun saat melihat Azzura duduk termenung di kursi taman tanpa berniat ngobrol dengan anak-anak seumurannya dan tak ada Azzam di sampingnya membuat Celine bingung.

“Kakak pergi ke kamar mandi bun.. Ah- maksud Zura buk.”

Celine tersenyum kecil dan perlahan mendudukkan bokongnya di samping Azzura “Ibu buatkan sandwich untuk kamu dan Azzam, sudah ibu panaskan tadi di kantor. Makan ya”

Anggukan serta senyum kecil di bibir Azzura berhasil membuat bungkam Celine untuk beberapa detik. Mengapa anak yang ada di hadapannya ini, apa Zura menyembunyikan sesuatu?

Perlahan Azzura membuka box putih yang tadi di berikan Celine, mengambil setengah dan kembali menutup bekal itu.

“Ada apa?” Tanya Celine dan hal itu berhasil mengalihkan atensi Azzura, Azzura menggeleng kecil lalu memakan sandwich daging dan telur bikinan Celine.

“Kamu tau gak dulu bunda kamu sangat mirip dengan mu, selalu menyimpan semua rahasianya sendiri padahal dia tau kalau dia punya saudara di sampingnya.” Azzura menatap lekat pada Celine mencoba untuk memahami maksud dari perkataan wanita dewasa yang kini sedang tersenyum ke arahnya. Cantik dan senyum itu sedikit sama dengan bunda nya. Sama-sama menenangkan.

“Dan kau tau apa yang bunda mu itu dapatkan ketika menyimpan rahasianya sendiri?”

Gadis kecil itu menggeleng “Zura tidak tau, memang apa?”

“Di umurnya yang masih anak-anak saat itu, bunda mu sudah mendapatkan rambut putih di kepalanya serta jerawat di area pipinya. Apa kau mau seperti bunda mu?”

“Gak, Zura belum mau punya rambut putih kayak oma” jawab cepat gadis kecil itu seraya menggeleng kepalanya.

“Benar, ibu juga gak mau cepat-cepat punya rambut putih makanya ibu sering menceritakan rahasia ibu kepada orang lain”

“Itu bukan lagi rahasia bila sudah di beri tau orang lain” celetuk Zura tiba-tiba.

“Benar yang kamu katakan tapi rahasia itu akan tetap menjadi rahasia bila kamu menceritakannya kepada orang yang tepat seperti saudara atau bunda dan Papa atau bahkan orang yang kamu percaya” Tangan Celine terangkat dengan spontan untuk mengelus rambut panjang Azzura yang terikat rapih.

“Kamu masih terlalu kecil untuk menyimpannya sendiri”

~~~~

“Maaf, apa kau sudah menunggu lama?” Suara berat tu berasal dari Aldebaran yang baru saja tiba di sebuah kafe tempat iya bertemu janji dengan Celine. Nafasnya tampak terengah-engah seperti baru lari maraton saja.

“Tidak terlalu lama, hanya 21 menit”

Aldebaran tersenyum kecil kala mendengar sindiran secara tidak langsung dari Celine.

“Ada apa kau memanggil ke sini? Apa Aditya tau kau mengajak ku ke kafe, hanya kita berdua?”

Celine mengerutkan keningnya, apa maksud pria ini?!

“Apa maksud mu, aku mengajak mu ke sini bukan untuk berkencan. Aku mengajak mu ke sini hanya ingin membicarakan hal penting”

Lagi-lagi senyum pria itu mengembang, hal yang sangat jarang terjadi. “Apa sesuatu yang penting itu, sampai-sampai kau harus mengajak ku bertemu. Tidakkah bisa kau bicarakan lewat telfon”

“Aku berfikir Azzura berbohong!”

“Zura? Apa maksud mu tiba-tiba bicara kalau Zura berbohong”

“Ya aku berfikir Azzura berbohong tentang Papanya, tapi dia masih terlalu kecil untuk melakukan hal itu”

“Katakan dengan jelas Celine”

Smirk di bibir Celine keluar tanpa di minta “Zura mengatakan kalau kau orang yang dingin, sangat jarang berkumpul dengan keluarga, lebih memilih pekerjaan daripada keluarga dan bahkan kau hanya pulang satu minggu dua kali dan selebihnya kau tinggal di apartemen dekat kantor.”

“Tapi sepertinya dia berbohong, kau bukanlah orang yang seperti itu. Kau humble, tidak terlalu sibuk karena setau ku siapapun yang bekerja di hari senin akan banyak sekali tugasnya.”

Kerut di kening Aldebaran semakin dalam kala mendengar penuturan Celine.

“Apa sebenarnya maksud mu? Katakan dengan jelas”

“Apa kau sadar kalau selama ini buah hati mu tak pernah dekat dengan mu? Apa kau sadar kalau selama ini mereka menuruti mu hanya karena mendengar perkataan bunda mereka dan apa kau tau kalau seorang anak perempuan harusnya lebih manja kepada sang Ayah?!” Senyuman di bibir Celine menghilang di gantikan dengan tatapan tajamnya.

“Hilangkan ego mu, kini buatlah sebuah keluarga yang harmonis, jangan membuat kedua anak mu menjadi anak-anak yang tak bisa kau lihat perkembangannya. Karena sesungguhnya seorang ayah yang tak bisa melihat perkembangan buah hatinya sendiri adalah seorang ayah yang terkutuk!” Celine bangkit dari duduknya.

“Setidaknya bersikap lembut lah, jangan terlalu dingin karena aku sudah pernah merasakan sakitnya di tinggalkan. Dan bila kau seperti ini terus, giliran mu lah yang akan ditinggalkan nantinya.” dan setelah mengatakan kalimat panjangnya Celine keluar begitu saja setelah meletakkan uang berwarna merah di atas meja untuk membayar minumannya.

~~~~

“Ada apa?”

Gelengan kecil satu-satunya jawaban yang Celine berikan untuk pertanyaan yang Aditya berikan.

“Mas, anak-anak Lena ingin belajar naik pesawat. Apa kamu mau mengajari mereka?”

“Boleh, kapan mereka siap?”

Lagi-lagi gelengan kecil lah yang Celine berikan sebagai jawaban “Tanyakan kepada mereka, rabu aku libur dan sabtu aku juga libur.”

“He'em.. Tapi mas, bukankah itu terlalu berbahaya jika membawa anak-anak ke dalam kokpit pesawat?”

“Kita bisa memulainya dengan latihan pemula sayang, aku juga gak mau membahayakan mereka”

Dalam Angan | Lengkap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang