“Tetapi bila kau berani membuat wanita ku meneteskan air mata, kau tak akan pernah tau apa yang akan aku lakukan”
-Aditya Nichols Walter-
•
Acara hari ini berlangsung sangat baik dan sesuai rencana, tak terlalu banyak tamu yang di undang. Hanya ada anak panti kasih Bunda, beberapa sahabat Papa Hendrik, keluarga Aditya dari pihak Mama maupun Papanya serta Celena dan keluarga kecilnya juga di undang untuk pertama kalinya.
“Terimakasih ya om karena masih mau datang ke acara ini, Adit yakin kalau Papa sekarang pasti sangat senang.” Senyum Aditya merekah kala melihat tiga pria berumur hampir kepala enam di hadapannya.
“Apa yang kamu katakan Adit, kami ini tetap sahabat Papa mu sampai kapan pun”
“Benar yang kau katakan Don, kita berempat akan tetap menjadi sahabat bahkan maut tak bisa menghalangi persahabatan kita”
“Adit kalau kamu sedang butuh sesuatu, ingatlah kalau kau masih punya tiga orang Ayah di sini. Kami sudah berjanji pada Almarhum Papa mu kalau kami akan menjaga mu, dan akan menjewer telinga mu bila kau nakal jadi jangan sungkan untuk meminta apapun dari kami”
“Pasti, Adit pasti akan memanfaatkan ke tiga Ayah Adit ini” ujar Aditya yang mengundang tawa dari ketiga pria paruh baya itu.
“Kamu ini, oh iya om dengar kamu akan menikah. Sudah berapa persen persiapannya?” Tanya Doni, pria keturunan bandung yang memiliki sikap keras tapi baik hati.
“Masih 50% Om, rencana menikahnya masih sekitar satu bulanan lagi.”
Adrian, Hartono serta Dion tampak terkejut. Pernikahannya sudah dekat namun mengapa anak sahabatnya ini masih bisa santai?
“50%?!” tanya Adrian kembali memastikan.
“Iya Om, Adit belum punya waktu untuk mengurus semuanya. Maskapai tempat Adit bekerja belum memberikan Adit libur, makanya Adit menyuruh Rangga yang mengurusnya”
Adrian mengangguk, memang tak mudah mencari libur panjang untuk seorang pilot apalagi maskapai tempat Aditya bekerja sangat terkenal dan sangat ketat dalam aturan.
“Rencana kalian menikah di mana?” Tanya Hartono yang kembali berhasil membuat senyum Adit mengembang.
“Adit dan Celine ingin melakukan akad di sini saja om tapi kalau resepsi Adit ingin di Prancis, tempat yang sama dengan Mama dan Papa saat melakukan resepsi pernikahan mereka.”
Senyum ketiga pria paruh baya itu mengembang, jadi teringat kembali pada masa-masa muda mereka.
“Kamu sangat mirip dengan Papa mu itu, terlalu romantis dalam bercinta. Ingatlah jangan pernah kau melirik wanita lain karena bagaimanapun Celine tetap putri kami!” ujar keras dan penuh tekanan dari Dion.
Tangan Adit terangkat untuk menghormat kepada ketiga pria itu “Siap kapten” cicitnya dan lagi-lagi hal itu berhasil mengundang tawa.
“Tunggu-tunggu, ngomong-ngomong soal putri kita satu itu.” Adrian menghentikan tawanya dan jari telunjuknya itu tertuju pada Celine dan juga Celena yang terlihat sedang berbincang-bincang. “Kenapa mereka sangat mirip, apa aku sedang berhalusinasi?!” tanyanya.
“Ah.. Aku baru menyadarinya” celetuk Hartono tiba-tiba.
“Mata ku sudah tidak sejelas dulu tapi mereka benar-benar terlihat sangat mirip. Bagai pinang di belah dua” lanjut Dion.
“Wanita yang duduk di sebelah kiri itu Celena Om, saudara kembarnya Celine. Celine pernah ceritakan?” jelas Aditya.
“Sepertinya pernah tapi aku lupa kapan, aku sudah terlalu tua untuk mengingat hal-hal seperti itu. Bahkan untuk meminum obat rematik ku saja aku kadang lupa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Angan | Lengkap
RomanceDia yang ku kenal sebagai penyelamat kini akan menjadi angan yang sama, dia akan tetap sama dan akan selalu seperti itu. Setiap kalimat yang keluar darinya mampu membuat ku tersadar kalau iya adalah yang terbaik, dan aku juga adalah hal yang terbaik...