Takut

10.3K 761 2
                                    


Tapi aku takut, karena saat melihat mu berbaring lemah pasti akan mengingatkan ku pada Mama”
-Celine Angelina Wijaya-


Tangan Celine terangkat menggenggam kenop pintu yang ada di hadapannya, rasa ragu kini menghampirinya. Bukankah seharusnya iya senang setelah 15 tahun terpisah dan kini akan kembali bertemu namun kenapa iya ragu. Celine menatap Aliza serta Azzam dan juga Azzura yang berada di belakangnya, nafasnya terasa berat dan kini kedua telapak tangannya sudah mulai mendingin karena takut.

“Bukalah, walaupun kini Celena belum bangun tapi dokter mengatakan kalau indra pendengarnya berfungsi dengan baik.” Aliza berusaha meyakinkan Celine yang masih tampak ragu.

Bukan, Celine bukan tak senang akan kembali bertemu kembarannya itu tapi 15 tahun hidup sendiri tanpa sesosok anggota keluarga pun di sampingnya berhasil membuat Celine perlahan mulai membenci keluarganya. Sebulan setelah kepergian Abram dan Celena, Maya menjadi tulang punggung bagi dirinya sendiri dan juga Celine.

Maya bekerja apapun hanya untuk dirinya dan juga Celine sampai suatu hari tepat sebulan setelah perceraiannya bersama sang mantan suami, Maya di perkosa oleh pria bajingan yang tak iya kenalin karena saat itu keadaan hari sudah malam serta hujan deras tak bisa membuat seorang Maya melawan.

Maya mengalami trauma dan mengurung dirinya sendiri di kamar, hingga iya menyadari kalau iya telat datang bulan, iya mual dan menginginkan sesuatu yang tidak seperti biasanya. Iya tau gejala-gejala itu karena dulu saat mengandung Celine dan Celena iya mengalami hal yang sama.

Iya takut, iya frustasi dan jalan yang iya ambil adalah mengakhiri dirinya sendiri dengan pecahan kaca yang dengan sengaja iya goreskan beberapa kali di tangan kanan dan kirinya.

“Ibu kenapa?” tangan kecil Azzura terangkat dan menggenggam ujung kemeja Celine yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Azzura dan Azzam kini memahami kalau yang ada di hadapan mereka bukanlah bunda mereka melainkan saudara kandung ibunya.

“A-Aku.. Aku.. Bisakah kalau aku pulang, aku belum memiliki keberanian untuk kembali bertemu Celena”

Perkataan Celine belum terjawab saat tiba-tiba kenop pintu itu di buka dari dalam.

Orang yang baru saja membuka pintu itu tertegun kala melihat siapa orang yang ada di hadapannya.

“Dokter Angga, bagaimana keadaan menantu saya” tanya Aliza mengalihkan tatapan Pria yang di panggil dokter Angga itu oleh Aliza.

“Tadi pagi Celena memberikan tanda-tanda seperti jarinya yang iya gerakan dan menggunakan sesuatu. Saya juga sudah menelfon tuan Bara namun sayang handphonenya tidak aktif.” Dokter Angga menghela nafasnya perlahan

“Saya rasa Celena sedang menunggu seseorang. Seorang suster mendengar gumaman Celena, suster itu mendengar Celena menggumamkan nama Line. Apa Celena mempunyai anggota keluarga atau orang terdekat yang bernama Line?”

Aliza menetap Celine yang tertegun, wanita paruh baya itu tau kalau kini Celine semakin gugup.

Line adalah panggilan kecil Celena pada Celine. Biasanya Celena memanggil Celine dengan panggilan 'Line' dan Celine memanggil Celana dengan nama 'Lena'

"Celine” Panggil Aliza mengalihkan lamunan Celine, Celine mengalihkan pandangannya menatap Aliza. Perasaannya semakin tak karuan dan kegelisahan semakin tergambar jelas di wajah cantiknya itu “Kamu mau kan, Celena sangat merindukan saudaranya.”

“Aku belum siap,”

“Saya tidak akan memaksa kamu, saya mengerti posisi mu” Celine menatap Aliza, sungguh ingin rasanya Celine memeluk tubuh wanita yang ada di hadapannya itu.

Dalam Angan | Lengkap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang