Aku ingin kematiannya!

1.6K 149 5
                                    

Hi guys
Aku lagi produktif nulis nih..
Semoga kalian suka, selamat membaca

•••

"Pa, Adit harus pergi. Rangga, lo ikut gue!" Dingin dan tajam, kini tak ada lagi Aditya yang dapat tersenyum dengan sangat lebarnya seperti beberapa waktu yang lalu entahlah kemana angin membawa Aditya versi itu. Yang tersisa kini hanyalah Aditya yang akan memangsa musuhnya karena sudah berhasil menggores Ratunya.

Di dalam mobil hitam milik Aditya, sedari tadi pria itu mengetuk-etukan jarinya di stir mobil sembari menetralkan perasaan dan emosinya namun semuanya sia-sia, Adit sudah mencoba untuk bersabar selama ini dan mengikuti kata sahabatnya untuk mengundur pembalas dendaman itu tapi tak ada lagi kata sabar.

Amarah, emosi dan ketakutan tercampur manjadi satu kini di dada Adit dan hal itu mampu membuat Aditya sesekali bernafas berat. Sementara Rangga yang tak mengetahui dirinya akan di bawa kemana hanya pasrah dengan keadaan, iya tau kalau kini Adit sudah berada di puncak kemarahannya.

...

Matahari yang sudah menerobos masuk melalui jendela besar yang ada di ruangan itu baru mampu mengusik tidur lelap wanita yang ada di dalam ruangan. Perlahan Celine membuka matanya dan saat iya sadar kalau kini dirinya sedang tidak di kamarnya ataupun di kamar Aditya barulah iya mengingat semuanya.

Celine berusaha untuk duduk namun sayang tangan dan kedua kakinya sudah di ikat dengan sekuat tenaga, Celine memberontak dengan sangat bahkan akibat dari dirinya yang memberontak kedua tanganya terlihat memerah kini.

"Argh!" Pekik Celine yang mulai merasakan panas di kakinya.

"Sudah bangun ternyata-" Mendengar suara itu mampu membuat Celine terbelalak "-kau tau Line, kau sudah 3 jam terlelap. Apa mereka terlalu banyak memberikan mu bius?" Tanya Aldebaran dengan seringaian di ujung kalimatnya.

Ya, pria yang kini duduk tak jauh dari kasur tempat Celine berbaring adalah Aldebaran Alvaro. Beberapa waktu yang lalu setelah anak buah tuan Abram menyelesaikan tugasnya, Bara langsung menghampiri tempat ini dan akan menyelesaikan tugas berikutnya.

"Kau! Mau apa kau, lapaskan aku Bara! Ku katakan sekarang pada mu, lepaskan aku sebelum kau menyesal dengan segalanya!"

"Melepaskan mu?" Aldebaran mengigit bibir bawahnya berniat menahan tawanya "Jika aku melepaskan mu, maka semua pengorbanan ku dan Papa mu akan berakhir begitu saja. Tidak Celine, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini."

Bara bangkit dari tempatnya duduk dan perlahan berjalan mendekati ranjang tempat di mana Celine yang masih saja memberontak dan berusaha meloloskan diri "Sebelum kita menikmati siang hari ini, aku ingin bercerita sesuatu terlebih dahulu.."

Kini Bara duduk di ujung tempat tidur dimana kaki kiri Celine terikat "Aku ingin bercerita tentang adik mu yang penyakitan itu dan Papa mu yang dodoh itu. Mereka memang cocok untuk di satukan!" Cerca Aldebaran tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Kau tau Line, jika bukan karena uang aku tak akan pernah mau menikah dengan seorang wanita yang kapan saja bisa mati di hadapan ku, sebenarnya aku sangat jijik harus hidup dengan wanita yang penyakitan dan harus bersetubuh dengannya."

"Tapi mau bagaimana lagi, aku harus mendapatkan anak supaya aku bisa mendapatkan sepenuhnya harta keluarga Wijaya. Seandainya Daddy tidak terancam bangkrut mungkin kini aku sudah hidup bahagia dengan mu."

Celine yang mendengar setiap penuturan Aldebaran hanya bisa membeku, pengakuannya ini benar-benar membuat Celine tidak menyangka bahwa sang Papa memilihkan pria brengsek seperti Bara untuk di jadikan pangasan hidup adiknya.

"Lagian pria tua bangka itu tidak memawarkan Daddy pilihan lain, seharusnya saat itu aku sudah menjemput mu dan membawa mu pergi jauh dari perebut sialan itu!" Aldebaran kini menatap lekat Celine "Tapi tak apa, sekarang hanya ada kau dan aku di sini. Dan sekarang kau hanya milik ku, karena sejak awal Celine hanya milik Aldebaran bukan pria busuk itu!"

Dalam Angan | Lengkap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang