Selamat Jalan Lena

4.5K 348 15
                                    

Sunyi!
Satu hal yang kini menggambarkan kondisi lorong rumah sakit, hanya ada Celine dan bayangannya. Tak ada siapapun di sana hingga pintu ruangan itu kembali terbuka.

"Sayang," panggilan kecil dan lirih itu berasal dari pria yang sedari tadi memilih untuk diam tanpa berniat untuk mengcela omongan orang-orang yang ada di sekitarnya. "Are you okay?"

Gelengan kecil Celine berhasil menjawab semua pertanyaan Aditya, tak ada yang bisa baik-baik saja bila melihat saudara kandungnya meninggal tepat di pelukannya.

"Mas a-aku harus apa?" kembali sebutir air menetes membasahi pipi Celine yang sedari tadi sudah terlihat sembab.

"Turuti permintaan terakhir Celena, hanya itu saja. Tak ada yang salah dari permintaan terakhir Celena sayang"

Lagi-lagi gelengan mewakili semua jawaban Celine "Enggak mas, aku gak mau menikahi pria itu. Aku tunangan kamu dan akan tetap seperti itu untuk selamanya. Aku milik kamu, aku gak mau menuruti hal gila itu!"

"Celine-"

"Cukup Mas! Cukup, kamu sayangkan sama aku?! Kamu cinta kan sama aku?!"

"Sangat, aku sangat menyayanginya kamu tapi-"

"Tidak ada kata tapi Mas! Bila kamu merelakan aku untuk bersanding dengan pria lain, maka kamu juga harus rela menguburkan jasad aku di samping Mama!"

“sayang!”

“Apa salah satu di antara kalian ada yang bernama Line?” perkataan perawat itu seketika membungkam semuanya. Tak ada yang mau bicara sedikitpun.

“Bunda selalu memanggil Ibu guru dengan nama Line, benarkan Oma?” Aliza mengangguk kecil menanggapi penuturan cucu perempuannya itu.

“Ibu Celine kenapa diam, bunda cari ibu tau.” Celine masih bungkam. Ingatkan kalau Celine memiliki trauma pada masa lalunya.

Iya juga memilih trauma pada ruangan dengan bau obat itu, karena diruang itu jugalah sang Mama meninggal karena terlambat mendapat pertolongan.

“Apa kau yang bernama Line?” tanya perawat itu.

“I-iya, Line adalah panggilan Celena untuk ku”

“Baguslah kalau begitu, ayo masuk. Nona Celena membutuhkan mu sekarang”

Celine masih bungkam, di satu sisi ingin rasanya iya memasuki ruangan itu dengan cepatnya namun di sisi lain iya takut apa yang terjadi dengan sang Mama terjadi juga dengan Celena.

“Sayang, kamu di cari Celena. Kamu masuk ya”

“Aku takut Mas, Sus apa calon suami saya boleh ikut masuk ke dalam. Hanya dia satu-satunya orang yang bisa menenangkan saya”

Tampak guratan tak nyaman tersirat dengan jelas di wajah Aldebaran dan juga Azzam namun keduanya memilih untuk diam. Dan setelah Perawat itu memberikan izin barulah Celine dan Aditya masuk kedalam ruangan yang penuh dengan alat penopang hidup Celena.

Celine menutup mulutnya kuat-kuat saat kini di depannya tergeletak Celena dengan banyak alat yang menempel pada dadanya.

Seorang dokter yang mungkin kini berumur 50 tahunan mendekati Celine dan Aditya “Kalian kembar identik?” tanya dokter itu. Ada rasa tidak percaya saat melihat Celine yang sangat mirip dengan pasiennya yang sedang tertidur pulas.

Celine tak menghiraukan perkataan sang dokter, malah kini iya berjalan dengan sedikit rasa takut mendekati Celena. “Hai kenapa kalian menyelimuti kembaran ku dengan selimut setipis ini, Celena gak suka tempat dingin. Cepat ambilkan selimut tebal!” titahnya namun tak satupun dari para perawat bergerak.

Dalam Angan | Lengkap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang