Terbalas

1.4K 114 3
                                    

Maaf jika mungkin tak sesuai ekspetasi

"Rangga tadi ingin mengucapkan maaf kepada anda King karena telah membuat mangsa anda pingsan. Tapi tenang saja, dia hanya lebam sedikit dan mungkin beberapa menit lagi beliau sadar" Aditya tersenyum kecil sembari melirik orang yang ada di sampingnya.

Pria yang tadi berucap perlahan melangkah, mendekati sebuah lorong yang di penuhi banyak sekali senjata. "Kali ini anda ingin menggunakan apa King?" Aditya menghela perlahan. Iya membuka jasnya, meletakkan jas itu ke sembarang arah dan melangkah mendekati sang bodyguard.

Tanpa berkata apapun Aditya membuka sebuah lemari yang berada tepat di bagian tengah, sebuah brankas berdiri kokoh di sana. Semua anggota markas dapat melihat brankas itu namun sayang tak satupun dari mereka dapat melihat dan membuka brankas itu karena hanya Adit satu-satunya orang yang mengetahui password-nya.

"Sudah lama aku mempersiapkan ini-" ucap Aditya sembari sesekali mengelus sebuah belati yang tampaknya biasa saja.

"Sebuah belati? Sudah lama anda mempersiapkan alat ini, bahkan tak satupun dari kami tau senjata apa yang ada di dalam brankas ini. Tapi ini hanya belati biasa, apa istimewanya belati ini King-"

Aditya tersenyum kecil "Jika kau melihatnya secara langsung memang sama sekali belati ini tak memiliki keistimewaan. Dia terlihat biasa saja bahkan tak terlihat tajam sama sekali karena belati ini di buat oleh seorang anak yang masih berumur 17 tahun yang sudah memiliki dendam karena gadisnya di sakiti orang yang sama berulang kali. Tapi apakah kau sadar sesuatu?" Tanya Aditya namun pria berbadan gagah di depannya hanya menggeleng.

"Jika kau ingin melihat seseorang tersiksa, siksa iya dengan pisau yang bisa saja dan jangan terlalu tajam karena semakin biasa pisau itu semakin sadis permainan. Dan hal itu akan semakin seru-" Sang bodyguard mengangguk paham, iya hampir lupa sedang berbicara dengan seorang psikopat yang menyamar menjadi seorang pilot.

Brak!
Dengan cepat bodyguard itu berlari untuk melihat dari mana asal suara itu sementara Aditya kembali tersenyum "Kita mulai-" Aditya menggigit belati miliknya karena kini tangan kanannya perlahan menggulung lengan kemeja panjangnya.

Dari kejauhan Aditya masih melihat bahwa kini Bara hanya mampu berteriak untuk segera di lepaskan. Pemandangan yang sangat lucu bukan "Ternyata kau tak sepintar itu ya tuan Bara" ejek Adit dengan santainya.

"Apa maksudmu! Lepaskan aku sialan-"

"Em.. aku akan melepaskan mu, tapi bukan tubuh mu melainkan aku akan melepaskan jiwa mu."

"Kau mau membunuh ku hanya karena seorang wanita murahan seperti Celine? Berpikirlah baik-baik Adit, Celine itu hanya gadis sok polos yang sudah ternodai-" tangan Aditya mengepal erat, matanya perlahan memerah menahan setiap amarah yang semakin menjadi.

"-Kau ingin marah? Sebelum kau melakukan itu apakah kau sadar kalau Celine dengan gampangnya tidur dengan mu dan tidur dengan ku. Aku yakin kau sudah menikmati tubuhnya sebelum kau dan dia bertunangan, aku tidak heran sih karena iya juga menikmati permainan kami. Desahannya sangat membuat ku bergairah-"

"KAU!" Bagas, bodyguard itu dengan cepatnya mengarahkan sebuah pistol tepat di kening Bara. Namun dengan cepat pula Aditya menghentikan pergerakan Bodyguard-nya itu "Tahan Bagas. Kau jangan menghancurkan rencana ku!"

"Kenapa? Kenapa kau menghentikannya, apa pikiran mu mulai terbuka?" Tanya Bara dengan kekehan di ujung kalimatnya.

"Kau terlalu PD Bara, aku menghentikannya karena jika iya membunuh mu sekarang maka aku tak akan pernah bisa mendengar rintihan dari mulut mu dan sampai kapanpun dendam ku tak tersampaikan-" Aditya kembali berjalan mendekati bodyguard-nya itu. "-Pergilah, aku hanya ingin bermain sendiri"

Dalam Angan | Lengkap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang