“Mengapa dulu aku meninggalkan mu, maafkan aku. Maafkan aku”
-Aldebaran Alvaro-
•
•Pagi ini senyum Celena tak pernah pudar, wajahnya berseri-seri karena untuk pertama kali di pagi hari setelah sekian lama iya di temani oleh kembarannya itu. Iya hanya menatap Celine yang kini sedang duduk di sisi kirinya tengah fokus mengaduk bubur di tangannya.
Tadi pagi-pagi sekali Celine sudah bangun hanya untuk memasakkan bubur untuk Celena, sesuai janji Celine kalau kini iya harus merawat Celena sampai kembarannya itu sembuh.
“Berhentilah tersenyum dan cepat buka mulut mu Lena, ini sudah jam setelah tujuh. Aku bisa saja telat karena mu” cicit Celine dan tanpa menjawab Celena langsung memakan bubur yang sudah di sodorkan di depan mulutnya.
“Kau cerewet, sama seperti Mama!” celetuk Celena yang seketika berhasil membuat Celine tertegun, perasaannya kembali campur aduk namun kini iya harus bisa menetralkan perasaannya.
“Aku jadi rindu Mama, apa Mama baik-baik saja?” tanyanya, Celine tak menjawab namun guratan wajahnya kini menujukan jawaban yang sebenarnya.
“Ma-Mama.. Mama..”
“BUNDA!” Pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan dua balita berumur 5 tahun yang kini sudah memakai seragam TK mereka. Langkah kaki mereka seketika terhenti saat menyadari ada orang lain di ruangan sang Bunda.
“Azzam.. Azzura..” panggil Celena, wajah itu tampak berbinar “Bunda kangen kalian” Cicit Celena, iya merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan putra putri nya.
Azzam maupun Azzura akhirnya tersadar dari lamunannya dan kembali melangkah mendekati sang bunda. Mereka naik ke atas brankar dengan menggunakan kursi yang ada di sisi kanan Celena karena tinggi mereka masih belum cukup untuk menaiki Brankar itu sendiri.
Semalam setelah Bunda mereka sadar dari tidur panjangnya, Azzam dan Azzura meminta sang Oma untuk segera ke rumah sakit tapi Papa mereka tak memberikan izin karena kondisi Celena yang saat itu masih lemah.
Jadilah sekarang mereka menjenguk sang Bunda walaupun mereka harus datang terlambat nantinya ke sekolah. “Bunda Zura rindu” ujar Azzura di dalam dekapan Celena.
“He'em abang juga rindu Bunda, sangat rindu bunda” lanjut Azzam menanggapi perkataan adiknya itu.
“Bunda juga rindu kalian, maaf ya sayang udah buat kalian khawatir. Tapi tenang saja sekarang bunda sudah baik-baik aja” Celena melepaskan kedua pelukan Azzam dan Azzura yang kini sedang duduk di atas brankar rumah sakit.
“Kalian jangan khawatir lagi, Okay?” keduanya mengangguk dan hal itu berhasil membuat Celena mengelus kedua pipi gembul anaknya itu.
Selama Celena koma di rumah sakit, Azzam maupun Azzura tak di perbolehkan datang ke rumah sakit oleh Papa mereka karena menurut pria bertato itu kalau rumah sakit menjadi sarang penyakit dan hal itu tak bagus untuk tubuh kedua anaknya.
Azzura melirik sisi kanannya yang kini terdapat Celine yang tengah menunduk, seolah perasaan sedih kembali datang menghantuinya ketika melihat kedekatan Azzam dan Azzura kepada Celana. Hal itu membuat iya kembali teringat kepada masa kecilnya.
Saat dimana Celine dan Celena yang selalu bermain bersama, mengerjakan tugas bersama, menggambar bersama, serta mengganggu sang Papa dan semua yang mereka lakukan pasti ada Mama Maya di samping mereka.
“Bunda, ibu guru kenapa?” tanya Azzura namun kini pandangannya tertuju pada Celine yang masih tertegun. Perkataan Azzura berhasil mengalihkan perhatian Celena maupun Azzam dan kini pandangan keduanya juga menatap Celine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Angan | Lengkap
RomantizmDia yang ku kenal sebagai penyelamat kini akan menjadi angan yang sama, dia akan tetap sama dan akan selalu seperti itu. Setiap kalimat yang keluar darinya mampu membuat ku tersadar kalau iya adalah yang terbaik, dan aku juga adalah hal yang terbaik...